Gelar Workshop, Departemen POS Perkuat Kehidupan Oikumene Umat




Departemen Pengembangan Oikumene Semesta, Biro Pengembangan Hubungan Antar Agama Denominasi dan Aliran Kepercayaan terus melaksanakan Workshop Peran dan Panggilan Pelayan GPM Dalam Menyikapi Kehidupan Oikumene. Kegiatan ini berlangsung dari tanggal 5-6 Juni, di Gedung Gereja Sinar Kasih POLRI.

Dalam wawancara bersama Tim Media Center, Kepala Biro, Pendeta Ola Yesmendo Noija/Subagio menjelaskan bahwa gerakan oikumene adalah gerakan untuk menyadarkan semua manusia tanpa memandang suku, ras, bangsa bahkan agama untuk ada dalam kesadaran hidup bersama, dan bumi ini adalah rumah bersama. Untuk itu, menurutnya gereja perlu memberi pemahan dalam membangun relasi dengan semua gereja baik yang PGI maupun non PGI. Hal ini pun tertuang dalam PIP-RIPP GPM.

Menjawab panggilan hidup bersama ini, Biro pun mengundang gereja-gereja saudara untuk turut juga hadir dalam Workshop yang dilaksanakan. Kegitan ini turut dihadiri pula oleh Ketua Klasis. Dan Sekbid se Maluku dan Maluku Utara.

Kali ini Ketua-ketua Klasis dilibatkan, dengan harapan agar gerakan hidup bersama dapat direalisasikan pula di tingkat Klasis dan jemaat-jemaat melalui program kegiatan yang nyata. Dalam menjawab kehidupan beroikumene dengan gereja-gereja saudara bahkan pula agama lainnya,.

“Tanggungjawab kebersamaan ini bukan pilihan tapi panggilan jadi harus dilakukan,” ungkapnya.

Lebih lanjut Noija menjelaskan bahwa semua greja itu walaupun berbeda namun menghadapi tantangan dan melihat peluang yang sama. Misalnya, dalam tahun ini umat dihadapkan dengan persiapan menuju tahun depan yang merupakan tahun politik. Ada juga seperti penyelesaian masalah sampah di lingkungan sekitar, yang memang butuh kebersamaan serta kepedulian dalam penanggulangannya, ataupun covid yang sudah bisa dilalui bersama.

“Jadi kami berupaya bangun kekuatan bersama dalam hubungan dan bersatu pada masalah sosial sambil tidak mengotak-atik doktrin masing-masing. GPM tidak sendiri untuk hal itu. Untuk itu kegiatan ini dilaksanakan agar dapat satu pikiran sekaligus forum perjumpaan antar gereja. Dari sini maka akan menghasilkan Rencana Tindak lanjut (RTL) secara bersama,” tutur Pendeta Noija.

Kemudian, Wakil Sekretaris Umum MPH Sinode GPM, Pendeta Rudolf Rahabeat, hadir sekaligus membuka kegiatan workshop. Dalam arahannya, ia berharap agar melalui pengetahuan, pengalaman dari para peserta dapat merajut kehidupan oikumene. Karena baginya, kita tidak hanya bicara soal oikumene, tapi kita juga menghidupinya.

Kegiatan ini diawali dengan kebaktian yang dilayani oleh Pendeta Pendeta Yoke Maitimu. Dalam khotbahnya memberikan catatan penting dalam pelaksanaan Workshop, bahwa perbedaan itu berpotensi konflik namun bisa diakali dengan saling menghargai. Karena sebuah perbedaan tidak bisa dihindari. Untuk itulah pentingnya kita memiliki hikmat. Semua umat memiliki kebebasan untuk mengungkapkan ekspresinya tanpa melanggar batas-batas tertentu. Setiap kita juga harus mampu untuk memahami ideologi orang lain, batasan-batasan orang lain apa yang boleh dan apa yang tidak boleh. Itulah kunci persekutuan. Kita bisa merasakan orang lain tanpa tidak meninggalkan jati diri kita.

Workshop kali ini menyajikan materi sebagai berikut:
Konfigurasi Gereja-gereja di Indonesia dalam perjuangan Menegakkan keadilan demi Perdamaian, untuk pemenuhan Keutuhan Ciptaan berbasis pelaksanaan Dokumen Keesaan Gereja oleh Pendeta 
J. F. Manuputty, Membangun kepekaan terhadap Fenomena serta Realitas Radikalisme dan Ekstrimisme bagi kestabilan kehidupan berbangsa dan bernegara oleh DR. ABD Rauf,M.Ag, Paradigma Oikumene Semesta GPM dalam Pergerakannya oleh Pendeta E. T. Maspaitella, Moderasi Agama untuk Harmonisasi Bangsa oleh Dr. Paulus Tasik Galle,SS,LIC, Realitas Kerjasama antar gereja-gereja di Maluku oleh MPH PGI.