Temu Raya Pengasuh Hari ke Kedua, “Coaching”




Senin (18/9) bertempat di SMAN 12 Malteng berlangsung kegiatan “Coaching” Temu Raya Pengasuh (TRP) GPM. Coaching merupakan kelas-kelas khusus yang dibagikan sesuai permintaan peserta. Adapun kelas-kelas yang disiapkan berkaitan dengan keterampilan berpikir, keterampilan seni, keterampilan mengajar sekolah minggu dan penguatan spiritualitas dan psikologis pelayan.

Peserta dibagi dalam 10 kelas coaching dengan narasumber yang sesuai dengan kompetensi masing-masing, antara lain: Kelas Berpikir Sistematis: drg. Christiana R. Titaley, MIPH., Ph.D, Kelas Berpikir Kritis: Theophanny P. Th. Rampisela, S.Psi., M.Ed, Kelas Seni Mendongeng: Pdt. Eklin Amtor de Fretes, Kelas Seni Cipta Lagu & Gerak: Pdt. Branckly Egbert Picanussa, D.Th. LM, Kelas Gambar Komik: Lodewyk Hahury, Kelas Mengajar yang Menyenangkan: Dr. Herly J Lesilolo, M.Pd, Kelas Pembelajaran untuk Semua: Criezta Korlefura, M.Psi., Psi, Kelas Penggunaan Internet Benar & Bijak: Denissa Alfiany Luhulima, S.Kom., M.Pd, Kelas Pastoral Anak: Pdt. Aleta Apriliana Ruimassa S.Si.Teol., M.Si.Teol, Kelas Pengasuh Tangguh: Pdt. F. Mattheis/Talaperu. Kegiatan Coaching ini berlangsung dari Pukul 09.00-16.00 WIT.

Dengan 10 kelas ini, peserta akan belajar, berbagi pengalaman serta meningkatkan kreatifitas sebagai pengasuh Sekolah Minggu Tunas Pekabaran Injil (SMTPI).

Sementara itu, Sekbid PTPU, Pendeta Ny. R Parera/T, dalam wawancara bersama tim Media Center menjelaskan, GPM telah menyelenggarakan TRP sebanyak tiga kali, yakni pada tahun 2008, 2014 & 2023.

“TRP ini adalah sebuah agenda yang punya fokusnya kepada pengasuh sebab pengasuh ini punya tugas yang berat dan tidak ringan di GPM. Mereka sampai dipelosok. Mereka harus dikumpulkan dalam satu event untuk belajar, baku dapa dan pada kesempatan itu bisa sharing,” imbuhnya.

Lebih lanjut Pendeta Parera menjelaskan, kegiatan kelas coaching ini adalah kegiatan yang sudah disiapkan dengan sumber materi yang telah dipikirkan, didesain secara baik agar bermanfaat bagi para pengasuh. Seluruh materi diboboti dengan pengetahuan, pengalaman, sharing konteks serta kreatifitas prakarya, bahkan musik.

Hal ini dipandang perlu agar dapat terciptanya proses belajar mengajar di SMTPI yang menyenangkan. pada semua usia, tanpa menghilangkan karakteristik pengasuh.

Kelas-kelas ini juga bertujuan untuk melengkapi pengasuh agar mereka mandiri dan memiliki pengetahuan dalam spiritualitas mereka. Selain pengetahuan teologi, pengetahuan umum juga membantu para pengasuh dalam membimbing dan mengasuh anak-anak.

Ia berharap, dengan segudang pengetahuan yang para peserta dapat di kegiatan ini dapat memberi dampak lebih luar biasa bagi para pengasuh yang ada di 34 klasis.

“Mereka pulang dan dapat membawa pengalaman temu raya pengasuh untuk nantinya juga menjadi fasilitator bagi para pengasuh di jemaat dalam melakukan aktifitas kegiatan belajar mengajar di SMTPI,” tuturnya.

Tentunya, fokus utama dari kegiatan ini adalah menumbuhkan karakteristik pengasuh yang dapat mengajar ditengah kegaduhan dunia, yang menjadi ancaman bagi bagi anak-anak asuh yang adalah masa depan gereja, bangsa dan negara.