Peran GPM Dan Gereja-Gereja Denominasi 'Menyikapi Kehidupan Oikumene Di Pulau Batang Dua'
Laut teduh, rombangan MPH bersama para pendeta dan penatua tiba di Jemaat GPM Mayau sebagai nyanya rumah kegiatan Sinode GPM yang terhitung dua kali dalam tahun 2022. Mereka menggunakan sabuk 86, dan berlabuh di atas laut tanpa pelabuhan. Hanya menuruni tangga kapal ke Bodi Viber milik jemaat GPM Mayau. Setelah sampai di pantai, rombongan berjalan menuju ke gedung gereja Efata.
Di depan gereja, mereka disambut oleh tarian cakalele yang ditarikan oleh anak jemaat Patrik Katiandago dengan tarian yang padukan bersama anak-anak Paud Efata. Rombangan pun disambut oleh majelis jemaat bersama Pendeta Ny. A. B. Sarioa/Haurissa sebagai ketua majelis jemaat. Sesudah itu, rombangan memasuki gedung gereja untuk berdoa bersama yang dibawakan Penatua Wiliam Koupun sebagai Seksi POS.
Sebelum kedatangan rombangan dari Ternate, rombangan dari jemaat Tifure sudah duluan datang ke Mayau. Para peserta pun menuju ke Bido, tepatnya di gedung gereja Filadelfia Bido untuk melakukan kegiatan dari Biro POS Sinode, mereka menikmati sarapan pagi. Sekitar jam 10.00 WIT rombongan menuju Bido dengan menggunakan mobil pick Up dan beberapa sepeda motor.
Rombangan disambut baik oleh pendeta Bido yaitu Nazer Lette yang membuka pintu gereja. Segala hal yang berkaitan dengan menteri, dan alat telah disiapkan.
Hari pertama, doa pembukaan kegiatan dari koordinator GKPMI di Batang Dua, pendeta Naftali Heru. Selanjutnya kegiatan dimulai dari sambutan oleh MPH Sinode, Pendeta Dr. Rudy Rahabeat yang dalam jabatannya yaitu Wakil Sekretaris Umum MPH Sinode.
Dalam arahan Pendeta Rudy, beliau menyapa semua pimpinan gereja, lurah dan kecamatan, peserta dari tiap gereja sebagai sahabat. Di mana persahabatan yang dimulai dari perkenalan, perjumpaan membuat hubungan saling tahu-menahu antar pribadi menjadi prinsip pertama sebuah hubungan Oikumene. Bukan itu saja, Oikumene yang dimaksudnya adalah membangun hubungan bersama, baik gereja, manusia dan alam, itu kenapa di dam GPM ada sebutan Oikumene Semesta. Artinya relasi yang utuh menjadikan gereja-gereja mengerti tentang pentingnya kehidupan di dunia.
Ketika semuanya mengerti. Sekla Ternate pendeta Donny Toisuta kemudian memberi prosedur kegiatan selama dua hari. Kegiatanpun didampingi ketua Klasis GPM Ternate, Pendeta W.J Terloit sebagai penanggung jawab.
Menteri pertama dibawakan Wasekum tentang sejauh mana dapat mengenal dan mengetahui berapa gereja di Batang dua, semua peserta menuliskan nama-nama yang dipresentasikan. Ada yang dari GPM, GMIH, GKPMI, GPDI.
Pendeta Rudy memaparkan secara detail tentang hubungan Oikumene dan faktor-faktor yang mendukung kerjasama antara gereja di Indonesia. Selain itu, cara-cara membangun relasi dengan gereja, manusia dan alam. Pertanyaan, sanggahan dan perenungan pun diungkapkan oleh perseta tentang dinamika bergereja di Batang Dua.
Materi kedua dari pendeta Ny. o. Nojia/Subagio yang dalam jabatannya sebagai Kepala Biro Pengembangan Hubungan Agama Denominasi dan aliran Kepercayaan. Beliau mengajak semua peserta untuk bersama dalam sebuah permainan lagu dan saling mengenal dengan mencari kelompok 4 dan 5 orang, selain itu dengan mencari keseragaman warna baju dan menyampaikan nama-nama dari tiap peserta yang tidak segereja. Beliau hadir bersama pendeta N. Wairata yang ada staf Biro dan Pendeta Janes Souhoka yang adalah anggota Biro.
Hari pertama berjalan dengan baik. Pagi sampai sore menjadi saksi sejarah kerjasama gereja-gereja di Batang Dua yang masuk dalam administrasi kota Ternate. Semuanya telah berbicara dan pendeta Donny membagikan tempat untuk live In, yang mana Pdt Della tinggal bersama dengan saudara di gereja GMIH dalam hal ini keluarga Salu, Penatua Niko dari Soa Tabanga tinggal di Lelewi bersama keluarga Daud dari GPDI, sedangkan pendeta Fileks Talakua bersama anggota jemaatnya Sony Motulo. Dalam kegiatan yang berlangsung, mereka telah menikmati makan siang dan snack sore.
Hari kedua, kegiatan berlangsung di gedung gereja Efata Mayau. Manteri dibawakan oleh Pendeta Ola dengan beberapa poin tentang memaparkan isu, akar masalah dan solusi yang kemudian dalam materinya, peserta dibagi menjadi tiga kelompok yaitu kelompok Lelewi, Bido dan Mayau.
Masing-masing kelompok mempresentasikan tantang mimpi dan upaya membangun kerjasama antar gereja, manusia dan alam untuk ada dalam proses ritual yaitu Kebaktian bersama, pemberdayaan untuk meningkatan kemampuan umat dan kebersamaan untuk membentuk sebuah tim kordinasi di Batang Dua untuk kerjasama gereja-gereja. Kesepakatan bersama akan tindaklanjuti sebagai proses bersama di dua hari kegiatan yang berlangsung dari tanggal 5-6 Oktober 2022.
Penutupan berlangsung dengan baik. Diakhir dengan kebaktian yang dibawakan oleh Pendeta F. Talakua dengan membawakan refleksi tentang genggaman yang kuat gereja-gereja di Batang Dua untuk bersama membangun kerjasama dengan baik.
Dalam penutupan, arahan penutup dari Wakil Sekretaris umum MPH menyampaikan bahwa dua hari kegiatan dapat memberikan dampak positif bagi keputusan gereja secara bersama di pulau Batang Dua. Bersama dengan kebersamaan itu, semua peserta diberikan penghargaan dan sumbangsih GPM dalam memberikan cindera mata berupa buku untuk digunakan sebagai kekuatan bersama gereja-gereja.
Setelah selesai kegiatan, semuanya menikmati kembali makan malam. Setelah di esok harinya tepat jam 08.00, WIT para peserta dan rombangan kembali ke Ternate dengan menggunakan Bodi Viber gereja Jemaat GPM Mayau untuk menaikan kapal3 sabuk Nusantara 86 dengan sebuah harapan. "Kehidupan bersama antar gereja, manusianya dan alamnya menyatu sebagai karya keagungan Tuhan"
-------
Pewarta : Pdt. W. Haurissa, S.Si-Teol, M.S - Pendeta Jemaat Mayau Klasis Ternate