Penguatan Spiritualitas Tuagama Klasis Kota Ambon di Bali




Sebanyak 49 Tuagama Klasis Kota Ambon, Sinode GPM, hari ini melakukan perjalanan ke Bali selama 6 hari untuk mengikuti kegiatan Penguatan Spiritualitas Tuagama Klasis Kota Ambon bersama dengan Majelis Pekerja Klasis (MPK), Selasa, (11/04).

Ketua tim pelaksana Penguatan Spiritualitas Tuagama Klasis Kota Ambon, Elvis Pattiselanno menjelaskan, yang mengikuti kegiatan ini para Tuagama yang berasal dari 21 Jemaat di dalam klasis Kota Ambon.

Kegiatan akan berlangsung 2 hari di Bedugul. Nantinya ada kegiatan yang bersifat indoor maupun outdoor. Para Tuagama akan dibagi dalam 12 kelompok 1 kelompok Cuma 5 orang di damping oleh 1 Pendeta.

“Yang uikut juga ada 12 pendeta sehingga nanti 1 Pendeta akan sharing dengan 4-5 tuagama. Kemudian diakhiri dengan kontemplasi,” ungkapnya.


Lebih lanjut Pattiselanno menjelaskan bahwa pusat pembinaan spiritualitas Gereja Kristen Protestan Bali (GKPB) itu luar biasa fasilitasnya. Para rombongan nantinya menginap disitu selama 2 malam dan 2 hari kegiatan berlangsung disitu.

Rombongan akan kembali ke Denpasar dan menginap di seputaran Kuta, dan berwisata selama 3 hari. Dan di hari Minggu tanggal 16 nanti, rombongan akan beribadah bersama di GKPB Jemaat Kristus Kasih (Jemaat pusat di Denpasar) para Tuagama akan menyampaikan puji-pujian. “Ketua Sinode GPM yang akan memimpin ibdah pada hari Minggu itu dan kembali ke Ambon hari Senin,” tuturnya.

Sementara itu, Ketua Klasis Kota Ambon, Pendeta Nick Rutumalessy, mengatakan bahwa ini adalah bentuk penghargaan bagi Tuagama. Ia berharap perjalanan ini semakin menguatkan panggilan para Tuagama untuk melayani tanpa berpikir untung rugi, sebab ternyata gereja memandang mereka bukan sebagai unsur yang paling rendah tapi sama posisinya dengan para pelayan yang lain. Kemudian, setelah melakukan perjalanan ini juga, mereka lebih kuat dan setia dalam melayani.


“Memang program ini diterima baik oleh banyak kalangan. Usaha-usaha dana yang dilakukan oleh tim sungguh-sungguh direspons dengan baik karena mereka menganggap ini Tuagama jadi mereka mau campur tangan. Artinya pada titik ini gereja telah memberi tempat yang layak untuk tugas-tugas pelayanan,” ungkapnya.

Selanjutnya, Sekertaris Umum MPH Sinode GPM, Pendeta S. I. Sapulette, dalam arahannya mengatakan bahwa MPH sendiri melihat ini sesuai dengan arah pengembangan gereja yang salah satunya adalah pengelolaan isu peningkatan kapasitas pelayan.

Itu artinya bahwa kegiatan Penguatan Kapasitas Pelayan ini adalah upaya sadar gereja di KKA untuk penguatan kapasitas pelayanan (Tuagama). Kompetensi spiritualitas ini dasar pelaksanaan tugas gereja. Pilihan memperkaya spiritualitas Tuagama menjadi pilihan penting.

Oleh sebab itu MPH berharap agar para Tuagama dapat fokus supaya tujuan kegiatan ini dapat tercapai. Sehingga, nantinya setelah kembali dapat mengimplementasikan dalam tugas dan tanggungjawab sebagai Tuagama di Jemaat masing-masing.

Sapulette juga menghimbau agar dapat menjaga nama baik Sinode GPM selama 6 hari kegiatan di Bali..