Orang Berhikmat Menjauhi Pertengkaran




Amsal 20 : 3

Masih ingatkah kita tentang “kasus Sambo” yang menyita perhatian banyak orang baik di tanah air maupun luar negeri. Sambo disebutkan membunuh anak buahnya (JH) karena amarah yang meledak-ledak setelah mendapat informasi bahwa isterinya (PC) dilecehkan oleh ajudannya sendiri meskipun informasi tersebut tidak dapat dibuktikan kebenarannya. Namun, satu hal yang memberikan pelajaran penting bagi kita bahwa amarah (emosi) yang tidak dapat dikendalikan menimbulkan masalah besar bagi diri kita sendiri maupun orang lain. Hal ini dijelaskan oleh penulis kitab Amsal dalam bacaan kita tadi, “terhormatlah seseorang, jika ia menjauhi perbantahan, tetapi setiap orang bodoh membiarkan amarahnya meledak” (ay.3). Salomo mau mengingatkan, orang yang hidup berdasarkan hikmat melakukan hal-hal yang benar sedangkan orang bodoh hidup menurut hawa nafsunya. Orang yang hidup berdasarkan hikmat menjauhi perbantahan karena perbantahan (pertengkaran) dapat membahayan diri sendiri (band.ay.2), bahkan bisa menjadi sumber perpecahan baik dalam keluarga, gereja maupun masyarakat. Orang yang hidup berdasarkan hikmat Allah biasanya membangun hubungan yang baik dengan orang lain, sabar, rendah hati, menghargai orang lain, tidak sombong, suka menolong, dan sebagainya. Sebaliknya orang bodoh membiarkan amarah (emosi) menguasai dirinya sehingga dia cenderung melukai hati orang lain dengan kata dan perbuatannya. Marilah jadi orang berhikmat yang dapat mengendalikan amarah dan menjauhi pertengkaran.

Doa:  Tuhan tuntun kami untuk mengendalikan emosi dan menjauhi pertengkaran, Amin.