WARNA DAN MAKNA SANTA KLAUS




Santa Klaus telah menjadi “ menu pembuka” perayaan Natal di kota-kota bahkan di desa-desa dan dusun-dusun. Ada keramaian, ada kegembiraan. Tetapi ada juga ketegangan bahkan tangisan di kalangan anak-anak. Akhir-akhir ini mulai ada keluhan, protes, bahkan kritik terhadap atraksi grup Santa Klaus ini, seperti ngebut-ngebutan di jalan atau kekerasan verbal kepada anak-anak. 

Terhadap fenomena ini diperlukan  edukasi dan tips kepada masyarakat dan warga gereja, khususnya kepada orang tua dan pelaksana atau panitia Santa Klaus agar memberikan pelayanan  berkualitas dan berkesan positif bagi anak-anak juga masyarakat. Rekan-rekan Pengurus Angkatan Muda dan para Pengasuh atau kelompok tertentu terlibat menyiapkan iven ini. Tentu mereka juga bermisi untuk menghibur dan mengedukasi anak-anak terkait nilai-nilai kebaikan dan saling berbagi. Hal ini tentu  bermakna positif, walau tentu ada hal-hal yang perlu kita kritisi bersama.

Tulisan ini disajikan secara dialogis, dan bentuk visualnya dapat disaksikan pada rubrik TINTA  (Telaah Injil Kita) yang dikemas oleh Biro Pekabaran Injil Sinode GPM yang diketuai Pdt Heddy Loppies dan didukung oleh Media Center GPM dengan narasumber Pdt Rudy Rahabeat (Wasekum Sinode GPM) dan host, Christin Darmau. Edisinya videonya dapat diikuti pada link: Sinodegpm.id. Berikut cuplikan naratifnya:  

Ngomong-ngomong mengapa disebut Santa Klaus atau Senter Klas ya? Boleh jelaskan sedikit sejarah atau latar belakang tradisi Santa Klaus

RR: Yang pasti Santa Klaus itu bukan berasal dari Indonesia apalagi dari Maluku ya. Ini “barang” ekspor dari luar negeri, khususnya Eropa. Jika menelisik sejarahnya, praktek Santa Klaus atau umumnya disebut Senter Klas itu berasal dari Eropa dan berkembang di Amerika sebagai bagian dari budaya populer. Seorang Suci atau Santa yang bernama Uskup Nicolas pada abad ke-3 Masehi di Myra, Turki. Ia begitu baik dan murah hati. Ia mau berbagi dengan siapa saja, khususnya kepada anak-anak. Dalam tradisi itu orang suci yang bernama Nicholas atau Claus, disimbolkan sebagai orang tua gemuk, berjenggot putih, menaiki kereta kuda dan membawa karung yang berisikan hadiah-hadiah. Hadiah-hadiah itu diberikan di awal bulan Desember, jelang Natal. Tentu anak-anak  senang dan hadiah-hadiah yang diberikan. Sekiranya kita hendak memberi makna teologis dari kisah Santa itu, maka itu dapat merujuk pula pada sosok Yesus yang sangat peduli dan mengasihi anak-anak. Ia memeluk mereka dan memberkati mereka. Jadi adalah baik orang melaksanakan aksi Santa Klaus sambil memaknai kasih dan kebaikan Yesus bagi umat manusia, khususnya kepada anak-anak. 

Mengapa Santa Klaus menarik minat masyarakat, khususnya anak-anak di seluruh dunia, termasuk di Maluku?

RR: Ada pesan universal yang dibawa oleh Santa Klaus, yakni tentang kebaikan, apalagi jika dikemas dengan cara-cara yang unik dan menyenangkan. Dunia anak-anak adalah dunia bermain, dunia gembira. Mereka tentu sangat senang jika ada yang kumpul-kumpul disertai atraksi tertentu, lagu dan musik juga kejutan-kejutan. Jika dulu orang tua menghibur anak-anak dengan bercerita sebelum tidur, maka saat ini anak-anak mendapat kejutan-kejutan. Anak-anak suka hadiah. Yang paling sederhana adalah permen atau gula-gula. Apalagi hadiah-hadiah spesial seperti boneka, mainan senjata, bahkan sekarang hape dan iphone. Walau sebenarnya bisa juga hadiah seperti sepatu baru, baju baru dan lainnya. Contoh, saya seorang orang tua, setiap pulang kerja selalu berusaha membeli sesuatu, entah kue atau buah. Biasanya mereka akan jemput di depan pintu dan katakan Bapa bapa apa ya? Dan mereka tentu senang jika ada sesuatu yang dibawa, walau harganya mungkin tidak seberapa.

