Pekan Penguatan Kapasitas Pelayan Klasis Gpm Ternate & Kunjungan Uskup Diosis Amboina Di Ternate



Pekan Penguatan Kapasitas Pelayan Klasis Gpm Ternate & Kunjungan Uskup Diosis Amboina Di Ternate

Matahari baru saja terbit. Kami sebagai pelayan mengambil tempat di ruangan serbaguna jemaat GPM Imanuel Ternate. Empat hari kegiatan berjalan dengan baik dalam pertolongan Kristus Yesus kepala Gereja.

Hari pertama dimulai dengan orientasi kegiatan oleh Sekretaris Klasis Ternate, Pendeta Donny Toisuta. Orientasi bertujuan untuk memperlengkapi potensi para pendeta dan majelis  mengenai data pelayanan serta pengetahuan aplikasi yang mengalami kemajuan di GPM seperti kurikulum PFG, aplikasi MSIPT, BMG, iRenstra, Aplikasi kepegawaian dan keuangan.

Penyesuaian di era digital dapat mampu mendukung gereja sebagaimana dalam refleksi Pendeta Della Pattiapon tentang Roh Kudus yang tercurah untuk mengerjakan anugerah Allah bagi kemajuan gereja. Untuk itu, dibutuhkan ketekunan, kerajinan dan keterampilan seorang hamba yang bekerja untuk tuannya yaitu Tuhan Yesus.

 

Pada hari yang sama. Materi dilanjutkan oleh Pendeta Donny tentang PFG dan perubahan-perubahannya yaitu soal manajemen PFG itu sendiri, dari berbagai pergumulan bergereja di tahun 1985 tentang pendidikan dan penetapan peraturan pokoknya, yang kemudian mengalami penyelarasan sampai tahun  2022 dengan berdasar pada keputusan sidang MPL ke-42 tentang program penyusunan PTM PFH secara efektif.

Selanjutnya, sangat penting peran keluarga untuk membina anak-anak di era new normal yang mengarah pada pembentukan diri anak untuk bertumbuh agar di zaman digital. Untuk itu anak bukan hanya mengenal  tetapi anak-anak dapat menetapkan batas-batas pertemanan secara cerdas dalam bersikap. Hal ini sejalan dengan kepala BKKBN Maluku Utara, Dra. Renta Rego  yang menerangkan sebuah  pemberian pemahaman atau mengarahkan cara pandang anak dalam bergaul sesuai nilai-nilai etis dan norma yang benar.

Dalam keseragaman kurikulum PKRG GPM yang berkaitan dengan modul dan penggunaannya dapat diterapkan dengan metode pengajaran anak di jemaat-jemaat supaya para pelajar bukan hanya menyesuaikan diri dengan proses digital saja tetapi lebih kepada mempertahankan integritas diri supaya siap tampil untuk menyesuaikan diri untuk belajar melihat isu-isu gereja secara efektif.

Hari kedua. Para pelayanan mendapatkan kesempatan untuk mengenal dan belajar tentang prosedur Barang Milik Gereja (BMG) yang sudah diatur pada peraturan pokok yang terdapat 97 pasal. Peraturan pokok tersebut mengatur BMG secara sistematis dan terperinci. Menurut Alex Pesiwarissa, BMG mempunyai produk yang banyak, yang dijelaskan secara spesifik yaitu dasar kekuatannya. Pertama, ada di foto barang, biaya, tahun, ukuran dan nomor barang. Untuk itu secara terperinci pengawalan terhadap BMG dan total kepemilikan BMG dapat diketahui dan tersimpan di sistem. Terkait dengan itu, pergumulan yang telah dijawab dari tahun 2017, MPL di Wayaloar dan disahkan tahun 2018 di Saumlaki menjadi titik pengamanan BMG dengan baik pada sistem aplikasi BMG.

