Hati yang Bersukacita
I
Tesalonika 5:16-18
Sukacita adalah suatu bentuk ungkapan
perasaan sebagai pandangan hidup dari orang-orang yang selalu memiliki sikap optimis atau pengharapan
dalam menghadapi segala situasi hidup. Boleh saja tekanan hidup datang
menghampiri, tetapi perasaan sukacita itu tidak pupus karena ia memiliki iman
dan pengharapan kepada Tuhan. Sukacita adalah bukti dari kualitas
iman seseorang sebagai hasil dari pengalaman batin dalam hidupnya. Sukacita
tercipta karena adanya dorongan energi positif
yang mengalir dalam diri seseorang karena
hubungannya dengan Tuhan. Sukacita tidak ditentukan oleh
situasi, sehingga tidak terperangkap kepada hal-hal yang bersifat lahiriah
saja. Artinya, secara lahiriah bisa saja seseorang kelihatan menderita dan
serba kekurangan, namun di dalam batinnya dia merasa berkecukupan, sehingga
tidak gampang dirongrong oleh kekuatiran. Paulus menasihatkan
jemaatnya di Tesalonika untuk tetap bersukacita meski mereka harus mengalami
penderitaan yang begitu rupa karena penganiayaan. Tantangan menjadi pengikut
Kristus memang sungguh nyata dan benar-benar mereka alami, maka dari itu Paulus
ingin jemaat memperkokoh hidup persekutuan dengan bersukacita (ay.16), tekun
berdoa (ay.17), dan bersyukur (ay.18). Kepada kita pun diingatkan hal yang
sama. Tantangan, persoalan dan penderitaan telah menjadi bagian kehidupan
manusia. Namun, Tuhan mau kita tetap mengandalkan-Nya, menaikkan doa, selalu
bersyukur dan memiliki hati yang bersukacita dimana pun kita berada. Tuhan Allah
yang kita imani adalah Tuhan yang tidak pernah mengecewakan, maka berharaplah
pada-Nya Sumber sukacita yang sejati.