Yayasan INA AMA GPM Berbenah
Ambon.sinodegpm.id – Sebagai agenda tahunan, telah berlangsung Rapat Kerja Yayasan Ina Ama yang dilaksanakan Jumat, 1 Oktober 2021 bertempat di Aula Kantor Sinode GPM. Rapat Kerja dihadiri oleh MPH Sinode GPM, yaitu : Pendeta E. T Maspaitela (Ketua Sinode GPM), Pendeta H. Hetharie (Wakil Ketua 2) dan Penatua F. J. Papilaya (Anggota).
Rapat Kerja yang dilakukan ini bertujuan untuk membahas program kerja Yayasan Ina Ama selama 5 tahun kedepan, terlebih lagi persiapan Yayasan dalam menyambut MPP dan MPL yang nantinya akan dilakukan kegiatan diakonal tranformatif berupa Pengobatan Gratis dan Vaksin Masal.
Terkait hal ini, dalam sambutannya, Ir. Pieter Saimima, M. Si – Ketua Yayasan Ina Ama meminta dukungan melalui doa dan perhatian khusus dari MPH Sinode.
“Setelah mencermati program-program yang telah dibuat, itu cukup berat tapi dukungan MPH dalam doa dan perhatian saya pikir kita dapat melaksanakannya dengan baik dalam rangka koordinasi dengan BUMN maupun dengan Pemerintah untuk menjawab program-program,” ungkapnya.
Sementara itu untuk vaksinasi, Saimima mengatakan bahwa sudah ada kerjasama GPM dan Polda Maluku dan itu ada dalam tanggungjawab Yayasan.
“Target kita untuk vaksin itu sekitar 2000 dosis,” imbuhnya.
Kemudian untuk kegiatan pengobatan gratis itu fokus ke tes uji Gula-darah, asam urat dan kolestrol. 3 penyakit ini menjadi sasaran kita kerena merupakan penyakit yang memicu kematian. Disamping itu, ada juga dilakukan pengobatan yang lain.
“Diharapkan untuk keberangkatan akan dibawa juga dokter ahli dari sini. Jadi kita membawa 5-6 dokter ke tempat kegiatan. Dari 5-6 dokter itu salah satunya dokter ahli,” tuturnya.
Dalam kesempatan ini, Saimima juga mengungkapkan harapan dari Yayasan kepada MPH terkait dengan kegiatan pelayanan diakonal transformatif bukan hanya sebatas membuat pengobatan masal tapi akan membangun infrastruktur rumah layak huni bagi jemaat-jemaat serta data-datanya kita akan berkoordinasi dengan MPH dan akan dikomunikasikan dengan Balai Perumahan Kementrian pekerjaan Umum.
Menutup sambutannya, Saimima meminta kepada MPH untuk dapat merevisi SK kepengurusan yayasan dalam rangka optimalisasi tugas pokok dan tanggungjawab.
Sementara itu, Pendeta Maspaitella dalam arahannya, menjelaskan bahwa yang pertama untuk permintaan revisi SK sudah ditindaklanjuti dalam rapat MPH. Lebih lanjut Pendeta Maspaitella berharap, setelah raker ini berkenan dengan program-program yang ditetapkan untuk 5 tahun ada upaya yayasan untuk lobby ke Pemerintah terkait kebijakan Pemerintah dengan pembangunan rumah bagi masyarakat entah itu rumah layak huni dll.
“Karena itu, MPH memberi apresiasi yang tinggi pada inovasi Yayasan dalam kaitan dengan apa yang menjadi harapan kita bersama dalam masa Sinode ini,” tuturnya.
Pendeta Maspaitela juga memaparkan bahwa dalam evalusasi MPH, Yayasan Ina Haha dan Ina Ama akan dikasih tanggungjawab khusus. Ina Haha pada bantuan-bantuan beasiswa bagi warga gereja dalam hal jaringan beasiswa untuk study lanjut di Indonesia maupun di luar negeri. Sementara Yayasan Ina Ama akan jadi yayasan yang mengelola dan mengerjakan semua tugas diakonia secara terfokus terlebih pada keadaan bencana alam dan pandemik.
Menurutnya, Diakonia itu ada sifat yang karikatif tapi juga transformatif. Ina Ama memang diberikan tugas yang cukup besar.
“Saya selalu menghindari istilah berat, saya hanya bilang tugas yang besar dengan keyakian bahwa tugas-tugas yang besar itu bisa dilakukan oleh orang-orang yang mau menghamba pada Tuhan,” tuturnya.
Oleh sebab itu, hal-hal yang berkaitan dengan pelaksanakan diakonia transformatif sebagai budaya GPM dalam pelaksanaan sidang gereja di MPL Sinode akan dijadikan bagian tanggungjawab khusus Ina Ama, supaya Biro yang selama ini menanganinya bisa juga fokus pada pelaksanaan program.
Terkait hal ini Pendeta Maspaitella mengatakan, MPH sudah berpikir kedepan bahwa saat yayasan milik GPM sudah mandiri dan kuat maka ada reorganisasi dalam struktur tingkat sinode, misalnya, segala hal yang berkaitan dengan urusan pendidikan dan kesehatan GPM punya Yayasan Kesehatan dan YAPERTI.
Ia mengungkapkan bahwa MPH tercengang dengan lompatan-lompatan baru yang dilakukan oleh semua yayasan dalam masa ini sebab semua yayasan ini punya lompatan yang spektakuler.
“MPH berpikir bahwa lompatan ini harus didukung karena bagian dari langkah bersama untuk menuju ke 1 abad di 2035,” ungkapnya.
Harapannya, ketika sampai pada masa itu GPM sudah tidak punya lagi problem dengan tugas khusus gereja baik itu Perguruan Tinggi, SD s/d SMA baik yang berkaitan dengan kesehatan atau dengan diakonia, ekonomi dan macam-macam.
Mengakhiri arahannya, Pendeta Maspaitella menyampaikan harapan MPH agar Rapat Kerja Yayasan Ina Ama hari ini dapat menetapkan program-program prioritas 5 tahunnya sampai dengan 2025 dan tiap tahun bisa merealisasi program sebagai bagian dari upaya pengembangan kemandirian dan ketangguhan Yayasan Ina Ama dalam melaksanakan tugas yang dipercayakan gereja yaitu pelaksanaan diakonia transformatif.