PELOPOR BINAIYA: JAKSON LILIMAU -- "Tak ada gunung terlalu tinggi bagi mereka yang berani bermimpi dan berjuang tanpa menyerah"




Sepenggal kalimat bijak ini terinspirasi dari seorang anak gunung pedalaman Seram Utara, lebih tepatnya negeri Kanikeh. 

Tepat pagi pukul 05:00 WIT, pesan masuk via WA: Bapen, tanggal 27 Maret ini b Lantik, bapen hadir eee.

Sebagai seorang pemimpin yang pernah bersama-sama dengan mereka, beta terkejut tapi bangga dan senang bahwa ada pelopor dari Binaiya. Sebab dari masih tugas dan sekarang sudah tidak bertugas lagi bersama mereka, anak ini bukan kali pertama dia mencoba tetapi sudah berulang kali dan dia tidak pernah menyerah.

Disini Beta pelajari satu hal: "jangan pernah menyerah" adalah kata kunci yang luar biasa untuk sesuatu yang mustahil sekalipun.

Izinkan Beta menceritakan kisahnya:

Di sebuah lembah tersembunyi Nusamwele Amaina di pedalaman Seram Utara, ada seorang anak gunung diantara anak-anak yang lainnya, anak tersebut bernama Jakson Lilimau. Beta mengenal anak ini ketika waktu itu dia masih berstatus remaja dan bersama-sama kita mengikuti badar di daerah pegunungan dan dia adalah ketua regu badar jemaat Kanikeh waktu itu.

Memang sejak kecil, ia bermimpi menjadi seorang tentara, meski kehidupannya serba terbatas dan mungkin dapat dikatakan terbatas sebenarnya, karena masih hidup dalam masyarakat yang terisolir karena terbatas akses jalan raya bahkan sampai saat inipun berjalan kaki selama 2 hari adalah kenyataan yang tak terelakan dalam perjuangan masyarakatnya. 

Melewati hutan lebat, menyeberangi sungai deras, dan mendaki bukit terjal hanya untuk sampai ke mimpinya adalah tekad yang terus bergelut dalam benaknya di bawah langit luas pegunungan. Dia pun mengawali semua mimpi ini ketika ditinggal pergi bapanya yang meninggal karena sakit ketika dia masih duduk di bangku SMA kelas 1 tidak serta merta memupus harapannya.

Saat akhirnya tiba waktu seleksi tentara, Jakson pergi ke Masohi, Piru dengan bekal seadanya. Namun, di sana, ia mengalami kegagalan—tes kesehatannya tidak lolos karena persoalan pada giginya semasa kecil. Hatinya hancur, tapi ia tidak menyerah. Saudara-saudaranya mengumpulkan uang baik kerja sebagai porter, pemikul kayu, maupun serabutan lainnya untuk memperbaiki kesehatan giginya, sambil terus berlatih. Tiga tahun kemudian, ia mencoba lagi. 

Kali ini, ketika pengumuman kelulusan tiba, Jakson berhasil menjadi tentara, Ia akan memakai seragam kebanggaannya, membuktikan bahwa tak ada gunung terlalu tinggi bagi mereka yang berani bermimpi dan berjuang tanpa menyerah.

Selamat Jakson Lilimau, dirimu membuktikan: "Di Binaiya, Hidup berdenyut, Doa terucap, dan Mimpi Tumbuh - dirimu adalah PELOPOR BINAIYA"

Tetap semangat dan teruslah menjadi (Pdt Yan Hatulely)