Kunjungan SD Negeri 39 Ambon Ke Kantor Sinode GPM
Sabtu (1/6), Bertepatan dengan
peringatan hari Pancasila, Sinode GPM menerima kunjungan dari SD Negeri 39
Ambon (Sekolah dan Orang tua Penggerak). Kunjungan SD Negeri 39 Ambon
dilaksanakan dalam rangka penerapan Profil Pelajar Pancasila, dengan tema
“Bhineka Tunggal Ika dengan topik merawat Toleransi dalam Bingkai Keberagaman.”
Hadir bersama dengan kepala sekolah,
empat guru, dua puluh lima peserta didik Kristen dan Muslim serta empat orang
tua penggerak di Gedung Aula Kantor Sinode GPM. Kunjungan dari anak-anak SD
Negeri 39 Ambon disambut langsung oleh Ketua Sinode GPM, Pendeta E. T.
Maspaitella.
Sehubungan dengan tema kegiatan,
Pendeta Maspaitella memberikan materi kepada para pengunjung tentang hubungan
toleransi yang dibangun dan dijaga terus oleh GPM hingga saat ini, dari Sinode,
Klasis dan di Jemaat-jemaat, serta struktur organisasi yang ada pada Sinode GPM.
Selain itu, ia juga sedikit menuturkan Sejarah GPM, diantaranya gereja
Maranatha sebagai gereja pemberian Presiden pertama Indonesia - Ir. Soekarno
dan menjadi gereja pertama yang dibangun oleh negara.
Materi yang sampaikan oleh Pendeta
Maspaitella dicermati dengan baik oleh para siswa-siswi. Beberapa diantara
mereka menanggapi dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan, misalnya seperti;
Laurel Wattimena yang bertanya tentang - Adakah kesulitan membangun hidup antar
agama?, Glory Latuny yang mempertanyakan tentang - Apakah toleransi sudah
diterapkan warga GPM?, dan Nn. Lukas tantang - Peran gereja dalam membangun
kebersamaan umat beragama.
Bagi Pendeta Maspaitella, SD Negeri
39 Ambon menjadi sekolah pertama yang melakukan aktifitas kunjungan ke kantor
Sinode GPM.
Pada akhir kunjungan, Pendeta
Maspaitella menceritakan tentang pengalamannya dalam hidup toleransi antar umat
beragama. Ia pernah tinggal serumah di Pastori Jemaat GPM Rumah tiga di Wailela
bersama Prof. Sumanto Alqurtuby, Laily Fitri dan Hasan Hunusalela.
Salah satun, pengalaman bersama Prof.
Sumanto Alqurtuby yang merupakan teman kuliah Pendeta Maspaitella di Salatiga. Pada
tahun 2012 dia melakukan seminar study S3 di Boston University. Penelitiannya
itu tentang Islam-Kristen di Maluku. Kemudian melalui Email, dia menghubungi
Pendeta Maspaitella dan bilang bahwa dia mau ke Ambon untuk melaksanakan
penelitian, dan dia butuh tempat tinggal. Tidak berpikir Panjang, Pendeta
Maspaitella merespon bahwa dia sudah mendapat rumah untuk ditempati oleh sang
professor, dan rumah itu ialah rumah Pastori yang dia tempati saat itu. Profesor
Alqurtuby tinggal bersama dengan Pendeta Maspaitella di rumah Pastori satu
tahun lamanya untuk penelitian desertasi.
Kemudian, dia kembali ke Amerika, dan
mengajar di beberapa kampus. Dari situ, ada salah satu mahasiswi Muslim orang
Jawa dan berjilbab, yang membaca hasil desertasi milik Prof. Alqurtuby dan
ingin melihat secara langsung motivasi Perempuan dalam perdamaian di Maluku.
Dia menyampaikan kepada Prof. Alqurtuby, bahwa dia mau meneliti di Maluku dan
ingin tinggal di Pastori.
Melalui ceritanya, ia berpesan kepada
para siswa-siswi bahwa jika ingin berbuat baik kepada sesama, jangan tanya
agamanya apa. Dan jika ada yang bertanya agamamu itu apa, jawablah “Pancasila”.
Selanjutnya, dalam wawancara bersama
dengan Media Center GPM, Kepala Sekolah SD Negeri 39 Ambon – Peggy Titahena
mengtaakan bahwa ini merupakan salah satu kegiatan dari penerapan profil
Pelajar Pancasila. SD Negeri 39 Ambon sendiri sudah menjadi sekolah penggerak
dari tahun 2021.
Melalui kegiatan ini, memberi pelajaran
kepada anak-anak tentang budaya dan bagaimana bingkai keberagaman serta hidup
toleransi di Indonesia khususnya di Kota Ambon. Kantor Sinode menjadi tempat
kunjungan terakhir.