Wisata Kerukunan Klasis GPM Ternate ke Pulau Tidore
Sinodegpm.id – Ternate, Untuk menjaga silaturahmi dan memelihara kerukunan antar umat beragama di Maluku Utara, Jumat (12/8), Klasis Gereja Protestan Maluku wilayah Ternate melakukan kunjungan ke Pulau Tidore. Menurut Sekretaris Klasis GPM Ternate, Pendeta Donny Toisuta, kegiatan ini merupakan bagian dari program Wisata Kerukunan yang bertujuan menumbuhkan sikap toleransi beragama dan berbudaya. ““Dalam PIP-RIPP Sinode GPM 2021 – 2025 ditekankan tentang peran GPM dalam hubungan dengan agama-agama lain”, jelas Donny.
Karena itu, selain menjalin toleransi, kunjungan ke Tidore menurut Donny dimaksudkan juga untuk mempelajari sejarah dan budaya masyarakat Tidore yang sejak dulu terkenal santun dan terbuka menerima siapa saja. “Dalam sejarah, Kita tahu bahwa di masa lalu, Kesultanan Tidore pernah memberi ijin kepada dua misionaris asal Belanda dan Jerman untuk mengabarkan Injil di tanah Papua”, tambah Donny. Di Tidore, rombongan GPM yang terdiri dari pimpinan Jemaat GPM Imanuel Ternate Pendeta Gloria Malaihollo/Toisuta, Pendeta Della Pattiapon dari jemaat GPM Soa Tabanga, Pendeta Nesty Sarioa/Haurissa dan Pendeta Wirol Haurissa dari Jemaat GPM Mayau serta Pendeta Fileks Talakua dari Jemaat GPM Tifure dan beberapa pelayan gereja diterima secara langsung oleh Sultan Tidore, H. Husain Sjah yang didampingi beberapa Bobato Kesultanan.
Dalam diskusi penuh kekeluargaan di pendopo Kadato Kesultanan Tidore, Sultan mengaku bahagia mendapat kunjungan ini. “Kesultanan Tidore sejak dulu melindungi semua agama dan saya berharap kunjungan ini akan semakin membuat persaudaraan di antara kita tak hanya sebatas kata di bibir saja tetapi juga terimplementasi dalam kehidupan bersama setiap hari”, pinta Sultan. Pada kesempatan itu, Sultan juga menghimbau para Pendeta agar fokus melakukan pelayanan yang terbaik kepada semua jemaat. “Kita mengajak berbuat baik dan taat pada Tuhan tetapi jangan pernah merasa bahwa ketaatan itu karena ucapan kita tapi semuanya karena umat percaya akan kehadiran Tuhan dalam setiap gerak dan karya”, tambahnya.
Di akhir pertemuan, Sultan yang juga anggota DPD RI itu meminta Gereja Protestan Maluku di wilayah Maluku Utara untuk aktif membangun jejaring dan berkomunikasi dengan semua pihak untuk bersama-sama membangun Maluku Utara. “Jadi ke depan, petan Gereja tak hanya urusan teologis semata tapi juga menjadi penggerak bagi upaya perdamaian dan pembanungan di daerah ini”, kata Sultan.
Selain bertemu Sultan, rombongan Wisata Kerukunan Klasis GPM Ternate ini juga melakukan kunjungan ke Mesjid Nurul Bahar yang terletak di Kelurahan Tomalou. Dalam kunjungan ini, rombongan bertemu dan berdiskusi dengan Lurah Tomalou, Janhar Rabo dan beberapa pengurus masjid. Pendeta Donny Toisuta menyampaikan pilihan GPM mendatangi Tomalou karena kelurahan ini telah ditetapkan sebagai Kampung Nelayan Maju oleh Kementerian Perikanan dan Kelautan. “Kami ingin belajar dari cerita sukses di sini karena beberapa jemaat seperti di Batang Dua juga punya tradisi nelayan. Kami juga ingin memahami kekuatan budaya lokal yang bikin Tomalou tetap bertahan dengan tradisi dan kearifan warisan para tetua”, kata Donny.
Menurut Lurah Tomalou, masyarakatnya memiliki solidaritas yang tinggi dan memegang teguh tradisi budaya yang telah ada turun temurun dari para leluhur. Para nelayan Di Tomalou memiliki tradisi Foladomo,Cou dan Matila. Asghar Saleh dalam Tulisannya tentang Cou menjelaskan bahwa “Foladomo – Kearifan local yang terus dipelihara hingga kini – memiliki simbiosis tak putus antara mereka yang ahli membuat perahu, tetua yang punya mantera, pemuka agama yang memohon petunjuk dan perlindungan Tuhan dan orang ramai yang bekerja sama mengangkat perahu. Cou adalah budaya gotong royong (sorong bahu) seperti untuk membangun masjid dan pembelian Exavator seharga Rp. 1,6 Milyar. Sedangkan kunci pertumbuhan ekonomi di Tomalou menurut Lurah Tomalou adalah tradisi Matila yaitu komitmen berbagi secara merata semua hasil tangkapan ikan tanpa membedakan peran dalam tanggung jawab kerja.