LAKUKANLAH SEGALA PEKERJAANMU DALAM KASIH



RenunganMenuju Pilkada Serentak di Maluku-Maluku Utara

LAKUKANLAH SEGALA PEKERJAANMU DALAM KASIH

RenunganMenuju Pilkada Serentak di Maluku-Maluku Utara

-Elifas Tomix Maspaitella-

 

 

I - WAJAH NEGERIKU

 

Maluku-Maluku Utara telah menjadi negeri damai. Mereka yang benar-benar mencintainya tidak akan menyangkali hal tersebut, karena perdamaian itu dicapai dari keputusan untuk mengobati ”luka dalam” dengan obat budaya yang bersumber dari dalam tanah dan negeri kita sendiri. Obat budaya itu ialah budaya persaudaraan, seperti ain ni ain, pela, gandong, kai-wai, sita eka tu jargaria, kalwedo, saruma, hibualamo. Artinya, menjadi Maluku-Maluku Utara berarti menjadikan perdamaian sebagai gaya dan pandangan hidup (way of life).

Wajah Maluku-Maluku Utara adalah juga wajah-wajah terbeban. Kemiskinan merupakan fakta ironi yang telah dilekatkan secara langsung kepada dua provinsi penghasil cengkeh dan pala. Potensi ekonomi yang turut melahirkan modernisme di berbagai bidang sejak abad-abad awal Masehi. Saat ini, dua provinsi ini sudah menjadi lumbung nikel, emas, mineral dan gas. Sumur minyak bumi (Seram Timur) telah dikelola terlebih dahulu sejak zaman Belanda.

Sebagai kawasan kepulauan, kekayaan hayati di laut tidak terbilang jenisnya. Jumlahnya tidak pernah habis, sebab laut Banda adalah Bank ikan abadi. Tanah-tanah kering dan berkarang di Maluku Barat Daya adalah ladang gembalaan ternak seperti kerbau, kambing dan domba, yang seharusnya dikembangkan, karena memiliki harga tinggi ketika dijual di luar (Toraja dan NTT).

Dengan beragam jenis kekayaan alam di kedua provinsi ini, seharusnya kemiskinan dapat diatasi dengan cepat, jika manajemen dan tata kelola pemerintahan diatur secara profesional dengan perspektif pensejahteraan. Hanya saja, sampai hari ini, desa atau negeri-negeri di pedalaman dan pelosok masih sulit dijangkau, transportasi antardesa/antarnegeri adalah hal yang sulit diakses oleh masyarakat. Maka indeks ekonomi daerah, dan indeks pembangunan manusia harus terus ditumbuhkan. Data BPS yang dirilis 12 Januari 2024, IPM Maluku dan Maluku Utara tergolong tinggi yaitu 72,75 untuk Maluku dan 70,98 untuk Maluku Utara.[1] Namun demikan masih banyak anak putus sekolah karena akses ke pusat kecamatan, kabupaten dan provinsi yang sulit, dibarengi oleh tingkat ekonomi keluarga yang masih rendah; serapan Dana Alokasi Umum dan Khusus Daerah di kedua provinsi ini pun masih rendah. Kesehatan sebagai salah satu variabel dari IPM pun masih bermasalah di kabupaten dan kecamatan.

Perilaku korupsi di birokrasi telah menjadi penyakit yang sulit diobati. Kasus korupsi yang berujung pada vonis kurungan badan para birokrat merupakan bukti dari lambatnya pertumbuhan pembangunan di berbagai sektor. Anehnya ialah, rata-rata pelaku tindak korupsi itu dijerat justru ketika masa kepemimpinannya (akan) berakhir.  Ini adalah indikasi bahwa korupsi itu “terpelihara” dengan baik dan ada pengaruh kekuasaan terhadap penegakan hukum, atau juga indikasi suap di lembaga peradilan.

