Sosialisasi Dan Pelatihan Inisiasi Masyarakat Tangguh Bencana



Sosialisasi Dan Pelatihan Inisiasi Masyarakat Tangguh Bencana

Sosialisasi dan pelatihan Inisiasi masyarakat tangguh bencana (ISTANA) dilakukan di Tifure, kegiatan yang berlangsung selama 3 hari ini diikuti oleh relawan bencana bentukan Jemaat GPM Tifure yang beranggotakan pemuda AMGPM ranting Filadelfia dan pemuda AMGPM ranting Makedonia dan turut juga mengundang pemuda exodus GMIH Tifure dan pemuda GKPMI Eklesia Pante Sagu, sehingga keseluruhannnya relawan berjumlah 35 orang.

Pada pelaksanaan kegiatan ini, Majelis Jemaat GPM Tifure bersama AMGPM Daerah Ternate menggandeng direktur LSM Rorano Asghar Saleh dan Relawan AMGPM Mayau, Alprens Poene dan Anfri Peo yang sebelumnya telah melakukan pelatihan di Mayau.

Disaat pembukaan kegiatan pada 15 juni, sekretaris klasis GPM Ternate Pendeta Donny Toisuta berharap lewat kerjasama antara Klasis, Jemaat, AMGPM dan LSM Rorano, dapat mengedukasi kepada jemaat dan masyarakt agar mampu mengurangi resiko bencana khusunya di pulau Tifure.

Alprens Poene juga menambahkan dalam penyampaian materi, bahwa Tifure menjadi bagian dari pulau di Maluku Utara yang diapid oleh tiga lempengan yakni; lempengan pacifik, eurasia dan indoaustralia yang terkadang mengalami pergeseran sehingga berpotensi bencana gempa dan tsunami, ujar Ape.

Asghar menjelaskan bahwa jika gempa terjadi misalnya dan masyarakat belum tahu apa yang harus dilakukan maka itu kerugian dan jika gempa terjadi dan masyarakat tahu apa yang dilakukan maka itu keuntungan. Tetapi jika gempa tidak terjadi maka pengetahuan ini menjadi investasi.

Asghar juga menambahkan, dalam rumus PRB (pengurangan resiko bencana) untuk mengurangi resiko yang harus dilakukan adalah peningkatan Kapasitas. Oleh karena itu memahami pulau tifure dengan akses komunikasi yang sulit dan transportasi yang cukup jauh dari pusat kota, maka penyelamatan harus dimulai dari masyarakat yang kemudian dibangun komitmen, soliditas hingga pengetahuan sehingga relawan ini mampu bekerja agar dapat mengurangi resiko bencana lebih awal.

Dalam tiga hari tersebut materi-materi yang dijelaskan adalah, Pengurangan resiko bencana berbasis komunitas, Asasment, Pembentukan tim relawan, Penentuan titik kumpul dan jalur efakuasi, pertolongan pertama dan simulasi di hari terakhir, kamis 17 Juni.

Ketua AMGPM Daerah Ternate, Keegan Lopulalan, menyampaikan dengan materi-materi yang telah diberikan hingga simulasi yang berlangsung di gedung gereja Ebenhaezer Tifure, bukan sekedar teori yang diajarkan tetapi menjadi bekal bagi pemuda sebagai anak kandung gereja yang mampu menjadi garam dan terang dalam segala kondisi termasuk isu-isu kebencanaan, karena mengingat ketika mengidentifikasi bencana di tifure bersama para relawan ada potensi-potensi bencana yang dikemukakan seperti gempa, tsunami, longsor, kebakaran hutan dan gelombang extrim.

Asghar Saleh, dalam penutupan kegiatan setelah melakukan simulasi di gedung gereja ebenhaezer Tifure memberikan apresiasi bagi para relawan yang dinahkodai Fery Tebi. Dengan bekal yang telah diberikan setidaknya para relawan sedikit memahami apa yang harus dilakukan ketika gempa terjadi. Ada catatan-catatan kekurangan yang perlu diperhatikan, oleh karena itu pelatihan-pelatihan tidak berakhir dihari ini, terus dialanjutkan bagi keluarga-keluarga dan juga membangun ruang diskusi dikalangan para relawan dan juga pihak-pihak terkait, tutup Asghar.

Sumber