Simbol Agama Dapat Membatasi Empati
Yeremia
7: 1 - 7
Bait
suci atau berbagai simbol keagamaan lain tidak menjadi jaminan keberpihakan
Tuhan. Sebagian orang kristen memang suka menggunakan simbol-simbol keagamaan
dalam menilai baik buruknya seseorang dalam kehidupan sosial. Rajin ke gereja,
mendukung secara aktif pelayanan gereja, serta memiliki tugas atau jabatan
tertentu dalam pelayanan di gereja terkadang menjadi beberapa kriteria standart
untuk mengukur kepribadian seseorang dan menganggap orang tersebut merupakan
orang yang baik di mata Tuhan. Menurut Yeremia, hal seperti ini tidak dapat
dibenarkan. Sebab jika tingkah laku atau perbuatan orang tersebut tidak selaras
dengan kesetiaannya beribadah dan mengimani Tuhan, maka hal tersebut sama
dengan mendustai Tuhan. Yeremia mengkritik gaya hidup seperti demikian yang
telah dilakukan oleh Bangsa Israel. Yeremia mengingatkan mereka untuk berhenti
melakukan ketidakadilan dan menindas orang asing, anak yatim, janda, dll. Allah
tidak akan berpihak pada mereka dan berada bersama-sama dengan mereka, jika
mereka berlaku tidak adil pada sesama yang lemah. Karena itu, Yeremia pun
menubuatkan penghukuman Allah akibat perbuatan mereka. Sebagai orang benar,
kita dibenarkan bukan karena iman kita tertulis pada KTP, bukan juga karena
kita selalu memegang Alkitab dan berada di gereja. Tuhan menuntut perkataan dan
perbuatan kita yang benar dalam wujud mengasihi dan peduli pada mereka yang
kecil dan menderita. Mereka yang dianggap masyarakat kelas dua dan memiliki
status sosial yang berbeda.
Doa: Tuhan, seharusnya berada di Bait-Mu
mengingatkan kami untuk peduli pada sesama. Amin