Apa saja pesan edukatif dari Kegiatan Santa Claus?

RR: Ada beberapa pihak yang mendapat manfaat, anak-anak, orang tua dan masyarakat, juga pelaksana Santa Klaus. Bagi anak-anak: Memberikan rasa gembira kepada anak-anak, Mengajarkan anak-anak tentang ada figur yang baik dan suka berbagi, Mengajarkan anak-anak agar mereka juga menjadi anak yang baik: menghormati orang tua, rajin belajar, tidak nakal, menolong teman, dst. Bagi orang tua: Bahwa orang tua harus memperhatikan anak-anak, memberikan kasih sayang kepada mereka, seperti Opa Santa yang baik hati. Bagi Pelaksana Santa Klaus: Momen untuk berbagi dan mengedukasi anak-anak, momen untuk mendapat dana tambahan. Bagi masyarakat, iven Santa Klaus dapat memberi suasana gembira bersama

Apa makna Santa Klasus di dunia nyata maupun dunia maya saat ini?

RR: Di dunia nyata, pelayanan Santa Klaus ada perjumpaan langsung. Santa datang ke rumah bertemu anak-anak. Ada kebersamaan langsung, sapaan, berjabat tangan, pelukan, dan nasihat langsung. Juga berjumpa dengan keluarga, papa mama. Di dunia maya, pasti ada foto, status atau siaran langsung sebagai upaya memberi informasi, hiburan dan edukasi. Tentu saja kita perlu konten media sosial yang kreatif dan edukatif. Jadi konten media sosial tentu mesti positif, bukan foto dan video yang tidak edukatif. 

Ini memang nilai-nilai dan manfaat yang sangat baik, tapi ada juga hal-hal yang perlu dikritisi dan diperbaiki, khususnya akhir-akhir ini. Apa saja yang perlu diperhatikan?

RR: Pertama-tama, kepada panitia atau pelaksana Santa Klaus. (1). Agar menyiapkan acaranya secara kreatif. Misalnya variasi dengan Badut, Peri, dll. Juga menggunakan lagu-lagu rohani gembira, bukan lagu-lagu duniawi yang tidak cocok dengan nilai-nilai Santa Klaus itu sendiri. (2) Jangan ada kekerasan dalam acara ini, baik verbal apalagi fisik. Adanya Pit Hitam, mestinya dapat dikemas dengan baik, jangan menakut-nakuti anak-anak. (3) Berikan edukasi yang baik kepada anak-anak juga masyarakat. (4) Turut menjaga ketertiban dan kebersihan di jalan. Tidak ngebut-ngebutan di jalan. (4) Edukasi masyarakat untuk melakukan hal-hal baik, misalnya beri himbauan agar jaga kebersihan lingkungan, jangan saling konflik, dll. 

Bagi pihak gereja; (1) Agar memberi pendampingan kepada pelaksana santa Klaus. (2) Memberi masukan-masukan positif kepada mereka. Bagi orang tua dan masyarakat: (1) Agar turut menjaga keamanan dan kegembiraan bersama. (2) Jangan jadikan santa Klaus sebagai penasihat ajaib. (3) Jangan manjakan anak-anak, tetapi kasihi mereka dengan kebaikan. 

Bagi pihak aparatur polisi: turut menopang aktivitas Santa Klaus berjalan tertib dan damai


Himbauan terkait Santa Klaus jelang Natal nanti

RR: Tanggal 1 Desember 2024 kita sudah memasuki Minggu Adventus pertama. Minggu dimana kita menghayati makna kelahiran Yesus Kritus yang berpuncak pada Hari Natal 25 Desember. Suasana ketenangan harus kita jaga bersama. Kita tidak dapat melarang Santa Klaus, sepanjang itu dilakukan dengan baik dan membawa manfaat bagi anak-anak dan juga bagi panitia serta masyarakat. Gunakan cara-cara yang kreatif dan edukatif, supaya Santa Klaus betul-betul dapat menjadi sarana pemberitaan Kabar Baik bukan sebaliknya, Kabar Buruk. Harus dijaga agar rombongan santa Klaus di jalan tidak menimbulkan kegaduhan, salah paham apalagi kecelakaan. Mari kita ciptakan suasana gembira, saling berbagi kebaikan dan membangun kebersamaan, serta makin meningkatkan perhatian kepada anak-anak agar mereka tumbuh sehat, cerdas dan kreatif, jauh dari kekerasan dan kehilangan kasih sayang. Yesus datang untuk membawa damai sejahtera bagi kita semua. Santa Klaus berbagi kebaikan karena ia meneladani gaya hidup Yesus. Kita semua juga mesti demikian. 

Oleh: Pdt Rudy Rahabeat