Pencanangan HUT Ke 87 Tahun dan Gerakan Keluarga Melaut di Bumi Jargaria
Selasa, 22 Agustus 202, telah berlangsung acara Pencanangan Hari Ulang Tahun (HUT) Sinode GPM ke 87 Tahun sekaligus pencanangan Keluarga Melaut yang terlaksana di Jemaat GPM Blakang Wamar (Pantai Papaliseran), Pulau-pulau Aru – Dobo.
Acara pencanangan diawali dengan kebaktian yang dipimpin oleh Pendeta Y. Parihala, M.Th. Dalam khotbahnya mengatakan, Jika hari ini GPM mencanangkan Gerakan Keluarga Melaut di usia ke 87, maka gerakan itu bukan hanya progress atau program semata. Karena itu keluarga mejajdi basis dari gerakan melaut. Ini adalah undangan, ajakan, bahkan dorongan bagi keluarga GPM, juga bagi semua warga Maluku, untuk bersama bergerak menjadi sebuah potensi energi yang memberi kehidupan.
“Mari di hamparan laut yang luas, katong partisipasi bersama, panggayo bersama lanjutkan keluarga melaut sebagai sebuah gerakan nyata bukan hanya kata-kata. Sebab kata Firman, laut adalah teater/panggung, mimbar pemberitaan, disana katong akan mengalami Tuhan,” Tutur Pendeta Parihala.
Dilanjutkan dengan Akta pencanangan yang dipimpin oleh Ketua MPH Sinode GPM, Pendeta E. T. Mapaitella yang ditandai dengan penebaran Matafui-Taripang oleh MPH Sinode GPM bersama dengan Pemerintah Kabupaten Pp Aru, PHBG Sinode GPM, dan disaksikan oleh seluruh jemaat yang hadir di Pantai Papaliseran.
Menariknya, selain diramaikan dengan persembahan pujian, puisi dan tarian, dalam Kebaktian pencanangan HUT ke 87, suasana khusyuk mengelilingi tempat kebaktian, dengan flash light untuk mengenang korban kekerasan seksual anak dibawah umur.
Setelah kebaktian dilanjutkan dengan acara seremonial, yang diawali dengan arahan oleh Pendeta E. T. Maspaitella. Dalam arahannya Pendeta Maspaitella mengatakan hari ini, dari bumi Jargaria, dari dalam belang milik Ursiw-Urlima, pencanangan Perayaan HUT ke-87 GPM, yang akan dimulai melalui Pekan Bina Keluarga GPM pada 30 Agustus – 6 September 2022 dan Gerakan Keluarga Melaut.
“Saya hendak menyatakan bahwa peristiwa Kudus ini memberi pesan kuat kepada kita tentang arti keluarga sebagai gereja awal dan gereja terkecil,” imbuhnya.
Lebih lanjut Pendeta Maspaitella mengajak seluruh umat untuk menaruh perhatian penuh kepada anak-anak sebagai generasi emas gereja dalam persiapan menuju 1 abad Sinode GPM di tahun 2035.
Salah satunya nestapa anak-anak bangsa di Jemaat Kariu, yang sejak 26 Januari 2022 terpaksa belajar di pengungsian, menumpang pada sekolah di Aboru tanpa status yang pasti dan sampai hari ini belum mendapat perhatian sewajarnya dari negara. Di sisi lain pada 18 Agustus 2022, bersama Yayasan Huni Meku Manise, dalam kerjasama dengan GPM dan Yayasan Sagu Salempeng GPM, berkesempatan menyaksikan anak-anak yang hidup dalam keluarga saudara-saudara ODHA atau terlahir dari orangtua yang positif HIV/Aids. Lalu, di Aru, sejak kemarin, nona Aru (CL) berusia 7 tahun yang harus meninggalkan karena mendapat perlakuan tidak manusiawi dari pelaku kekerasan seksual yang telah turut mengakhiri hidupnya.
Kemudian, sejak tahun 2016 bahwa setiap perayaan HUT GPM diawali dengan Pekan Bina Keluarga yang dimulai pada 30 Agustus sebagai Hari Keluarga GPM. Dengan 5 poin utama yaitu:
- Pertama, keluarga adalah gereja awal, gereja kecil dan basis pembinaan umat GPM.
