Digital Theology Menjadi Tema Summer School 2024 di UKIM




Hari ini, Persekutuan Sekolah-sekolah Teologi di Indonesia (Persetia) berkumpul di gedung aula Universitas Kristen Indonesia Maluku (UKIM) dalam rangka mengikuti kegiatan Summer School, yang nantinya akan berlangsung dari tanggal 5-11 Agustus di Kota Ambon.


Ketua Persetia, Pdt. Dr. Yusty Hattu, dalam arahan pembuka menjelaskan bahwa tahun ini tema besar persetia yaitu “Digital Theologi”. Sebelumnya, sudah ada beberapa kegiatan-kegaitan Persetia di 2024 ini yang menyentuh ranah kemajuan teknologi zaman ini. Misalnya, lokakarya nasional yang diperuntukan untuk para pemimpin sekolah-sekolah teologi anggota Persetetia dengan tema “Artificial Intellegence” kegiatan study institute untuk para dosen dari sekolah-sekolah anggota dan calon anggota Persetia digital teologi, dan Summer School disaat ini pun demikian.


Kemudian ditahun ini juga program digitisasi dokumen-dokumen Prasetia, melalui kerjasama dengan pusat dokumentasi sejarah gereja Indonesia, semua dokumen yang berusia 20 tahun keatas sudah berjalan. Harapannya, dokumen-dokumen penting ini secara khusus dari kegiatan summer school bisa diakses secara luas.


Pengurus Persetia menyadari bahwa perkembangan teknologi digital yang signifikan memiliki kontribusi bagi dunia pendidikan tinggi Teologi Indonesia. Begitu pula dengan proses-proses pembelajaran di sekolah. Satu sisi medukung dan disis yang lain menentang kejujuran manusia. Untuk itu, dirasa perlu meningkatkan pemanfaatan terhadap peingkatan teknologi digital.


Direktur Pasca Sarjana UKIM, Prof. Dr. Johny Chr. Ruhulessin,M.Si, dalam sambutannya mengatakan bawa tema yang diusung ini merupakan suatu tantangan teologi kontekstual. Dimana pandemi covid 19 telah menjadi momentum historis yang menegaskan kekuatan dahsyat perkembangan Teknologi dan Informasi Digital turut mengubah cara pandang dan cara hidup seluruh umat manusia.


Kemudian, hadir sekaligus memberikan sambutan, Ketua Sinode GPM, Pendeta E. T. Maspaitella mengatakan GPM mengakui bahwa gereja-gereja dipaksa masuk ke teknologi digital, dan harus meramu misiologi bahkan teologi dan microsociology guna menjawab berbagai hal, termasuk menjelaskan kehadiran Tuhan di dunia maya, atau sapaan Tuhan melalui bahasa algoritma.


Sejak 2021, GPM sendiri sudah bergerak ke arah digitalisasi dengan membuat aplikasi Manajemen Sistem Informasi Pelayanan Terpadu (MSIPT).


Ia yakin bahwa seluruh peserta akan diboboti secara akademik tentang materi pokok perkuliahan, sehingga bisa membantu gereja melaksanakan misi di era disrupsi teknologi ini. Juga dengan kapasitas Pesetia yang besar, kuliah ini akan membentuk mata rantai atau jejaring komunikasi dan misiologis gereja-gereja di Indonesia secara cepat, tersistem dan terintegrasi.