Jemaat Namlea Gelar Lomba Pangan Lokal Berbahan Dasar Daun Kelor Jelang HUT ke 56 Perempuan GPM
Perayaan
menyongsong HUT ke-56 Perempuan GPM jemaat GPM Namlea diwarnai dengan kegiatan
Lomba Pangan Lokal berbahan dasar daun kelor. Aneka
sajian menu ditampilkan dalam lomba pangan lokal ini diikuti 4 kelompok ibu-ibu
jemaat yang berlangsung di gedung Serbaguna.
Kegiatan ini dikoordinir langsung
oleh pengurus Wadah pelayanan perempuan jemaat Namlea dan dibuka oleh Ketua
Majelis Jemaat GPM Namlea, Pendeta Ny. Oke Soumokil/Leleury.
Menurutnya, kegiatan lomba ini turut
mendorong perempuan jemaat GPM Namlea untuk lebih kreatif mengelola daun kelor
menjadi bahan makanan yang bernilai gizi bagi pemenuhan kebutuhan keluarga.
Ia juga memberikan apresiasi yang
tinggi kepada perempuan jemaat Namlea yang sangat antusias mengikuti lomba
pangan lokal dimana melalui kegiatan ini disajikan berbagai jenis kue maupun
makanan berbahan dasar kelor yakni Brownies daun kelor, Bolu daun kelor, Kue
Mangkok daun kelor, puding butter daun kelor, Sate daun kelor, Jus daun kelor
dan Es daun kelor.
Hal yang sama
juga disampaikan oleh ketua wadah pelayanan perempuan jemaat Namlea, Ny. Popy
Samallo. Ia mengatakan bahwa kegiatan
lomba pangan lokal ini sudah dilakukan sejak tahun 2021. Ia mengharapkan agar
kegiatan lomba pangan lokal berbahan dasar daun kelor dapat memberi manfaat
bagi ibu-ibu di jemaat Namlea sehingga dalam kegiatan-kegiatan gerejawi sudah
tersedia berbagai jenis kue maupun makanan yang merupakan olahan pangan lokal.
Apresiasi juga
diberikan oleh Sekretaris Klasis Buru Utara Pendeta. Yonas Leleury, yang turut
hadir dalam kegiatan lomba pangan lokal.
“Semoga
jemaat-jemaat di klasis Buru Utara juga ikut terlibat merealisasikan kegiatan
ini, walaupun disadari sungguh bahwa kegiatan pengelolaan pangan lokal ini baru
sebatas kegiatan yang dilombakan dan belum sampai pada tingkat pemasaran,”
tuturnya.
Tim penilai dalam
kegiatan lomba pangan lokal, diantaranya; Ketua Majelis Jemaat Namlea- Pendeta
Oke Soumokil/L bersama dengan Ibu Cil Batuwael (seorang warga gereja senior di
jemaat Namlea) yang juga terampil dalam mengelola jenis kue atau cemilan yang
biasanya dipasarkan di Namlea maupun di kota Ambon.