GPM dalam Upaya Peningkatan Keuangan Gereja




Dalam pelaksanaan Rekon dan Revat Keuangan Sinode GPM tahun 2024, ada beberapa capaian kerja yang memperlihatkan semakin bertumbuh pembinaan keuangan gereja di jemaat-jemaat,Selasa (23/1).

Diantaranya Klasis GPM Seram Timur “naik kelas” menjadi klasis menuju mandiri, sedangkan klasis GPM Luang Sermata “naik kelas” menjadi klasis mandiri.

Terkait dengan pencapaian ini, berikut wawancara media center bersama dengan ketua klasis Seram Timur dan mantan ketua klasis Luang Sermata.

Ketua klasis Seram Timur, Pendeta Heinard Talarima, mengatakan bahwa pencapaian ini adalah bagian dari kerja bersama sebagai pelayan dan umat.  Ada beberapa hal yang dilakukan dalam rangka penatalayanan keuangan gereja, diantaranya;

1.      MPK melakukan pendampingan-pendampingan kepada jemaat sambil terus membangun kesadaran bergereja. Itu terbukti lewat kesadaran memberi dari umat, kesadaran untuk terus memiliki gereja ini sebagai bagian utuh dari umat juga.

2.      Memastikan administrasi keuangan, dengan melengkapi perangkat-perangkat yang terus bekerja mengawasi tapi juga bekerja menata keuangan jemaat maupun klasis. Misalnya dengan memastikan seluruh jemaat sudah harus memiliki tim verifikasi.

3.      Pengupayaan sebuah bangunan BLK sebagai upaya di klasis menerjemahkan gerakan menanam, melaut, dan memasarkan.  Gedung ini direncanakan akan diresmikan pada tanggal 7 April 2024. Gedung BLK ini diharapkan dapat menggerakan sumberdaya yang ada di jemaat dengan memberikan pemberdayaan. Disisi lain, klasis berupaya semaksimal mungkin agar BLK ini dijadikan sebagai rumah produksi untuk menjembatani potensi-potensi sumberdaya terutama sumberdaya alam yang ada di jemaat-jemaat.


“Kami kira dengan cara ini tentu dari sisi pengembangan dan penataan keuangan di klasis bisa perlahan-lahan lebih baik dari sekarang. Yang pasti setiap tahun kita punya target, kami tetap optimis bahwa pencapaian yang ada ini akan terus lebih dikembangkan,” ungkapnya.

Terkait dengan pencapaian yang diperoleh, Pendeta Talarima pun terus meminta dukungan doa dari klasis-klasis yang lain juga tetap berjalan bersama dengan klasis Seram Timur agar dapat menjadi Klasis Mandiri.

Kemudian, menjadi klasis mandiri pada akhir tahun 2023, mantan ketua klasis Luang Sermata, Pendeta Korneles Mose berbagi pengalaman. Filosofi “Sorong Bahu”, menjadi salah satu upaya yang diterapkan oleh Klasis Luang Sermata untuk menjadi klasis mandiri.  Lebih lanjut Pendeta Mose menjelaskan bahwa MPK mencoba merubah mindset di jemaat-jemaat sehingga tidak ada idealisme jemaat-jemaat justru saling saling membantu dan saling menutupi.  “Contoh kecil, ada kegiatan klasis yang dari sisi anggarannya itu cukup besar, tapi dengan filosofi sorong bahu. misalnya kegiatan di lakukan di jemaat A, maka jemaat B datang dengan membawa nasi, ikan goreng, jemaat C datang dengan sayur-sayuran,” ungkapnya. Selanjutnya, MPK juga berupaya untuk menumbuhkan kepercayaan kepada pendeta pendeta, bahwa terkait dengan proses-proses pengelolaan keuangan gereja adalah bentuk kasih karunia Allah jadi mesti dikelola secara transparan dan akuntabel. Dan hal ini mendapat respon positif dari umat, sehingga timbul kepercayaan dari umat terhadap seluruh proses pengelolaan di jemaat.

Lebih lanjut ia mengatakna, pendampingan klasis juga dilaksanakan pada saat Rekon dan Revat tingkat klasis MPK melakukan analisa terhadap seluruh keuangan dari 1 Januari -31 Desember dan itu memberikan dampak yang positif.