Tentu ada banyak perkembangan terjadi di provinsi dan kabupaten/kota, sampai ke desa-desa. Sebut saja Tol Laut sebagai kebijakan pemerintah pusat yang sudah diakselerasi di kawasan kepulauan dan telah menolong mendongkrak kondisi ekonomi masyarakat. Potensi ekonomi seperti rumput laut sudah menjadi potensi ekonomi yang menjanjikan di pulau-pulau kecil misalnya pulau Luang di Maluku Barat Daya. Menjamurnya UMKM pada dan paska pandemi covid-19 harus disebut sebagai geliat baru pada keluarga-keluarga, dan ini membuktikan bahwa aktifitas ekonomi telah tumbuh dalam keluarga. Data BPS 2023 menyajikan salah satu variabel dari membaiknya aktifitas perekonomian ialah jumlah Perusahaan Industri Skala Mikro dan Kecil di Maluku dan Maluku Utara sebagai berikut[2]:

 

No.

Provinsi

Industri Skala:

Mikro

Kecil

1

NTT

124.566

1.374

2

Gorontalo

38.089

836

3

Sulawesi Barat

21.947

541

4

Maluku

61.308

199

5

Maluku Utara

17.016

322

6

Papua

12.951

465

7

Papua Barat

5.553

284

 

Data itu mengurai kepada kita bahwa pertumbuhan ekonomi daerah perlu dipacu dengan menumbuhkan kesadaran ekonomi masyarakat dan daya dukung pemerintah yang bersih dan bebas korupsi. Difergensi capaian tujuh provinsi di Indonesia Timur di atas adalah potret dari perlunya daya dukung semua pihak terhadap kesejahteraan keluarga-keluarga miskin yang umumnya ada di pedesaan.

Beberapa aspek itu saya gunakan untuk melihat ke arah mana pemerintahan daerah yang akan dihasilkan atau dibentuk melalui Pemilihan Kepala Daerah di Provinsi Maluku dan Maluku Utara. Dasarnya ialah, kita ingin kedua provinsi ini gemilang di masa depan melalui menajemen pemerintahan dan pengelolaan sumber kekayaan alam yang tepat kelola, tepat sasaran, tepat guna. Kita sudah jumawa dengan keadaan Maluku dan Maluku Utara, sehingga perlu ada geliat pertumbuhan yang lebih baik ke masa depan.

 

 

II - PILKADA DAN RASA PERCAYA

Rasa percaya rakyat kepada institusi politik, rasa percaya di antara rakyat, rasa percaya terhadap kelompok lain, dan sudah tentu rasa percaya kepada pemerintah merupakan inti dari kehidupan demokrasi. Jadi pemerintah yang demokratis itu didukung karena dipercaya oleh rakyatnya sendiri, dan rasa percaya itu meluas yakni dari lembaga yang lain, pemerintah yang lain bahkan daerah dan negara yang lain. Hal itu memberi dampak pada dukungan dan partisipasi pihak lain ke dalam usaha-usaha pemerintah, hidup masyarakat dan kemajuan suatu daerah/bangsa.

Dukungan dan rasa percaya masyarakat itu membuat demokrasi pada suatu bangsa majemuk menjadi daya dorong yang kuat bagi persatuan (unity). Artinya semua institusi demokrasi kedapatan mampu menata diri dan mendewasakan masyarakat atau konstituennya. Hal itu terjadi ketika demokrasi itu berlangsung sesuai prosedur dan juga demi tujuan yang substansial, sehingga pemerintah benar-benar menjadi jelmaan atas slogan sakral demokrasi: dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. 

Pemilian Kepala Daerah (Pilkada) merupakan bentuk demokrasi yang tidak terhindar dari kompetisi dan komparasi. Kompetisi itu bertujuan demi kekuasaan, dan komparasi juga bertujuan untuk menjadi unggul di antara para kontestan. Sebab itu Pilkada merupakan momentum politik yang melahirkan elite-elite musiman karena mereka yang ada di dalam lingkaran para calon kepala daerah berpola seakan-akan sudah menjadi kelompok elite baru. 

Tanpa sadar, para elite itu melihat masyarakat (demos) dalam dua kategori, yaitu kelompok pemilik suara (voters) dan yang belum memiliki hak suara. Negosiasi akan terjadi di antara kelompok elite baru itu dengan pemilik suara, sebagai cara untuk merebut dukungan penuh. Godaan terbesar dari negosiasi itu ialah uang (money politics), sehingga demokrasi itu terjadi secara transaksional. Pemilik suara juga telah membiasakan diri dalam irama demokrasi yang transaksional seperti itu, karena itu aspek percaya (trust) sebenarnya terbentuk secara semu dan gampang berubah menjadi ketidakpercayaan (distrust).

