Perkuat Ketahanan Ekonomi Umat, PHBG Sinode GPM Lakukan Kegiatan Pasar Pangan Lokal




Dalam rangka menyongsong HUT ke 88 tahun GPM, Panitia Hari-hari Besar Gerejawi Sinode melaksanakan kegiatan “Pasar Pangan Lokal GPM”, yang melibatkan 10 klasis binaan, diantaranya 7 Klasis hasil Binaan Sinode GPM; Klasis Kota Ambon, Klasis Pulau Ambon, Klasis Pulau Ambon Timur, Klasus Pulau Ambon Utara, Pulau-Pulau Lease, Seram Barat, Pulau-Pulau Banda dan Hasil Pangan Lokal dari 3 Klasis diantaranya: Klasis Kairatu, Klasis Seram Barat dan Taniwel. Kegiatan ini berlangsung tepatnya di depan gedung Baileo Oikumene (halaman gereja Maranatha) pada Jumat (1/9).

Sekretaris Umum MPH Sinode GPM, Pendeta S. I. Sapulette dalam arahannya, bersyukur karena dalam rangka merayakan HUT GPM ke-88, Panitia Hari Besar Gerejawi yang berkolaborasi bersama Departemen PIPK dan Biro Pemberdayaan Ekonomi, Sosial Budaya dan Biro Kemitraan Sinode GPM menggelar Pasar Pangan Lokal GPM, yang berlangsung dari tanggal 1-2 September.

Kolaborasi ini dilakukan untuk memaknai Tema HUT tahun ini: “Bersyukurlah, Jadilah Gereja Yang Berdoa dan Bekerja Bersama dalam pelayanan.”

Pengorganisasian Pasar Pangan Lokal ini bagian dari Gerakan Permberdayaan GKM yang GPM lakukan untuk penguatan ketahanan ekonomi umat.

Pada 2 perayaan HUT sebelumnya GPM telah mencanangkan Gerakan Keluarga Menanam dan Gerakan Keluarga Melaut. Pada Hut kali ini kita memberi aksentuasi pada Gerakan Keluarga memasarkan. Itulah sebabnya Pasar Pangan Lokal ini dilakukan.

Kegiatan ini memiliki 2 tujuan, diantaranya: Mempromosikan dan Memasarkan Produk olahan Pangan Lokal dari kelompok usaha yang ada dalam binaan gereja selama ini. Harapannya agar produk olahan warga gereja itu dapat dikenal dan dipasarkan secara lebih luas. Dan yang kedua, memasarkan hasil- hasil produksi pangan warga gereja  agar bernilai  ekonomis. Langkah ini dilakukan untuk memecahkan kendala pemasaran yang dihadapi jemaat-jemat. Kedepan MPH melalui biro pemberdayaan Ekonomi akan merekayasa pasar berbasis kemitraan antara klasis produksi dan klasis dipusat pertumbuhan baru agar lebih permanen untuk memasarkan hasil hasil produksi warga jemaat.

Ia berharap, langkah kecil dalam memaknai HUT GPM ini makin menjadikan GPM sebagai Gereja yang terus ada bagi jemaat-jemaat. Menjadi gereja yang konsisten memberdayakan jemaat dan solutif atas kesulitan-kesulitan warga jemaat.

“Kami menyampaikan apresiasi dan terima kasih kepada semua bapa ibu pelaku usaha yg berpartisipasi dalam Pasar Pangan Lokal ini. Juga klasis-klasis yang berpartisipasi bersama.” Ungkapnya.

Kemudian, salah satu pelaku usaha, Ibu Ida Loupatty asal Klasis Pulau Ambon Timur (KPAT) saat di wawancara tim media center GPM, mengatakan bahwa sebagai peserta, ia bersyukur karena diberi kesempatan untuk perkenalkan produk sekaligus menjadi pemicu semangat untuk tetap bisa berkembang lebih maju.

Loupatty mengaku bahwa, ia bersama dengan kelompok UMKMnya dapat berkembang hingga saat ini, itu semua karena pendampingan dan perhatian yang diberikan oleh pihak Klasis.

“Awalnya biasa saja, kami masih melakukannya sendiri-sendiri tapi kemudian ada pendampingan dari klasis, dan juga kami diberikan stimulan 5 juta dari klasis dan kemudian kami dibentuk dalam kelompok dan terus berkembang hingga sekarang,” ungkapnya.


Kelompok UMKM dari KPAT memasarkan 10 produk pada kegiatan Pasar Pangan Lokal, diantaranya: jus pala, kacang harida, halua kacang dan noga kacang, torapu, patatas ungu, kelor , tepung sagu, jus dan selai tomi-tomi, jus galoba, kerepek keladi.

Kelompok UMKM KPAT juga telah memiliki legalitas usaha, sehingga sudah siap dipasarkan pada gerai-gerai modern, namun masih terkendala dengan peralatan, dan juga bahan pokok. Kedepannya, ini sedang diupayakan, baik peralatan maupun bahan pokok, yang harapannya dapat tercipta kerjasama dengan klasis produksi (Klasis Seram diantaranya). Hal ini sejalan dengan tujuan yang disampaikan oleh Pendeta Sapulette dalam arahannya.

Loupatty berharap gereja tetap memberikan perhatian kepada kelompok UMKM supaya apa yang bisa dirasakan oleh kelompok UMKM KPAT dapat juga di rasakan oleh pelaku UMKM yang ada di klasis-klasis lain.

“Karena tanpa perhatian dan kerjasama gereja belum tentu kami bisa seperti ini,” ungkap Loupatty.