Yayasan Sagu Salempeng GPM Pererat Kehidupan Orang Basudara, Salam-Sarane



Yayasan Sagu Salempeng GPM Pererat Kehidupan Orang Basudara, Salam-Sarane

Yayasan Sagu Salempeng Gereja Protestan Maluku (GPM) melaksanakan acara “Bakudapa Orang Basudara & Halal Bi Halal Serta Memperingati Hari Lahir Pancasila Tahun 2022 Keluarga Besar Yayasan Sagu Salempeng” di Hotel The Natsepa Resort Ruang Grand Ballroom, Selasa (14/6).

Acara dikemas dengan baik serta melibatkan musisi dan sanggar dari anak-anak dan muda/mudi Maluku, diantaranya; Joen Saimima, Fabio Lekahena, Fresly Sihasale, Glory Lewerissa, MIC-L, Endickusz I’OZ, Edwin’T, Filaz MC, Nyong Peimahul, Grizzly, Frenk, J-Flaa, Hayaka, Mr E, Sanggar Ulaleng Manise,

Turut hadir dalam acara ini, Wakil Ketua II MPH Sinode GPM – Pendeta H. Hetharie, SE, Gubernur Maluku yang diwakili oleh Asisten III Bidang Administrasi Umum – Ir. Nur Habiba Saimima, M.Si, Penjabat Walikota Ambon yang diwakili oleh Staf Ahli Bidang Pemerintahan dan Politik – Ir. Pieter Saimima, M.Si, Dr. Abidin Wakano, M.Ag.

Acara diawali dengan ucapan selamat datang sekaligus arahan dari Majelis Pekerja Harian (MPH) Sinode GPM, yang disampaikan oleh Pendeta H. Hetharie. Dalam arahannya, Pendeta Hetharie mengatakan bahwa gereja bersyukur sebab berkat kerja bersama sebagai Anak Bangsa yang hidup di Maluku, khususnya di Ambon ini, tetap berjuang untuk merekatkan ikatan persaudaraan untuk saling menghormati dan menghargai antar umat beragama. GPM sebagai lembaga sosial keagamaan dalam tugas tanggungjawab melayani umat dan masyarakat juga melakukan hal yang sama yang diiplementasikan melalui kerja nyata Yayasan Sagu Salempeng

“semoga melalui kegiatan ini dapat terciptanya kehidupan yang rukun, aman dalam hubungan orang basudara,” ungkapnya.

Selanjutnya, atas nama gereja, MPH Sinode sampaikan selamat datang kepada semua peserta yang hadir dalam bakudapa hari ini sekaligus mensyukuri puasa yang telah dilewati oleh saudara-saudara Muslim dalam acara Halal bi Halal.

Harapannya, catatan kehidupan yang telah dialami oleh masyarakat Maluku dalam konflik social tahun 199 memberi pelajaran bagi semua unsur masyarakat untuk dapat menata diri kedepan serta menjadikannya sebagai pengalaman berharga agar peristiwa itu tidak terulang lagi.

“Kita punya banyak kearifan lokal yang bisa kita gunakan,” tutupnya.

Kemudian penyampaian hikmah Halal Bi Halal oleh Dr. Abidin Wakano, M.Ag. Wakano mengajak tamu undangan untuk merawat kearifan lokal. Baginya kearifan lokal masyarakat Maluku telah menjadikan hidup ‘Orang Basudara” menjadi lebih indah.

“Kita lihat dari konflik 23 tahun yang lalu. kita tidak bertemu, hidup terpisah, ada rindu tapi juga ada dendam dan hari ini kita bisa merajut persaudaraan yang luar biasa,” ungkapnya.

Halal Bi Halal adalah tradisi Islam Indonesia. Termasuk istilah Minal Aidin Wal Faizin adalah bagian dari istilah kearifan lokal para Ulama di Indonesia ketika bertemu dan memberi ucapan. Dalam kemajuan teknologi umat dapat saling memberi ucapan kepada sesama Muslim dan juga basudara dari Agama yang lainnya melalui sosial media. Ini adalah “Local Wisdom” kearifan lokal Islam Indonesia.

“Kita butuh kegiatan ini atau silaturahim ini dalam diksi orang Maluku disebut dengan kata bakudapa,” tuturnya.

Istilah ini dalam rangka memperkokoh kehidupan berbangsa dan bernegara.

Dilanjutkan dengan sambutan oleh Walikota Ambon yang diwakili oleh Staf Ahli Bidang Pemerintahan dan Politik – Ir. Pieter Saimima, M.Si.