 

 

III - PILKADA DAN PEMIMPIN BERKARAKTER

 

Pilkada akan atau harus menghasilkan pemimpin berkarakter. Dalam konteks Maluku-Maluku Utara, karakter dasar seorang pemimpin yang akan dipilih/terpilih ialah pendamai; memiliki kemampuan untuk memelihara perdamaian di kalangan masyarakat, memajukan komunikasi publik yang terbuka dan ramah, mampu membangun jembatan komunikasi antarmasyarakat yang pluralis. Ia harus mengenal dengan benar anatomi konflik Maluku, baik konflik dari akar-akar kulturalnya maupun konflik sosial yang pernah terjadi tahun 1999-2002. 

Dalam hal itu, pemimpin tersebut mesti memiliki karakter dan kharisma kultural yang kuat dalam arti ada dan selalu bisa berada di level paling bawah dan memahami masyarakat Maluku-Maluku Utara sebagai pemilik sah atas daerah ini, sehingga mereka tidak dijadikan masyarakat kelas dua dalam berbagai urusan pensejahteraan. Karakter dan kharisma kultural itu membuat pemimpin tersebut dekat dengan rakyatnya sendiri. Ia adalah bagian dari rakyat dan daerahanya. Harkat dan martabatnya adalah daerah dan masyarakatnya itu. Ia berpihak kepada rakyat dan daerahnya, bukan kepada kelompok kepentingan tertentu. Sehari-hari ia berjuang untuk membesarkan rakyatnya (fungsi memelihara) dan bukan membesarkan oligarki. 

Karakter empaty adalah milik pemimpin yang memahami etika kepemimpinan demokrasi itu sendiri. Masyarakat miskin adalah subyek pembangunan yang harus dirangkul dan diajak berjuang bersama untuk sejahtera. Mereka perlu mendapat akses yang luas dan didorong untuk bekerja bersama-sama. Potensi ekonomi yang menjadi hak tradisional mereka, seperti tanah atau lahan pertanian dan kawasan pesisir, tidak boleh dirampas begitu saja, apalagi sampai dihilangkan sehingga mereka tidak memiliki akses ke sumber-sumber ekonominya. Pemerintah yang berkarakter empaty akan mengajak institusi sosial dan ekonomi serta bidang-bidang kerja di lembaga pemerintahan untuk menjangkau orang miskin secara langsung dan memberi akss tersebut kepada mereka. Pemerintah dalam hal ini menjadi mediator atau penghubung (broker) kepada orang miskin. Geliat pertumbuhan ekonomi skala mikro dan kecil berbasis rumah tangga sudah mesti digalakan sehingga setiap hari setiap keluarga melaksanakan usaha-usaha produktif. 

Diperlukan pemerintah yang mau menjangkau kelompok masyarakat di pedalaman dan pelosok dengan merasakan kesulitan-kesulitan mereka. Artinya pemerintah di Maluku-Maluku Utara harus mau merasakan jalan kaki di tengah hutan, menyeberang dengan ketinting, jolor, longboat, turun dari kapal melalui “tangga monyet” di tengah laut, dlsb. Hal yang dianggap tidak lazim atau tabu jika terjadi kepada pemerintah.

Karena Maluku-Maluku Utara adalah dua provinsi dengan kekayaan sumber daya yang melimpah, pemerintah yang inovatif akan membawa daerah mengalami lompatan-lompatan kemajuan berkelanjutan. Mereka tidak bisa melakukan tugas yang biasa-biasa saja, tetapi mesti berinovasi serta proaktif melakukan terobosan pembangunan. Sebab itu, pemerintah yang baik memiliki wawasan lingkungan hidup berkelanjutan, supaya keseimbangan ekosistem di kawasan kepulauan ini terpelihara. Investasi adalah peluang kemajuan, tetapi investasi yang kontekstual, sesuai dengan potensi spatial daerah dengan memperhatikan fungsi lahan dan kawasan bagi kelangsungan ekosistem tidak terelakkan dewasa ini. Ekosistem di kawasan Seribu Pulau ini harus bisa menjaga eksistensi lautan dan pulau-pulau kecil serta terkecil.