- Kedua, keluarga adalah lembaga sosial dan rohani yang dibentuk oleh Tuhan dan dikuduskanNya. Sebab itu suami/papa, istri/mama, anak-anak/kakak-adik adalah bagian satu keluarga yang harus memelihara hubungan di antara mereka.
- Ketiga, pembinaan keluarga (Binakel) adalah aktivitas rohani yang penting untuk membentuk karakter dan kematangan iman anggota keluarga supaya mereka dapat bersaksi di tengah masyarakat.
- Keempat, Binakel membuat keluarga akan berhimpun, bersekutu, berdoa, beribadah, menyanyi dan bersyukur bersama-sama setiap hari.
- Kelima, Binakel menjadi cara rohani untuk menghadapi dan menyelesaikan beragam masalah rumah tangga, mulai dari relasi suami-istri, orangtua-anak, kakak-adik, dan menghindarkan keluarga dari rupa-rupa penyakit sosial.
Sementara itu, terkait dengan Pencanangan Gerakan Keluarga Melaut, diawali dengan ucapan terima kasih kepada Panitia Hari-hari Besar ((PHBG) Sinode GPM yang telah menyerahkan bantuan motor tangkap kepada kelompok nelayan yang akan dibina oleh tiga Klasis di Aru Raya. Pendeta Maspaitella menjelaskan, ada 3 komponen aktivitas GKM yang digalakan oleh Sinode GPM yaitu Gerakan Keluarga Menanam yang sudah dicanangkan pada 15 September 2021. Komponen kedua adalah Gerakan Keluarga Melaut yang dicanangkan hari ini, 23 Agustus 2022, dan Gerakan Keluarga Memasarkan hasil produksi ekonomi keluarga yang berjalan bersamaan dengan dua komponen kegiatan GKM lainnya itu. Untuk Gerakan Keluarga Melaut dimulai dari Jargaria, bumi mutiara indah cenderawasih lestari. Kepulauan yang dipagari Tuhan dengan wakat-wakat yang kokoh dan tegar memecah ombak. Wakat sebagai habitat kataka yang mahal dan tentu lezat. Sumber-sumber ekonomi milik mutlak masyarakat Ursiw dan Urlim.
Selanjutnya, Belang dipakai sebagai simbol dari Gerakan Keluarga Melaut. Ini dipinjam dari simbol-simbol adat dan budaya orang Aru, sebagai simbolisasi kekeluargaan Ursiw-Urlima.
“Artinya di pulau mana pun kita hidup, asalkan kita adalah bagian dari “mata belang” kita adalah keluarga yang harus saling menjaga, menghormati, menolong, dan menghidupkan satu sama lainnya,”.
Belang Ursiw-Urlima mengajarkan untuk memberi hidup, mengutuhkan, menghimpun dalam simbolisasi Bijarum – ikan paus, yang sekaligus menjadi penanda kepulauan Aru. Tak lupa juga nilai hidup dari Ursiw, dalam simbolisasi Lisi – ikan hiu, bahwa harus mengawal, menjaga, melindungi, mengusir orang-orang yang berpotensi menghancurkan satuan potensi alam negeri ini.
“Matafui – teripang, yang kita sebarkan sebagai tanda dimulainya Gerakan Keluarga Melaut ini adalah bukti bahwa di laut ada banyak berkat. Mari menjaga, melestarikan dan mari mengelolanya untuk anak cucu kita,” tutupnya.
Dilanjutkan dengan sambutan oleh Bupati Kabupaten Aru, yang dalam hal ini diwakili oleh Wakil Bupati, Muin Sogalrey, SE. Atas nama pemerintah kabupaten, Sogalrey memberikan apresiasi kepada MPH Sinode GPM yang telah melaksanakan acara pencanangan disaat ini.
Ia Berharap momentum ini bukan sekedar selebrasi tanpa makna tetapi berdampak hasil yang dapat menunjukan bahwa gereja masih ada dan terus berkarya sekaligus menegaskan misi Allah yang dilakoni oleh GPM.
Sebagai penutup, Sogalrey mengatakan, semoga GPM menjadi rumah bersama dalam terus menyiram dan menabur berkat Allah demi mendorong seluruh warga untuk selalu sadar, peka, pro sosial, ekologi dan alam semesta sebagai wujud bersyukur atas kasih karunia Allah dalam merajut dan memperkuat spirit keindonesiaan.