Hari ketiga. Direktur Media Center Sinode GPM tiba di Ternate dalam rangka penguatan kapasitas pelayanan juga. Pendeta Maryo Majaruni memaparkan betapa penting basis data jemaat. Pergumulan panjang dan perkembangan MSIPT yang  kemudian mengalami inovasi dari saran dan masukan setiap pihak yang sudah berjumpa di aera payanan GPM. Pdt. Maryo kemudian menjelaskan tentang pengembangan MSIPT dari off online ke online bersifat website semakin hari mengalami kemajuan dan terus dikembangkan dengan inovasi-inovasi terpadu. Salah satunya elemen-elemen yang diupdate dan menu-menu terbaru. Dengan demikian pengetahuan digital yang ada terdapat pada sistem berbasis data tetap bertahan walau pemimpin gereja berganti. Begitu pula dengan iRenstra yang mengalami perkembangan, di mana kerjasama MC GPM dengan Balitbang GPM membuat kelengkapan aplikasi secara efesien supaya ketersediaan data yang akurat dan dapat dipertanggungjawabkan. Di mana aplikasi membantu atau mendukung pengambilan keputusan, administrasi dan data sinode, klasis, jemaat dan sektor.

Hari keempat dalam penyelesaian data base jemaat di klasis Ternate telah dituntaskan. Mulai dari jemaat GPM Mayau yang menjadi video tutorial, kemudian dilanjutkan ke jemaat Imanuel, Tifure dan Soa Tabanga. Selanjutnya ada juga pergumulan pemberdayaan ekonomi dalam klasis Ternate dengan sumber-sumber ekonomi seperti produk-produk usaha jemaat yang dipasarkan lewat MarketPlace. Dari situlah jemaat dapat melakukan transaksi jual beli. Bukan hanya itu, aplikasi keuangan dan kepegawaian juga mempunyai aplikasi sendiri yang berbasis website.

Sesudah penjelasan dan praktek bagi para pelayanan yang di dalamnya terdapat para pendeta dan majelis. Arahan penutupan dari Pdt. W. Terloit sebagai pimpinan klasis menyampaikan terima kasih banyak untuk pemateri dari pihak BKKBN, BMG, MSIPT yang memperkenalkan aplikasi milik GPM dengan tujuan, dapat dipahami untuk dikerjakan sungguh-sungguh di era kemajuan teknologi aplikasi oleh MC GPM dalam hal ini sinode GPM. Dengan demikian ketua klasis menutup seluruh kegiatan yang berlangsung kurang lebih 5 hari dalam pertolongan Yesus Kristus.

Berselang dua hari kegiatan. Para pendeta kemudian mempersiapkan diri bersama MJ GPM Imanuel Ternate untuk bersama-sama melakukan acara pertemuan antar gereja GPM dan Katolik. Di dalamnya kunjungan Uskup Mrg. Seno “Inno Ngutra di Ternate bersama umat GPM. Tujuannya yaitu untuk membangun hubungan persahabatan antar kedua gereja itu. Sejalan dengan persahabatan, Pdt. W. Terloit memberikan ucapan selamat datang sekaligus mencatat untuk pertama kali dalam sejarah klasis Ternate bersama Uskup Amboina datang di gereja Imanuel Ternate (gereja ayam). Untuk itu,perlu dijaga hubungan baik, kebersamaan gereja-gereja yang menjadi daya juang umat dan pelayan.

Dilanjutkan dengan uskup Mrg Inno Ngutra yang menyampaikan niatnya lewat sambutan dengan berdasar pada Duc In Altum (bertolak ke tempat lebih dalam) di mana maknanya untuk umat dan pelayan menjaga toleransi dari perjumpaan tokoh agama dan umat, bahkan harus menjaga integritas diri sebagai para pelayan yang menjumpai kaum lemah untuk dilayani dengan kerelaan dan ketulusan.

Penulis: Pendeta W. Haurissa





Berikan Komentar

Silakan tulis komentar dalam formulir berikut ini (Gunakan bahasa yang santun). Komentar akan ditampilkan setelah disetujui oleh Admin