 

 

IV - LAKUKANLAH SEGALA PEKERJAANMU DALAM KASIH

 

“Lakukanlah segala pekerjaanmu dalam kasih”. Pernyataan itu saya kutip dari Kitab Suci Perjanjian Baru, yaitu Surat kiriman Rasul Paulus dalam 1 Korintus 16:14. Perintah itu bermakna universal, dan tidak ada tendensi agama di dalamnya. Perintah itu berdasar pada kesungguhan orang-orang terpilih yang bekerja di tengah masyarakat atau untuk kehidupan orang banyak. Mereka berjuang tanpa mempedulikan tantangan apapun, serta mau selalu berada di tengah masyarakat meski mereka ditolak. 

Perintah tersebut juga mengandung pesan untuk menumbuhkan rasa percaya diri untuk mengerjakan hal-hal besar yang mendatangkan untung bagi orang banyak. Rasa percaya diri itu perlu sebab mereka yang terpilih bekerja sesuai potensi atau kapasitas dirinya. Keterpilihan mereka itu sesuatu yang terjadi karena kasih karunia, bukan rekayasa atau manipulasi. Jadi orang-orang yang terpilih itu mendapat perkenaan di mata masyarakat dan di mata Tuhan.  Dengan demikian, orang-orang yang terpilih itu datang dari Tuhan, atau Tuhan yang memilih mereka untuk menjalankan tugas di tengah-tengah masyarakat.

Tujuan keterpilihan mereka ialah supaya masyarakat terlayani dalam segala kebutuhannya, jasmani, sosial dan rohani. Karena itu, bekerja dalam kasih adalah karakter utama dari orang-orang yang terpilih. Kasih yang seperti apa?  Kasih yang sabar; yaitu yang bekerja dalam pengharapan karena percaya bahwa hasil dari kerjanya ditentukan oleh Tuhan. Kasih yang murah hati; yaitu yang tahu memberi tanpa pamrih, rela menjadikan dirinya sebagai pelayan bagi semua. Kasih yang tidak cemburu; yaitu yang meletakkan segala sesuatu di atas kebenaran, kejujuran dan puas dengan apa yang dicapai, tidak memandang rendah orang lain yang berhasil. Kasih yang tidak memegahkan diri dan tidak sombong. Karena sesungguhnya kita terbatas dan lemah, di luar kita ada orang lain yang lebih kuat dan mampu, tetapi mereka juga diutus Tuhan untuk melengkapi pekerjaan kita. Kasih yang tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Sebab orang yang terpilih harus menjadi teladan dan berjuang demi keuntungan orang banyak. Ia rela habis demi orang banyak. Kasih yang tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain. Sebab kasih itu mendamaikan. Kasih yang tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi ia bersukacita karena kebenaran. Maka perjuangan kepada orang lemah menjadi jiwanya. Kasih yang  menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu.

Kasih itu tidak berkesudahan; sebab kasih itu bersumber dari kasih Tuhan, dan kasih itu diberi kepada semua orang pilihannya (bd. 1 Korintus 13:4-8). 

Siapakah orang-orang terpilih itu? Pertama-tama adalah masyarakat, sebab Tuhan memilih kita hidup di Maluku-Maluku Utara dan menganugerahkan kepada kita kedamaian serta segala kekayaan alam yang memelihara kelangsungan hidup kita sepanjang masa. Kedua adalah pemerintah, sebab mereka dipilih dari antara masyarakat untuk menjalankan tugas pendamaian dan pensejahteraan, sehingga masyarakat percaya bahwa mereka berasal dari TUHAN (Roma 13:1-7).

Akhirnya, kepada semua Calon Kepala Daerah Provinsi, Kabupaten/Kota di Maluku dan Maluku Utara, selamat atas ditetapkan sebagai Calon oleh KPU, dan selamat memegang nomor urut sebagai nomor keberuntungan untuk rakyat. Selamat berkontestasi dalam kasih dan damai di atas bingkai budaya hidop orang basudara di Maluku dan Maluku Utara.(*)

 

Bandara Ho Chi Minh - Saigon, Vietnam

22 September 2024