Selasa, 12 Juli, Sinode GPM melepas 25 orang Relawan mengajar Sinode GPM Tahap 2 Tahun 2022. Acara berlangsung di gedung Aula kantor Sinode. Pelepasan dilakukan secara langsung oleh Ketua MPH SInode GPM, Pendeta E. T. Maspaitella serta didampingi oleh Sekretaris Umum MPH Sinode GPM, Pendeta S. I. Sapulette.
Di tahun ini, lokasi penempatan Relawan Mengajar Sinode GPM di 3 (tiga) wilayah, diantaranya, Sula Taliabu (13 Orang), Kepulauan Kisar (10 Orang) dan Buru Utara (5 Orang). Rata-rata relawan mengajar lulusan S1, bahkan ada juga yang lulusan S2.
Acara pelepasan diawali dengan pembacaan SK oleh Ketua Sub Komisi Pendidikan Sinode, Sinthya Latumahina. Setelah itu dilanjutkan dengan penyampaian arahan oleh Pendeta Maspaitella.
Mengawali arahannya, Pendeta Maspaitella memberikan apresiasi kepada Biro Pendidikan dan Kesehatan, dibawah pimpinan Pendeta Etje Atihuta, karena telah mengawal dengan tertib berlangsungnya program Relawan Mengajar Sinode GPM, sebagai bagian dari bukti nyata kepedulian gereja jangkau sekolah-sekolah yang pada di desa-desa.
“Itu memastikan bahwa GPM berusaha sungguh untuk mengatasi masalah kurangnya tenaga guru di sekolah-sekolah, tapi juga memacu pendidikan anak di Maluku dan Maluku Utara dibawah Yayasan YPPK.”
Selanjutnya, ada 3 (tiga) poin penting yang disampaikan oleh Pendeta Maspaitella dalam acara pelepasan. Pertama bagi Pendeta Maspaitella, menjadi relawan mengajar GPM sama halnya dengan menjalankan tugas dan tanggungjawab sebagai Pendeta di Jemaat-jemaat. Sekolah YPPK adalah contoh bahwa di daerah pelosok yang sulit di jangkau, ada sekolah dan sekolah itu milik GPM.
“Artinya kita selalu ada dan hidup ditengah-tengah jemaat yang sulit dijangkau oleh lapisan yang lain dan kita menjalankan tugas khusus sesuai karunia Tuhan,”
Pendeta Maspaitella menegaskan bahwa gereja tidak memberangkatkan para relawan tetapi mengutus mereka untuk pergi Kisar, Buru, Sula Taliabu untuk tanggungjawab pekabaran injil yang diupayakan untuk memanusiakan manusia. Ia meminta agar ini dijadikan sebagai bagian dari pemahaman dalam melaksanakan tugas sebagai Pengajar, agar dapat menghasilkan manusia yang cakap serta memiliki lifeskill untuk masa depannya.
Kemudian, yang kedua menjadi relawan mengajar adalah bagian dari tugas gereja untuk memastikan gereja ini akan berhasil membentuk SDM tangguh yang unggul di 1 abad GPM nanti di tahun 2035.
“Kita akan mendapatkan narasi mengenai proses awal yang membuat anak-anak kita memiliki komitmen untuk terus belajar. Jadi mereka akan bercerita tentang siapa yang datang, siapa yang memberi keberanian untuk belajar, untuk sukses tidak boleh menyerah hanya karena ada di pulau terpencil,” ungkapnya.
Dan yang terakhir, Pendeta Maspaitella yakin bahwa para relawan akan mencurahkan kemampuan dan pengetahuan kepada SDM di sekolah tempat mereka mengajar sehingga dapat menghasilkan generasi emas yang tangguh dan tidak kalah saing, salah satunya cakap dengan Bahasa asing.
Sebagai penutup, Pendeta Maspaitella mengajak para relawan untuk jadikan 5 bulan waktu di desa-desa sebagai implementasi tanggungjawab gereja, serta belajar untuk sabar dan menahan hati sambil terus berdoa. Ia juga mengingatkan mereka untuk membangun koordinasi dengan para Ketua klasis, Ketua Majelis Jemaat di tempat karena mereka juga merupakan bagian dari Sekolah YPPK. Tak lupa ucapan terima kasih disampaikan kepada para relawan mengajar yang sudah mau mendedikasikan seluruh waktu dan pengetahuannya bagi kemajuan SDM Gereja Protestan Maluku. Hal yang sama juga disampaikan kepada keluarga dari para relawan yang telah mendukung para relawan dalam proses tersebut.
Terkait hal ini, Pendeta Maspaitella berharap agar nantinya Biro Pendidikan dan Kesehatan dapat melakukan profiling relawan mengajar, agar dapat menjadi jurnal tetap yang berisi tentang testimoni atau cerita unik dari para relawan mengajar.
Kemudian, dilanjutkan dengan pemasangan atribut relawan mengajar GPM oleh Pendeta E. T. Maspaitella, Pendeta S. I. Sapulette, dan Sintya Latumahina.