GPM Telah Menjadi Rumah Bersama
Ternate, sinodegpm.org – Bagi warga Kota Ternate sudah sangat mengenal dan akrab dengan sosok pak Asgar Saleh. Ia adalah seorang aktivis kemanusiaan, ia seorang praktisi politik yang pada perhelatan politik pemilihan wali kota Ternate 09 Desember 2020 lalu turut menjadi petarung sejati.
Sebagai seorang Muslim yang taat pada keimanannya, Gereja Protestan Maluku (GPM) dimata Asghar Saleh telah menjadi rumahnya sendiri. GPM sudah menjadi rumah dimana ia bisa berjumpa dengan para Pendeta dan umat, serta di rumah ini ada orang-orang baik yang bisa diajak membangun dialog dan solidaritas kemanusiaan. Menurutnya, titik temu gereja dan agama-agama lain letaknya hanya pada soal-soal kemanusiaan.
Pada kegiatan Pelatihan Kapasitas pemilih Perempuan dan Laki-laki Gereja Protestan Maluku yang digelar pada 09 s.d 10 Juni 2021 ia dengan senang hati membagi waktu, ilmu dan pengalamannya bersama para peserta yang datang dari Klasis Bacan, Klasis Sula Taliabu, Klasis Obi dan Klasis Termate.
Meski belum diberi kesempatan oleh rakyat untuk memenangkan pertarungan Politik di Pilkada Walikota Ternate lalu, oleh sebagian besar peserta pelatihan sudah menganggap sosok pak Asgar Saleh sebagai “pemenang” dan politisi yang mumpuni, seorang negarawan sejati yang terlihat tegar, dan segar pasca Pemilukada 09 Desember 2020 lalu. Malah menggunakan waktu dan kesempatan untuk melakukan perjumpaan dengan komunitas apa saja. Sebab menurutnya pilkada atau pemilihan umum lainnya itu hanya agenda lima tahunan, namun kerja-kerja kemanusiaan harus terus ia lakoni.
Karena GPM telah menjadi rumahnya baik maka ia selalu meresponi kepentingan gereja khususnya jemaat-jemaat di Klasis GPM Ternate. Diantaranya kerja-kerja mitigasi kebencanaan dan turut memberi buah pemikiran yang sejuk bagi upaya merawat perdamaian di Maluku utara serta agenda-agenda bersama yang tak terhitung jumlahnya.
Melalui Penyajian materi pelatihan yang disampaikan, Asgar Saleh sempat mengutip pendapat Peter Merkl dan mengatakan bahwa Politik itu memiliki dua sisi. Sisi pertama adalah suatu upaya mencapai tatanan sosial yang baik dan berkeadilan. Dan sisi kedua adalah perebutan kekuasaan, kekayaan untuk diri sendiri. Sebagai gereja keputusan ada pada kita semua apakah mau memilih yang mana, berpolitik untuk tujuan positif yakni membangun tatanan yang baik atau tujuan negatif yang hanya mengejar dan target kekuasaan dan penumpukan kekayaan semata.
Diakhir kesempatan bersama Peserta Pelatihan, ia berharap Gereja Protestan Maluku akan terus mengerjakan hal-hal baik dan mampu menjadi garam dan terang. Ia menaruh harapan besar bahwa GPM yang adalah rumahnya sendiri yang tidak pesimis namun optimis, tidak merasa kecil diantara yang besar, tidak kecewa merasa minder karena dianggap minoritas, dan GPM tidak menganggap bahwa tak bisa berbuat banyak bagi masyarakat dan bangsa. GPM harus terus memanfaatkan potensi internal maupun eksternal serta networkingnya secara maksimal untuk kepentingan kesejahteraan umat maupun masyarakat.
Diakhir sesinya sebelum menunaikan ibadah Sholat Jumat, ia pun berpesan agar GPM harus terus menjadi rumah yang terbuka bagi siapa saja. GPM tidak ada hanya untuk dirinya tetapi berguna bagi sesamanya. Ia mencontohkan hal sederhana saja bahwa gedung-gedung pertemuan atau serbaguna milik jemaat-jemaat dapat dikelola dan dimanfaatkan oleh stakholder atau masyarakat di luar gereja untuk menyelenggarakan kegiatannya. Itu pasti manfaatnya sangat besar bagi eksistensi GPM di Maluku Utara.
——
Penulis
Pdt. A. Kofit – Ketua Klasis Bacan
Sumber