Tentunya upaya pengawasan secara berjenjang juga tetap berlangsung terhadap seluruh otorisator, ordonatur, serta mengeksiskan tim verifikasi pada setiap jenjang sesuai dengan peraturan pokok perbendaharaan, lanjut Pendeta Mose, “Satu hal yang penting saat kami melakukan pendampingan di jemaat, penetapan-penetapan rancangan keuangan itu tidak sebatas hitung-hitungan manusia tapi justru diberikan ruang bagi Roh Kudus terhadap pertumbuhan jemaat itu,” ungkapnya.

Kini tersisa tujuh (7) Klasis Subsidi yaitu Seram Utara, Telutih, Buru Utara, Kei Besar, PP. Sula, Aru Tengah dan Aru Selatan.

Dalam wawancara bersama Tim Media Center, Ketua Klasis Aru Selatan-Pendeta Dekritus S. Oraile, Ketua Klasis Buru Utara – Pendeta Wendel Lesbasa dan Bendahara Klasis Kei Besar - Sole N. Rumteh, berbagi tentang kendala dari masing-masing Klasis dalam proses mengubah status menjadi Klasis menuju mandiri bahkan klasis mandiri.

Kendala pada Klasis Aru Selatan, diantaranya; Penurunan jumlah warga jemaat diakibatkan karena mobilisasi jemaat dari Aru Selatan ke Dobo yang berlangsung setiap tahun, kemudian pendapatan jemaat yang bersumber dari syukur-syukur yang diperoleh dari pencarian musiman serta belum adanya pengelolaan terhadap sumberdaya alam yang ada di jemaat-jemaat secara baik sebagai salah satu faktor peningkatan ekonomi keluarga.

Terkait dengan hal ini, diharapkan agar kedepan pendeta-pendeta memiliki kreatifitas yang tinggi untuk bisa membaca peluang-peluang pemberdayaan jemaat dalam rangka peningkatan perekonomian ekonomi umat sehingga dia berdampak langsung terhadap peningkatan gereja juga. Disisi lain, minimnya sumberdaya warga jemaat dalam hal ini para pelayan untuk mendesain program. Semua tumpuan pikir masih ada pada Ketua Majelis Jemaat. MPK sekarang berupaya meningkatkan perekonomian dengan membangun jejaring kemitraan bersama klasis-klasis terdekat untuk masalah pemasaran sehingga bisa mendatangkan peningkatan positif bagi perekonomian keluarga.

Sementara Klasis Buru Utara, Pendeta Lesbassa menjelaskan bahwa pada Klasis Buru utara terdapat 24 jemaat. 7 jemaat diantaranya sudah mandiri, sementara 17 jemaat masih berproses. Walaupun di Klasis Buru Utara jemaat-jemaatnya kecil tapi progres kenaikkan pendapatan itu dari waktu ke waktu.  Aktifitas pengawasan keuangan itu dilakukan dengan galang visitasi dari MPK, tetapi juga rutin dilakukan jemaat yaitu memasukkan buku kas doorscrift.

Sementara pada Klasis Kei Besar, Rumteh menjelaskan bahwa dari 43 jemaat baru 9 jemaat yang sudah dikategorikan sebagai jemaat mandiri juga sekaligus bisa menjadi jemaat penyangga. 30% nya bisa membiayai pegawai organik selebihnya dijadikan untuk subsidi jemaat yang lain.  Hambatan lainnya adalah soal letak geografis yang cukup serta transportasi darat yang terkendala karena kondisi jalanan yang belum baik. “Kami hanya memanfaatkan sarana transportasi laut tapi kembali lagi tergantung pada musim,” ungkapnya. Baginya, Klasis terus memberikan pendampingan penguatan pengelolaan keuangan baik dari MPK ke MJ tetapi juga visitasi dengan bendahara-bendahara jemaat dalam mengelola keuangan jemaat.  “Kalau soal konvensional, kolekta-kolekta yang diperoleh sedikit tapi kami menjalin hubungan dengan orang-orang jemaat yang ada di rantau. Namun itu masih dievaluasi karena belum bisa dikatakan sebagai pendapatan tetap bagi jemaat,” ungkap Rumteh.