SEBERKAS REFLEKSI PASKAH TAHUN 2025
Setelah melewati Minggu-Minggu Sengsara selama tujuh minggu, umat Kristiani akan memasuki perayaan Paskah, yang diawali Penghayatan Jumat Agung melalui sakramen Perjamuan Kudus. Dalam spirit Trinitarian saya hendak membagi tiga catatan reflektif sederhana ini.
Pertama, apakah kita benar-benar telah bergantung mutlak kepada Roh Kudus? Ini berkaitan erat dengan keterbukaan untuk dituntun oleh Roh Kudus. Penghayatan dan penemuan makna minggu-minggu sengsara dapat terjadi didalam dan melalui karya Roh Kudus. Semuanya terjadi bukan karena hebat dan kuat kita. Olehnya, penghayatan minggu sengsara Kristus perlu dipastikan apakah kita sudah benar-benar telah menyerahkan seluruh hidup kita untuk dipimpin dan dikuasai oleh Roh Kudus. Dan ketika kita percaya Roh Kudus menguasai hidup kita, maka kata-kata Yesaya yang dikutip penginjil Lukas patut kita hayati dengan sungguh-sungguh, yakni “ "Roh Tuhan ada pada-Ku, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku , untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin; dan Ia telah mengutus Aku untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan penglihatan bagi orang-orang buta, untuk membebaskan orang-orang yang tertindas, untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang." (Lukas 4:18-19).
Kedua, apakah kita benar-benar telah menjadi serupa dengan Kristus? Diharapkan momen minggu-minggu sengsara makin membuat kita makin dekat dan lekat dengan Yesus. Bergantung pada Kristus dan mengikuti teladan-teladan Kristus. Jika Kristus mengajarkan kita untuk berani berkorban demi kepentingan banyak orang, maka kita jangan dipenjara oleh egoisme dan kepentingan kelompok. Kita harus rela berkorban sebagaimana Yesus telah memberi contoh pengorbanan diriNya. Demikian pula Yesus mengajarkan kita untuk peduli kepada mereka yang miskin dan terpinggirkan. Peduli dengan orang-orang kecil dan disabilitas apapaun agama dan keyakinannya. Yesus berkata: “Segala sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku (Matius 25:40). Jadi telah jelas bagi kita, bahwa jika Kristus benar-benar menjadi sokoguru dan segala-galanya dalam hidup kita, maka jangan pernah ragukan kuasaNya, jangan pernah abaikan ajaran-ajaranNya serta teladani sikap dan tindakannya lalu katakan dengan mantap seperti pada sebuah lagu: “Saya mau ikut Yesus sampai selama-lamanya”.
Ketiga, Tuhan Maha Pencipta menciptakan segala sesuatu baik adanya. Tuhan Sang Pencipta menghadirkan tatanan kehidupan yang damai dan harmonis. Hanya, saja karena dosa manusia, segala sesuatu menjadi kacau balau. Eden menjadi rusak. Tetapi kasih Allah kepada manusia dan dunia ini tidak pernah berubah, IA senantiasa memberi pengampunan dan kesempatan bagi manusia untuk bertobat dan memiliki hidup kekal (Yohanes 3:16). Walau ada banyak tantangan dan kesulitan, meski ada banyak tekanan dan goncangan tetapi Paskah memberi harapan baru. Gereja Protestan Maluku (GPM) menegaskan hal itu dalam tema Paskah tahun 2025 yakni; “Kristus bangkit, jalanilah hidupmu dengan tidak gentar”. Demikian pula Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (PGI) merumuskan tema Paskah 2025 "Damai Sejahtera Kristus di Tengah Keluarga". Hal ini menegaskan bahwa keluarga menjadi basis pembinaan dan pengembangan spiritualitas Paskah yang memberi harapan dan keberanian, bukan kegentaran dan ketakutan. Sebab Paskah, adalah momen kasih dan kuasa Allah bagi manusia dan seluruh ciptaan Tuhan. Selamat Paskah sahabatku. Jangan takut dan gentar! Jalani hidupmu dengan tegar. Tuhan beserta kita ! (Pdt Rudy Rahabeat).