MELAYANI DENG HATI DI BAWAH KAKI GUNUNG BUARLALY




Rabu, 08 Mei 2024, pukul 10.00 WIT, berlokasi di gedung gereja Ebenhaezer, Jemaat GPM Wulur dilaksanakan akta serah terima Ketua Klasis GPM Damer yang lama Pdt. Roby Mamuly kepada Ketua Klasis yang baru Pdt. Peter R. Manuputty. Akta serah terima ini dihadiri oleh unsur MPH Sinode GPM, Pdt. Y. Colling. Dalam sambutannya, Colling menyampaikan bahwa rotasi atau mutasi para hamba Tuhan di tingkat Jemaat dan Klasis merupakan sesuatu yang biasa, perlu dilakukan dalam pelayanan bergereja kita. Selain kebutuhan dalam pelayanan, perlu juga penyegaran dalam sistem bergereja, sebagai upaya gereja untuk terus menjawab kebutuhan, tidak hanya secara institusi tetapi lebih kepada menjawab problematika dalam kehidupan berjemaat, tutur mantan Ketua Klasis GPM Bacan ini.

Dalam sambutan perdana sebagai Ketua Klasis GPM, Manuputty memaknai mutasi para Pendeta sebagai cara Allah bekerja terhadap gereja dan hambanya. Oleh sebab itu, panggilan dan pengutusan ini harus direfleksikan sebagai bagian dari pertanggungjawaban iman kepada Allah. “Beta akan menyesuaikan pelayanan ini sambil belajar dan memahami arah bergereja di bawah kaki gunung Buarlaly”, tegas alumni Magister Psikologi dari Universitas Kristen Maranatha, Bandung.

Setelah proses akta selesai, Manuputty melaksanakan pertemuan singkat dengan Sekretaris Klasis dan para Pendeta di 8 Jemaat yang ada di Klasis GPM Damer. Dalam arahan singkatnya kepada para Pendeta, beliau menekankan tentang pentingnya memahami peraturan bergereja sebagai pedoman dalam pelayanan di Jemaat supaya tidak keliru dalam melakoni tugas pelayanan. Lanjutnya bahwa para Pendeta harus memperkuat relasi adik-kakak sebagai basis untuk menjaga, merawat dan menghidupkan persekutuan dalam pelayanan. "Katong harus baku topang, baku jaga, deng jang cuma lia diri sandiri", kata mantan Sekretaris Klasis GPM Aru Tengah ini.

Tanggung jawab yang diemban mendorong Manuputty berkunjung ke jemaat-jemaat di Klasis GPM Damer sebagai upaya mengetahui dan mengenal kehidupan umat di gereja laut pulau. Bertepatan dengan Juknis dari MPH Sinode GPM tentang Pemilihan Majelis Jemaat yang baru. Manuputty mengambil kesempatan ini untuk melakukan sosialisasi kepada warga gereja sembari bertemu dan mengunjungi ade-kaka Pendeta. Manuputty membagi tugas dengan Sekretaris Klasis, Pdt. Winda Dewanna, untuk melaksanakan sosialisasi Peraturan Organik GPM pada tanggal 14 Juni 2024, tentang Pemilihan Majelis di Jemaat GPM Kehli, tentunya didampingi oleh Ketua Majelis Jemaat, Pdt. Henly Siahaya dan Pendeta Jemaat, Pdt. Nancy Botter.

Minggu, 16 Juni 2024, Manuputty melanjutkan sosialisasi di Jemaat Bebar Barat, didampingi Ketua Majelis Jemaat, Pdt. Steven Oita dan Jemaat Kumur didampingi Ketua Majelis Jemaat, Pdt. Dessy Leatemia. Sedangkan, Dewanna sebagai Sekretaris Klasis melakukan sosialisasi di Jemaat Ilih didampingi Ketua Majelis Jemaat, Pdt. Telfrin Lasamahu dan Jemaat Bebar Timur didampingi Ketua Mejelis Jemaat, Pdt. Eklin de Fretes. Peziarahan pelayanan ini ditempuh dengan berjalan kaki melewati hutan, sebab belum ada akses roda dua dan roda empat yang terhubung ke Jemaat. Menurut Manuputty mereka perlu berjalan agara merasakan bagaimana umat harus menempuh medan dan jarak yang tidak mudah dalam melakoni aktivitas. Sebuah pernyataan sederhana namun bermakna.

Senin, 17 Juni, Manuputty melanjutkan sosialisasi di Jemaat Batu Merah didampingi Ketua Majelis Jemaat, Pdt. Beby Kwaitota.  Tugas pelayanan ini pun dilakukan oleh Dewanna di Jemaat KuayMelu didampingi Ketua Majelis Jemaat, Pdt. Astrid Kabina. Berbeda dari medan sebelumnya, medan kali ini ditempuh melalui jalur laut sehingga harus menggunakan Speed boat. Dalam penjelasannya bagi warga gereja terkait sosialisasi PO tentang pemilihan Majelis Jemaat, dikemukanan “umat harus menjaga dan mencintai gereja ini sebagai bagian dari karya Allah bagi kita. Hal tersebut harus ditunjukkan dengan cara menerima dengan rasaya syukur dan tanpa alsan jika dicalonkan sebagai”, kata jebolan Fakultas Teologi UKIM angkatan 1998. Jemaat Batu Merah dan Jemaat KuayMelu merupakan akhir dari perjalanan spiritual Ketua Klasis dan Sekretaris Klasis, juga ditemani oleh dua pegawai Klasis, Bung Luky dan Bung Da.  

Penulis: Pdt Steven Oita