“Saya berharap agar kegiatan semacam ini dapat dilaksanakan secara rutin untuk memperkuat harmonisasi masyarakat hidup “Orang Basudara” yang memiliki nilai Pancasila,” ungkap Penjabat Walikota Ambon.

Kearifan lokal “Pela Gandong” tidak saja berorientasi sosial namun sakral karena jadi pedoman Negri-negri di Maluku yang harus terus dipelihara. Peristiwa konflik sosial yang terjadi beberapa tahun lalu telah menjadi pelajaran berharga sekaligus telah membuktikan bahwa budaya “Pela Gandong” jadi solusi dari konsolidasi pasca konflik dalam mempersatukan masyarakat.

Yayasan Sagu Salempeng sesuai dengan namanya kiranya akan jadi contoh dan inspirasi bagi semua warga Kota Ambon untuk tetap menjaga dan.memelihara mewujudkan Ambon yang harmonis dan sejahtera.

Mengakhiri sambutannya, Penjabat Walikota Ambon mengatakan bahwa pembangunan di Kota Ambon akan terus dilakukan. Maka dukungan dari seluruh lapisan masyarakat termasuk Yayasan Sagu Salempeng GPM sangat dibutuhkan untuk terus membangun Kota Ambon, kembalikan wajah kota Ambon yang manise, indah dan bersih.

Sementara itu, sambutan Gubernur Maluku yang diwakili oleh Asisten III Bidang Administrasi Umum – Ir. Nur Habiba Saimima, M.Si.

Mengawali sambutannya, Gubernur Maluku memberi apresiasi atas acara yang digelar oleh Yayasan Sagu Salempeng.

“Kegiatan ini meleburkan perbedaan dan memunculkan perdamaian. Kita dituntut untuk mengimplementasikan nilai Agama di seluruh segi kehidupan,” ungkapnya.

Acara Halal Bi Halal bukan hanya sebagai media antar sesama Muslim tapi antara sesama anak Bangsa yang berbeda golongan, idiolologi, suku, bangsa dan agama. Dapat dimaknai sebagai media reintegrasi sosial.

Melalui momentum ini, selaku Gubernur Maluku memberikan pesan agar, bakudapa “Orang Basudara” senantiasa menghubungkan silaturahmi, sehingga ketika ada bencana maka akan banyak orang mengulurkan tangan untuk saling menolong, dapat mengeratkan hubungan dan pergaulan semakin luas serta dapat berjumpa dan bertukar informasi sehingga terciptanya kerjasama-kerjasama antar hubungan “Orang Basudara”.

“Saya mengajak kita semua untuk tingkatkan kualitas kerukunan dan budaya kedamaian untuk budaya “Orang Basudara” di Maluku. Inilah spirit orang Maluku yang saling mencintai dan saling membanggakan,” tutupnya.

Dilanjutkan dengan membacakan Komitmen Perdamaian yang disampaikan oleh perwakilan anak dari “Salam dan Sarane” (Istilah untuk Agama Kristen dan Muslim di Maluku) yang dibalut dengan Tali Gandong.

Sementara itu, dalam wawancara bersama tim Media Center Sinode GPM, ketua Yayasan Sagu Salempeng – Pendeta Jeny E. Mahupale, S.Si,M.A mengatakan bahwa memang Yayasan Sagu Salempeng GPM ini terbentuk dari kerja-kerja gereja untuk membangun perdamaian sejak konflik 1999. Sebelum covid 19 kegiatan baku dapa “Orang Basudara” ini bahkan “Bastory” khususnya kaum perempuan, disabilitas sudah diselenggarakan sejak lama. Tapi karena covid, Sagu Salempeng menginisiasi berbagai kerja-kerja melalui pertemuan Online. Setelah berada dalam situasi endemic maka Yayasan Sagu Salempeng berpikir ini harus digairahkan kembali salah satunya melalui kegiatan Islam-Kristen di 6 (enam) wilayah Yayasan Sagu Salempeng GPM (Waai, Tial, Suli, Poka, Rumah Tiga, Laha) Kerja ini sangat dibantu dengan teman-teman musisi yang mau kerja sukarela.

“Saya berharap damai ini berkelanjutan. Kerja-kerja damai tidak akan pernah berakhir. Karena ketika kita saling bersentuhan sebagai manusia dan komunitas sebagai orang beragama muslim-kristen potensi konflik tetap ada. Karena itu kerja-kerja mengupayakan perdamaian  harus diusahakan oleh semua orang,” ungkap Pendeta Mahupale.



Berikan Komentar

Silakan tulis komentar dalam formulir berikut ini (Gunakan bahasa yang santun). Komentar akan ditampilkan setelah disetujui oleh Admin