SPIRITUALITAS PELAYAN GEREJA LAUT PULAU
Kamis, 11 Juli 2024 hingga Sabtu 13 Juli 2024
bertempat di Pusat Pembinaan Spiritualitas GPM di Suli, Klasis GPM Pulau-pulau
Bacan menggelar Rapat Konsultasi Klasis yang didalamnya mengintergrasikan pula peningkatan
kapasitas dan bina Spiritualitas Pelayan Gereja Laut pulau. Dalam sambutan Pdt.
A.E. Kofit (Ketua Klasis GPM Pp. Bacan) menyampaikan bahwa Spiritualitas
seorang pelayan di GPM tidak dibentuk di luar lokus pelayanannya. Spiritualitas
pelayan GPM dibentuk di Pulau, Laut, Pesisir, tanjung, Gunung dan lembah di
wilayah pelayanan Gereja Protestan Maluku di Maluku dan Maluku Utara. Karena
itu, melalui kegiatan Bina Spiritualitas yang diselenggarakan ini dimaksudkan
agar semakin meneguhkan komitmen dan spirit melayani para pelayan yang diutus
melayani di Klasis GPM Pp. Bacan yang secara geografis terdiri dari laut, pulau
dengan banyak tantangan dan pergumulan.
Hadir sebagai Narasumber Bina Spiritualitas Pelayan
Gereja adalah Pdt. S.I. Sapulette, M.Si / Sekretaris Umum MPH Sinode GPM. Dalam
pengantarnya, Pdt. S.I.Sapulette menyampaikan bahwa sebagai pelayan (pendeta)
dipandang sebagai pemimpin spiritual bagi umat yang dilayani. Sebagai pemimpin
Spiritual yang dituntut keteladanan hidup. Hal ini berkaitan dengan karakter
dan gaya hidup sebagai cermin spiritualitasnya. Karakter dan gaya hidup yang
mencerminkan penghayatan akan Tuhan dan kehendak-Nya dan mewujud dalam pikiran,
perasaan dan perilaku hidup dan pelayanan setiap hari.
Sebagai seorang pelayan yang telah melayani di
jemaat Klasis dan Sinode, Pdt. Sapulette memotret berbagai permasalahan
pelayan yang perlu dijadikan bahan refreksi dan introspeksi diri setiap
pemimpin spiritualitas di Gereja Protestan Maluku, baik permasalahan secara
internal (dalam diri pelayan) maupun eksternal yang turut mempengaruhi gaya
hidup dan perilaku serta pelayanan seorang pelayan.
Pada konteks gereja laut Pulau, menurut Pdt. Sapulette, pelayan berhadapan dengan tantangan eksternal seperti, Kemiskinan,
kondisi geografis, aksesbilitas dan konektivitas, rendahnya kualitas
Pendidikan, rendahnya kualitas Kesehatan, Pluralitas Masyarakat, masalah sosial
budaya dalam Masyarakat, kemajuan teknologi digital, masalah sosial dalam
keluarga, daya dukung lingkungan yang terbatas termasuk Krisis Lingkungan.
Oleh karena itu, terhadap potret dan tantangan
pelayanan pelayan gereja laut pulau tersebut, menurut Pdt. Sapulette,
pentingnya penguatan spiritualitas dalam diri pelayan. Ada beberapa pokok
spiritualitas yang perlu diperkuat, antara lain ; Pertama, Spiritualitas Kehambaan. Hal ini berkaitan dengan seorang pelayan yang taat
pada kehendak Allah dan mengosongkan diri untuk melayani dan bukan dilayani.
