Revitalisasi Peran dan Fungsi Parpem GPM
Lembaga PARPEM (Partisipasi Pembangunan) merupakan Lembaga pengembangan ekonomi Jemaat milik Gereja Protestan Maluku (GPM) yang pernah berjaya di era 1980-an dan memiliki jejaring kerjasama yang luas di Luar Negeri (Jerman). Dan dalam waktu yang lama pula, Lembaga ini nyaris tidak dapat melakukan fungsinya secara maksimal oleh karena berbagai faktor penghambat. Padahal melalui PARPEM, jemaat-jemaat GPM dapat menjadi satu kekuatan ekonomi daerah secara handal, mengingat jemaat-jemaat GPM terkonstruksi di wilayah yang kaya akan berbagai potensi sumber daya ekonomi baik di darat maupun perikanan dan kelautan.
Sadar akan hal itu, sembari memahami tanggungjawab gereja untuk turut berkontribusi pada upaya mengentaskan pengangguran dan kemiskinan, maka PARPEM mulai berbenah dengan melakukan lompatan baru merevitalisasi peran dan fungsinya pada kurun waktu baru 2021-2025.
Dalam rangka itu, bertempat di Uraur sebagai pusat aktifitas PARPEM, dilakukan Gerakan Keluarga Menanam (29/8), sebagai rangkaian HUT ke-86 GPM. Gerakan ini sendiri menjadi Gerakan massal di semua jemaat GPM dan akan ditindakanjuti melalui Klasis dan Jemaat-jemaat. Kemudian PARPEM melaksanakan FGD (25/9) untuk mempersiapkan Rapat Kerja yang dilaksanakan pada hari ini (2/10).
Melalui Raker I hari ini, PARPEM membahas program pada tiga (3) Divisi masing-masing Divisi Pendidikan dan Pelatihan, Divisi Pengembangan Pertanian dan Perikanan dan Divisi Umum dan Sumber Daya. Hadir dalam Raker ini, MPH Sinode GPM, para pimpinan Klasis dan Pengurus PARPEM.
PROGRAM PROIRITAS
Edwin Huwae, sebagai Ketua Lembaga PARPEM GPM, dalam kesempatan Raker ini menjelaskan bahwa wujud revitalisasi peran dan fungsi PARPEM pertama tampak dalam program Pendidikan dan Pelatihan kepada warga gereja untuk pengelolaan potensi pertanian tanaman pangan, holtikultura dan perkebunan, peternakan, perikanan, wirausaha agrobisnis dan pengolahan hasil pertanian dan perikanan. Program ini diharapkan bisa terlaksana pada Februari – Agustus 2020 dan akan dikaitkan dengan klaster-klaster produksi yang ada atau kebutuhan wilayah sesuai potensi yang tersedia.
Sementara lokasi di Uraur dan Kawatu (Seram Barat) akan ditata lagi sebagai lokasi perkebunan, pertanian dan peternakan. Pada lahan di Uraur sudah ada kelapa ratusan pohon yang sebenarnya sudah berproduksi. Sedangkan lahan Kawatu akan diprioritaskan untuk menanam pala, cengkih dan cengkih hutan dengan paradigma agrowisata.
Sementara itu, Ketua MPH Sinode GPM, Pdt. Elifas Maspaitella, menambahkan bahwa kerjasama pengembangan baik dengan pemerintah maupun stakeholders lain di dalam dan luar negeri akan turut dilaksanakan, namun PARPEM akan melibatkan dan memanfaatkan secara maksimal potensi sumber daya warga gereja profesi sebagai tenaga ahli untuk mendorong keberhasilan program-programnya. Sebab memang lembaga ini pernah punya jejaring kerjasama yang sangat luas. Sebab itu memang sudah saatnya PARPEM mendorong kebangkitan jemaat-jemaat GPM sebagai kekuatan ekonomi daerah dengan memaksimalkan pengelolaan potensi yang ada.
MEMPERSIAPKAN JEMAAT MENYONGSONG BEROPERASINYA BLOK MASELA
Kawasan Tanimbar akan menjadi salah satu pusat pengembangan aktifitas PARPEM sebagai cara untuk mendorong usaha ekonomi kreatif pada sektor informil di kawasan itu menyongsong beroperasinya Blok Masela. Melalui Tanimbar pun diharapkan ada semacam model yang akan dikembangkan pula di daerah terdampak langsung seperti Maluku Barat Daya (MBD) dan Kepulauan Aru. Sebab itu baik pada sektor pangan, perikanan dan kelautan dan peternakan. Upaya semacam ini sudah mesti digerakkan dengan melibatkan Klasis dan Jemaat-jemaat di sana, sehingga hal ini menjadi gerakan bersama sebagai gereja.[GPM/01]