Jejak Protestantisme Di Maluku Utara
Dengan mengusung tema Jejak-jejak
Protestantisme di Maluku Utara, klasis GPM Ternate melakukan Fokus Grup Diskusi (FGD) di ruang serbaguna jemaat GPM Imanuel Ternate pada jumat (11/10).
Kegiatan yang dimulai pukul 14.30
WIT ini, diikuti oleh peserta dari Jemaat GPM Imanuel Ternate, Soa Tabanga,
Mayau dan Tifure. Majelis Pekerja Klasis GPM Ternate pun turut mendatangkan
tiga orang narasumber, Ketua Umum PGI wilayah Maluku Utara - Profesor Julianus Mojau, Dekan Fakultas Teologi UKIM - Dr. Johan Robert Saimima, M. A dan Dosen Sejarah Universitas Khairun Irfan
Ahmad, S. S., M. A.
Dalam pengantar untuk mengawali
kegiatan FGD, Ketua Klasis GPM Ternate mengatakan kegiatan yang direncanakan
sejak tahun 2022 dalam himpunan keputusan sidang Klasis GPM ke 36 tahun 2024
akhirnya dapat dilakukan dengan tiga tujuan. Yang pertama agar pelayan dan umat
di Klasis Ternate memahami keberadaan diri sebagai warga GPM yang ada di Maluku
Utara, yang kedua untuk membangun kembali kesadaran terhadap sejarah
Protestantisme dalam upaya memperkuat umat dan pelayan dalam tanggung jawab
bersama baik secara internal maupun eksternal dalam hubungan dengan relasi
bersama agama-agama di Maluku Utara dan yang ketiga untuk mengetahui sejauh
mana GPM dalam relasi sosial-budaya di Maluku Utara berdasarkan pemaknaan
sejarah.
Berdasarkan 3 tujuan inilah
diharapkan bagi kita semua untuk dapat mengikuti FGD dengan serius agar menjadi
pengetahuan bagi kita tetapi juga untuk menjadi acuan Rencana Tindak Lanjut
ditahun depan, tutup Ketua Klasis Pendeta Welem Terloit.
Dalam FGD ini materi pertama
disampaikan oleh Irfan Ahmad, dengan judul Penetrasi Kekristenan di Maluku
Utara, materi kedua disampaikan oleh Dr. Johan Saimima yang bertopik jejak
Protestantisme di Maluku Utara dalam prespektif sejarah gereja. Dan yang ketiga
Prof. Mojau dengan topik Prespektif teologi-sosial terkait dengan posisi gereja
(GPM) di Maluku Utara.
Menurut Irfan dalam penyampaian
materinya, agama-agama termasuk Kekristenan yang masuk di Maluku Utara sangat
feodal hanya pada kalangan bangsawan atau strata sosial tertentu. Bagi Dr. Jhon
juga mengemukakan bahwa dalam jejak-jejak Kekristenan politik dan agama selalu
bersinggungan. Dan lewat kedua pemaparan awal oleh kedua narasumber, Prof.
Mojau menyatakan bahwa sudah seharusnya Kekristenan keluar dari benteng, dan
dalam masa lalu yang gelap itu, saat ini dan kedepannya harus kemudian
dikelola, ungkap Ketua Umum PGIW Maluku Utara.
KMJ GPM
Mayau Pendeta Nesty Sarioa dalam arahan pembuka memberi pikiran tentang peran perempuan bagi
sejarah Kekristenan, Penatua Dany Soplely mengemukakan tentang pentingnya
sejarah gereja di Klasis Ternate yang kemudian harus dituliskan, Robert
Waisia juga mengemukakan pikiran tentang kampung sarane dari benteng oranye
yang didalamnya ada kastil tempat berdoa, serta sekretaris Klasis dan Ketua
Klasis Ternate yang memberi pikiran tentang eklesiologi GPM dalam membangun
relasi bersama agama dan gereja denominasi.
Pikiran-pikiran ini pun direspons
oleh ketiga narasumber dan nantinya akan disimpulkan menjadi Rencana Tindak Lanjut
Klasis di tahun 2025. Ada ruang-ruang perjumpaan dan ruang diskusi dengan
melanjutkan topik-topik yang menarik bagi peningkatan kapasitas pelayan dan
jemaat di Klasis Ternate.