Dalihan Na Tolu



Dalihan Na Tolu

Dalam rangkaian menyongsong HUT Gereja Protestan Maluku (GPM)  ke-87 pada Selasa 6 September 2022, diselenggarakan Pekan bina keluarga GPM tahun 2022 di seluruh jemaat-jemaat seluruh GPM. Pencanangan kegiatan Pekan Bina Keluarga dilaksanakan dengan tuntunan Tema ‘Takut akan Tuhan, seisi rumahmu diberkati’ (Mazmur 128 : 1-6).

Di Jemaat GPM Imanuel Ternate, Kebaktian Pencanangan Pekan Bina Keluarga GPM ini dilaksanakan dalam bentuk kebaktian Etnik Batak. Hal ini mempertegas eksistensi GPM sebagai Gereja orang Basudara dan tentunya Gereja yang Multikultur tentunya dengan tetap memperhatikan realitas konteks dan ajaran-ajaran GPM.

Pada kesempatan ini, Pdt Ny Gloria G Malaihollo menekankan dalam khotbahnya makna Takut akan Tuhan dalam perspektif iman Kristen. Takut akan Tuhan berarti menuntun keluarga kita untuk setia melakukan kehendakNya. Contoh : Kita tidak hanya sibuk dengan urusan pekerjaan, bisnis, atau nonton sinetron di rumah berhari2, sampai lupa membawa keluarga kita dalam persekutuan ibadah2. Sebab, hakekat ibadah adalah persekutuan. Di dalam ibadah, kita tidak hanya merawat relasi baik dengan Tuhan, tapi juga dengan orang2 yang berada di sekeliling kita.

Takut akan Tuhan berarti hidup di dalam kerendahan hati dan kebaikan. Bukan menyombongkan diri dengan status social kita sebagai orang penting dalam sebuah persekutuan, atau larut dalam dendam dan kebencian. Jangan menghabiskan waktu dan hari2 pemberian Tuhan untuk merancang kejahatan pada orang lain.

Takut akan Tuhan berarti menjadi panutan bagi orang lain. Sebelum kita menasihati orang lain, koreksilah diri sendiri terlebih dahulu, supaya nasihat yang kita berikan kepada orang lain, berbuahkan manfaat yang mendatangkan kebahagiaan.

Takut akan Tuhan berarti melihat tantangan dan kepahitan sebagai cara Tuhan mendewasakan iman keluarga kita. Kadang manusia hanya mau dihargai tapi tidak mau menghargai orang lain, kadang ia mau mengatur hidup orang lain, tapi menolak ikut aturan. Melalui tema ini, kita dinasihati untuk pro-aktif di dalam memberdayakan hidup sesuai talenta menuju pendewasaan iman.

Akta Pencanangan Pekan Bina Keluarga GPM di Jemaat GPM Imanuel Ternate dilaksanakan dalam bentuk Penyalaan lilin dan Penyerahan Buku Pedoman Pekan Bina Keluarga GPM dan diawali dengan tarian Tot-tor dari anak – anak Batak  yang mengiringi pemberian persembahan dengan membawa hasil-hasil bumi yang kaya di daratan dan lautan seperti sayur mayor, cengkih dan Pala, Kelapa, Ikan Tuna sebagai persembahan sukacita bagi kemuliaan Tuhan dan sekaligus sebagai bentuk syukur kepada Tuhan Sang Pemberi Berkat Kehidupan dan Kekayaan pada semesta ciptaan.

Sedangkan Pdt Ny Meggy O Latuny.S.Teol di pelayanan ibadah Minggu malam di Jemaat GPM Imanuel Ternate menekankan bahwa Sikap Hidup yang takut akan Tuhan ini, muncul pula dalam filosofi Dalihan Na Tolu, Filosofi Kebudayaan Batak yang dikenal dengan tata cara adat di masyarakat suku Batak. Dalihan Na Tulo ini menjadi satu aturan yang mengatur budaya perkawinan, hubungan kerabat sedarah maupun hubungan keluarga satu marga walau berbeda keturunan.  Salah satu nilai dasar dalam Dalihan Na Tolu adalah Hula Hula dan boru yang harus saling menjaga kekerabatan yang ada antara dua keluarga. Hal yang perlu dilakukan seorang hula hula adalah menjaga tatanan yang sudah dibuat dalam keluarga. Di Sisi lain seorang boru dituntut juga memiliki peran yang penting dalam aturan tersebut agar keseimbangan yang sejati bisa terjadi dalam tiga unsur tatanan yang dipercaya. Masyarakat Batak mempercayai bahwa tanpa adanya seorang Boru maka tidak akan adanya pesta meriah yang akan digelar.

Pekan Bina Keluarga GPM ini sesungguhnya memiliki nilai esensi bagi GPM yang sungguh-sungguh menyadari bahwa ditengah laju perkembangan dan perubahan dunia saat ini. Keluarga tetap harus memainkan perannya sebagai Basis Utama dalam Pembinaan. Jika peran pembinaan keluarga ini dapat dilaksanakan secara optimal, maka akan tercipta generasi Gereja dan Generasi Bangsa yang berbudi pekerti luhur serta memiliki ketangguhan iman untuk hidup berdampingan secara utuh dengan berbagai bentuk perbedaan yang muncul dimasyarakat.

 

Penulis : Penatua Daniel Soplely.S.Pd



Berikan Komentar

Silakan tulis komentar dalam formulir berikut ini (Gunakan bahasa yang santun). Komentar akan ditampilkan setelah disetujui oleh Admin