Kedua, Spiritualitas
Pengorbanan. Hal ini berkaitan
dengan rela berkorban tanpa pamrih, juga untuk tugas-tugas pendamaian. Ketiga, Spiritualitas Profetik, yang berkaitan dengan menaklukan segala sesuatu
dibawa penilaian firman Allah terutama untuk meneggakkan keadilan, kebenaran dan
kesejahteraan umat manusia. Keempat, Spiritualitas
Kegembalaan. Hal ini berkaitan
dengan mengenali umat, menjalankan tugas kepemimpinan dan pelayanan dengan
penuh kesabaran, mencari yang terhilang dan mengumpulkan yang sesat. Kelima, Spiritualitas Ketaatan dan Kesetiaan pada
panggilan dan pengutusan. Hal ini
berkaitan dengan motivasi keterpanggilan yang jelas dan kuat, siap diutus
kemana saja, berani menghadapi tantangan laut pulau, taat dan setia pada
pengutusan dirinya sebagai pelayan. Keenam, Spiritualitas
Pembaruan. Realitas pelayanan laut pulau
menghadapkan kita pada kenyataan-kenyataan yang membutuhkan pembaruan,
menggerakan seorang pelayan menjadi agen perubahan, membarui kesetiaan
melayani, mengerjakan tugas panggilan dengan penuh tanggung jawab, mengelola
keuangan gereja secara jujur, transparan dan takut Tuhan serta melakukan
transformasi. Ketuju, Spiritualitas
Baku Tongka. Hal ini perlu
diperkuat untuk membangun solidaritas dan kepedulian, berbagi sumber daya,
saling menanggung beban dan kolaborasi antar pelayan juga bermitra dengan stakeholder
lainnya. Kedelapan, Spiritualitas
Ekologis. Bahwa realitas laut pulau apalagi
pulau-pulau kecil terancam krisis ekologis karena itu, pelayan gereja yang
memahami alam sebagai sacramentum Allah hendaknya tergerak melakukan advokasi
lingkungan untuk kehidupan dan keberlanjutan.
Diakhir materi bina Spiritualitas, Pdt. Sapulette
sadar sungguh bahwa penguatan spiritualitas ini tidak mudah dan gampang untuk
dipelihara dan dikembangkan, namun perlu latihan setiap waktu. Karena itu,
relasi secara dengan dan khusus dengan Tuhan melalui doa, memohon Roh Kudus
menuntun untuk mengerti maksud dan kehendak Tuhan untuk kita lakukan di tiap
pengutusan. Membaca firman Tuhan dan membuka diri dituntun oleh firman.
Mengembangkan diri dengan membaca bacaan-bacaan yang memperkuat spiritualitas
kita. Melakukan apa yang kita hayati sebagai kehendak Tuhan dalam hidup tiap
hari, dalam karya dan pelayanan kita.
Menutup sesi Pdt. Sapulette berpesan, sebagai
pemimpin spiritual dan menjadi pelayan gereja laut pulau terpanggil bukan
karena didorong motivasi ingin dipuji, ingin dianggap terbaik, dipakai dimana-mana,
punya reputasi dan popular. Namun terpanggil memiliki kekuatan dalam hati dan
bathin sebab inilah kualitas ketekunan dan ketahanan terhadap terpaan dari luar.
Sementara itu, Pdt.Ny. A. Lewerissa-L (Ketua Majelis
Jemaat GPM Geti Baru) yang berada di Pesisir bagian Bacan Utara Barat merespons
materi bina spiritualitas bahwa “ menjadi pelayan laut pulau ada banyak
pengalaman iman sebagai perjumpaan dengan karya Allah yang menyelamatkan.
Bahkan dengan banyaknya potret permasalahan pelayan dengan realitas tantangan
yang dihadapi membutuhkan penghayatan tugas dan panggilan, meletakkan kehendak
Tuhan diatas tugas dan tanggung jawab dan itu dimulai dari diri pelayan itu
sendiri”.
Begitu pula Pdt. F.R. Kwalomine (Ketua Majelis
Jemaat GPM Labuha) yang lokus pelayanan di pusat klasis memberi pandangan bahwa
di tengah-tengah rutinitas pelayanan yang dilakukan di jemaat, pendeta sangat
membutuhkan adanya penguatan kapasitas. Materi spiritualitas pelayan laut pulau
yang diberikan oleh Sekum MPH Sinode GPM ibarat vitamin untuk menambah
vitalitas bagi pelayan agar semakin prima melakukan pelayanan, memberikan
motivasi agar peka dalam melakukan tugas dan tanggung jawab dengan kekuatan
spiritualitas yang dimiliki.
Penulis : Pdt. A. Koffit (Ketua Klasis GPM P.P.
Bacan)