REFLEKSI 90 TAHUN GEREJA MASEHI INJILI DI MINAHASA (GMIM) BERSINODE
Gereja Masehi Injili di Minahasa
disingkat GMIM adalah persekutuan orang-orang Minahasa dan suku lain serta ras
lain, yang ada di tanah Minahasa dan di luar tanah Minahasa, yang percaya kepada
Yesus Kristus untuk memberitakan perbuatan- perbuatan besar Tuhan Allah dan
menjadi berkat bagi orang banyak di manapun dan kapanpun. Dengan bersumber dari
kesaksian Alkitab maka dalam Tata Gereja 2021, GMIM merumuskan panggilannya
dalam tiga bentuk yakni terpanggil untuk bersekutu, bersaksi, dan melayani;
terpanggil untuk melengkapi anggota-anggotanya; dan terpanggil untuk mengelola
segenap anugerah dan karunia Tuhan Allah dalam segala bentuk. Panggilan Gereja
tersebut bersumber dari pola pelayanan dan pemerintahan Kristus, dan
penyelenggaraannya berada di aras Jemaat, Wilayah, dan Sinode, baik di tanah
Minahasa maupun di luar tanah Minahasa (gmim.or.id).
Bertemakan “Tuhan Menuntun Perjalanan
Umatnya” pada 30 September 2024 Gereja Masehi Injili di Minahasa (GMIM)
mensyukuri dan merayakan hari ulang tahun ke-90 GMIM Bersinode. Sebuah
peristiwa sejarah iman yang menandai karya kasih Allah bagi umatNya yang terus
berjalan sebagai peziarah (ecclesia via torum). Momen ini sekaligus menjadi
kesempatan (Kairos) bagi GMIM untuk makin teguh melangkah menghadirkan
tanda-tanda kerajaan Allah di bumi pada aras lokal, nasional dan global. Di
Indonesia GMIM merupakan salah satu gereja yang memiliki umat yang terbanyak,
selain HKBP dan GMIT. Terdiri atas 1.049
jemaat dan 141 wilayah GMIM terus bertumbuh dan berbuah baik secara kuantitatif
maupun kualitatif. Semua ini merupakan anugrah Tuhan yang patut disyukuri
dengan sepenuh hati. Tulisan ini merupakan sebuah refleksi sederhana dalam
arakan-arakan “Gereja Orang Basudara” yang dipanggil dan diutus Tuhan untuk
memberitakan Khabar Baik kepada semua orang dan seluruh ciptaan Tuhan (Mazmur
145:9).
Sebagai bagian dari Persekutuan
Gereja-Gereja di Indonesia (PGI) dan Gereja Bagian Mandiri (GBM) Gereja
Protestan di Indonesia (GPI), Gereja Masehi Injili di Minahasa (GMIM) merupakan
kakak sulung di antara 12 anggota GBM GPI. 31 September 1934 GMIM berdiri
setahun kemudian tepatnya 6 September 1935 Gereja Protestan Maluku (GPM)
berdiri dan selanjutnya GMIT dan GPIB, masing-masing 31 Oktober 1947 dan
setahun kemudian 31 Oktober 1948 GPIB berdiri. Secara kronologis ritme
kemandirian gereja bergerak dari Minahasa, Maluku, Timor dan wilayah Indonesia
Barat. Ini juga memberi tanda pertumbuhan gereja dari masa ke masa pra maupun pasca
kemerdekaan. GMIM dan GPM berdiri pra kemerdekaan RI sedangkan GMIT dan GPIB
serta GBM GPI lainnya berdiri pasca kemerdekaan RI. Sejarah Kekristenan di
Minahasa tentu lebih panjang dari 90 tahun. 12 Juni 2024 GMIM memperingati 193
tahun Pekabaran Injil dan Pendidikan Kristen untuk mengenang dua orang tenaga
Zending utusan NZG yakni Johann Friedrich Riedel dan Johann Gottlieb Schwarzs
yang datang ke Tondano dan Langowan tahun 1831. Sejarah terus bergerak dalam
segala kejutan dan misterinya.
Di bawah kepemimpinan Ketua Sinode
Pdt Hein Arina, D,Th dan Sekretaris Umum, Pdt Dr Evert Tangel beserta jajaran
Badan Pekerja Majelis Sinode (BPMS) GMIM terus melejit bagai bintang yang terus
bersinar bagi kemuliaan Tuhan dan kebaikan bersama (bonnum commune). GMIM terus
bersinergi dan berkolaborasi dengan pemerintah, agama-agama dan berbagai pihak
untuk mewujudkan visi GMIM yakni “GMIM Yang Kudus, Am dan Rasuli”. Panggilan
oikumenis gereja-gereja untuk terus merajut persekutuan di tengah perbedaan.
Demikian pula panggilan untuk beroikumene dalam tindakan (oikumene in action)
yang membangun harapan tentang suatu masa depan bersama yang lebih baik. Tentu
saja, kita tetap realistis bahwa tantangan masa kini begitu rumit dan kompleks.
Berbagai ideologi saling bersaing. Era digital dengan segala kelebihan dan
kelemahannya, krisis lingkungan hidup yang makin serius, politik global yang
tidak menentu, juga masalah-masalah hak asasi manusia, kekerasan terhadap
perempuan dan anak, politik identitas, politik inklusi khususnya kepada kaum
disabilitas serta kesenjangan intergenerasi yang beririsan dengan bonus
demografi dan meningginya angka pengangguran di kalangan generasi muda. Semua
ini menjadi agenda gereja yang perlu dikerjakan dengan sungguh-sungguh oleh
semua pihak.
Adalah sebuah sukacita bersama
manakala dalam rangka mensyukuri Hari Ulang Tahun ke-90 GMIM Bersinode diundang
para pimpinan Gereja anggota Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (PGI) dan
tentu anggota Gereja Protestan di Indonesia (GPI). Hal ini merupakan penanda
komitmen dan gerak “berjalan bersama”
(sinodalitas) untuk mewujudkan doa Tuhan Yesus “agar mereka semua menjadi satu”
(ut omnes unum sint) dan dalam semangat kesatuan itu dalam iman, pengharapan dan kasih GMIM dan
gereja-gereja di Indonesia dipanggil dan diutus Tuhan yang terus bersekutu,
bersaksi dan melayani di tengah umat, masyarakat, bangsa dan negara serta dunia
ini. Selamat Ulang tahun ke-90 GMIM Bersinode. Teriring doa selalu kepada
seluruh umat dan pelayan GMIM. Refleksi ini kiranya menjadi kado yang sederhana
saja. Tuhan Yesus memberkati !
Pdt Rudy Rahabeat, Wakil Sekum
Majelis Pekerja Harian Sinode Gereja Protestan Maluku (GPM).