Mitigasi Pulau Terluar Sinode GPM di Maluku Utara



Mitigasi Pulau Terluar Sinode GPM di Maluku Utara

Salam tangguh “tanggap, tangkas, tangguh” begitulah salam dari relawan GPM.

Pagi begitu sejuk. Sabuk 86 berlabuh di atas laut Mayau pulau Batang Dua tanpa pelabuhan, rombongan dari Ternate dan Sula-Taliabu. Mereka kemudian harus melewati tangga kapal dan berpindah ke perahu yang disebut taxi laut. Sehari sebelumnya, tim relawan Tifure  menggunakan bodifiber tiba di Mayau pada malam yang tenang.

Rombangan dari Ternate ini adalah Pendeta Diana Siwabessy/S, (Sekdep POS), dokter Sherly Yakobus Sp.KJ (Piskiater,Dikertur RSKD Provinsi Maluku, bersama Suster Rika, Bung Alfrido Ralahalu, Ibu Anda Sitania, Pendeta Marlon Tomalueng, sebagai tim dari Sindoe GPM. Bersamaan dengan tim yang bekerjasama dari klasis Ternate yaitu tim BMKG Meteorologi Geofisika dan LSM Ronano. Mereka disambut jemaat dengan tarian cakalele. Sesudah itu mereka dibagi ke rumah-rumah jemaat untuk kemudian mengikuti kegiatan Mitigasi Bencana tingkat Sinode.

Beberapa dari mereka sebagai narasumber handal yang bukan saja memberikan materi tetapi juga simulasi bagi 55 peserta relawan GPM. Tuan rumah kegiataan Jemaat GPM Mayau didalam majelis jemaat yang dipimpin oleh Pendeta A.B. Sarioa/H sebagai penanggung jawab bersama klasis ternate, Pendeta, W. Terloit (Kekla) dan Pendeta D. Toisuta (Sekla) yang mendampingi seluruh kegiatan.

Kehadiran tim relawan dari Imanuel Ternate, Tifure, Mayau dan Sula-Taliabu ini sangat konsisten dalam mengikuti kegiatan secara total selama dua hari.

Hari pertama dimulai dengan kebaktian pembukaan dilayani Pendeta jemaat yang dalam refleksi dimulainya dengan sebuah istilah “tiba saat tiba akal” artinya terkadang terjadi bencana  barulah ada gerakan secara tiba-tiba tanpa ada persiapan. Tetapi kita dapat belajar dari tim relawan GPM, salah satunya tim relawan GPM Jemaat Mayau yang oleh AMGPM dari tahun 2017 yang sudah melewati kejadian gempa bumi 7,4 dan air laut yang masuk ke rumah-rumah penduduk sampai 2021.

Kerja-kerja dengan hati dan rasa terpanggil ini mempunyai dasar yang kuat. Pertama; mempunyai roh kekuatan bukan ketakutan seperti yang dijelaskan Timotius, selanjutnya pekerjaan sukarela tanpa bayar dan tanpa dana. Kedua; kasih menjadi prinsip untuk menolong korban bencana, berempati dan mengolah pribadi secara total. Ketiga; ketertiban untuk mengorganisir atau mengatur secara baik untuk menghadapi kejadian bencana yang disebabkan alam secara natural atau disebabkan oleh perbuatan manusia. Sambil mengingat bahwa pulau Batang Dua adalah daerah rawan bencana, yang dari keterangan BMKG terdapat dua lempengan laut Maluku, sebelah timur Halmahera, sebelah barat lempengan Sangihe di bawah pulau Batang Dua.

Untuk itu jemaat-jemaat di area pelayanan GPM di Maluku dan Maluku Utara mempunyai tim relawan bencana yang bekerja dengan tertib dalam  peningkatan kewaspadaan dan kesiapsiagaan secara aktif terhadap bahaya bencana.

Selain kebaktian, acara pembukaan ditandai dengan tifa oleh Pendeta Diana. Sebelumnya ketua Klasis GPM Ternate, memberikan selamat datang kepada tim, dan para peserta sambil berharap; dua hari kegiatan Mitigasi Bencana harus fokus pada penjemaatan informasi tentang resiko bencana dan perubahan iklim secara berjenjang dari Sinode, Klasis, dan Jemaat. Selanjutnya kegiatan ini dapat bermanfaat dan dapat diikuti dengan baik sebagaimana kedatangan tim sangat bernilai karena kegiatan tersebut berlangsung di tapal batas GPM, Maluku Utara.

Setelah itu, arahan dari Pendeta Diana (Sekdep), dalam arahannya menjelaskan tentang bencana dari berbagai perspektif yang tergantung pada pola pikir berbeda-beda. Untuk itu, berdasarkan Pola Induk Pelayan GPM yang dulunya menangani bencana yakni Pelpem, sekarang telah ada dalam satu bagian khusus Dep yaitu POS Biro lingkungan hidup yang bekerjasama dengan BASARNAS, PMI, dan BPBD.

“Ketua Sinode GPM telah menjadi salah satu narasumber di kegiatan hari kesiapsiagaan Nasional di Ambon” ungkapnya. Dikarenakan GPM adalah salah satu dari tujuh lembaga Gereja powell project di Indonesia menurut PGI.

Dalam arahan Pendeta Diana, ada yang nama para bencana-saat bencana-pasca bencana, dilanjutkan dengan langkah-langkah strategis dari PIP-RIP GPM untuk kegiatan mitigasi bagi jemaat GPM Mayau sebagai jemaat percontohan.

Kebanggaan jemaat GPM Mayau menjadi tuan rumah yang menjadi jemaat percontohan itu ditentukan dari 764 jemaat bersama dengan 2 jemaat yaitu jemaat Maikor di klasis Aru Tengah, dan di jemaat Haruku Samet klasis Lease.

Kegiatan mitigasi bencana ini bermaksud untuk menyiapakan secara total kapasitas umat dan relawan dengan tujuan “Gereja Tangguh”.

Dua hari kegiatan ditutup dengan kebaktian kenaikan Yesus Kristus yang dilayani oleh Pendeta Diana Siwabessy/S sambil menyampaikan refleksinya soal solidaritas, sebuah ketahanan untuk saling menolong, bahu membahu, ale rasa beta rasa, bahkan untuk relawan supaya tetap solid demi pelayanan seperti Yesus yang dalam perkataan dan perbuatannya melebih kata solid itu karena empati yang utuh.

Pagi kembali hadir setelah dua hari. Para rombongan kembali ke Ternate dengan segala baik, berlayar di atas lautan bersama riuk angin dan hujan sedingin cinta seluas samudera.

_Pdt. W. Haurissa



Berikan Komentar

Silakan tulis komentar dalam formulir berikut ini (Gunakan bahasa yang santun). Komentar akan ditampilkan setelah disetujui oleh Admin