Cinematography & Eco-Theolgy




Catatan Reflektif  International Workshop and Conference  Cinematography on Eco-Theology Oleh Pdt. Alfred Ohman

Krisis lingkungan merupakan salah satu isu yang menjadi perhatian masyarakat global. Karena itulah, persoalan lingkungan menjadi bagian penting yang tertuang dalam 17 tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs), diantaranya penanganan terhadap perubahan iklim, penggunaan energi terbarukan, keberlanjutan sumberdaya darat dan laut, ketersediaan air bersih dan inovasi industri.

Tujuan-tujuan tersebut lahir dari kegelisahan terhadap realitas degradasi lingkungan yang terus terjadi, akibat dari tindakan-tindakan pengabaian terhadap keseimbangan ekologis berupa deforestasi, penggunaan bahan bakar berbahan fosil yang berakibat pada emisi gas rumah kaca, tetapi juga penggunaan bahan kimia berbahaya dalam sektor industri, semisal industri pertambangan.

Sejumlah catatan sejarah, membuktikan bahwa kerusakan lingkungan memberikan dampak kerugian yang besar, tidak hanya bagi manusia, tapi juga bagi keberlanjutan hidup seluruh makhluk. Tragedi Minamata misalnya,  menyebabkan sejumlah orang menderita penyakit kanker, kelumpuhan, kelahiran bayi dalam kondisi cacat , sampai kepada kematian akibat dari kontaminasi merkuri. Begitupun juga pencemaran laut Exxon Valdes dan peristiwa kebocoran minyak di teluk meksiko yang berakibat pada matinya ratusan ribu hewan laut mati dan kerusakan lingkungan yang fatal. Atau juga pusaran sampah di laut pasifik (great pacific garbage patch) yang berdampak buruk bagi kelangsungan hidup ekosistem laut akibat dari bahaya mikroplastik merupakan sejumlah fakta yang menegaskan bahwa elaborasi terhadap isu lingkungan mesti dikelola.

Lalu bagaimana kondisi ancaman kerusakan lingkungan di Indonesia, terkhusus di Maluku, termasuk Kota Ambon dan bagaimana menyikapinya? Berbagai respon muncul dari kalangan praktisi, lembaga pemerhati lingkungan, masyarakat, pemerintah selaku pengambil kebijakan, dan juga para akademisi, dengan berbagai perspektif keilmuannya guna menjawab permasalahan terkait dengan isu kerusakan lingkungan, sebab ancaman kerusakan lingkungan mesti menjadi bagian dari tanggung jawab bersama.

Dalam semangat itu, Universitas Kristen Indonesia Maluku, melalui Bidang Perencanaan, Kerjasama dan SIstem Informasi, menggelar International Workshop & Confrence Cinematopgraphy On Eco-Theology. Sebuah isu yang tetap relevan selama kehidupan masih ada di bumi, yang dikemas secara up to date.

Perspektif Eco-Theology memang bukan hal yang baru. Robert Borrong adalah salah satu teolog Kristen yang juga telah memberi sumbangsih gagasan teologis menyangkut dengan tanggung jawab lingkungan dalam sudut pandang teologi, melalui paradigma Etika Bumi Baru, sebagaimana sambutan Pdt. Dr. I Gede Supradnyana dari STT GKST Tentena dalam acara pembukaan.

Menariknya, beliau pun memandang bahwa sejumlah tulisan akademik menyangkut isu lingkungan, sebaiknya tidak hanya terkoleksi di perpustakaan tapi juga dapat didistribusikan kepada publik.

Memang, isu lingkungan mesti menjadi bagian dari tanggung jawab seluruh stakeholder, termasuk masyarakat, apalagi peluang itu semakin besar karena dunia telah berada di era transformasi digital. Oleh sebab itu, media menjadi salah satu elemen penting yang dapat dipakai untuk mendistribusi gagasan tentang kesadaran terhadap ancaman lingkungan dan cara untuk mengatasinya. Salah satu bentuk media itu adalah film (cinema). Film mampu menjadi media massa yang paling efektif untuk menyampaikan suatu pesan ecara.  Effendy (2008) mengungkapkan bahwa film adalah suatu media komunikasi massa yang sangat penting untuk mengkomunikasikan tentang suatu realita yang terjadi dalam kehidupan sehari – hari, Film memiliki realitas yang kuat salah satunya menceritakan tentang realitas masyarakat. Film dapat menjadi media literasi untuk melakukan perubahan ditengah masyarakat, termasuk isu-isu lingkungan.

Disadari sungguh bahwa menghasilkan kualitas film yang berkualitas, dibutuhkan kemampuan cinematography, sebagaimana yang diusung dalam workshop dan konfrensi internasional ini. Karena itulah, pada sesi tanggal 16-21 akan dilakukan TOT cinematography dengan speaker Jaap Van t’Kruis yang adalah seorang trainer for storytelling & cinematorgraphy, director & editor berdarah belanda, yang karyanya juga ada di Netflix dan Vice, salah satunya yang berjudul Mercury. Sebuah kesempatan berharga bagi para mahasiswa untuk dibekali dengan keterampilan cinematography kelas dunia.

Selain itu, untuk mempertajam aspek ekologi, maka dalam konfrensi ini akan dilakukan pemaparan materi dari Walikota Ambon, Drs. Bodewyn M. Wattimena dengan topik “Urban Policy in An Ecological Perspective”. Begitupun topik “Europe’s Ecological Issues and Church Response dari Rev. Sjaak Van t’ Kruis (Protestant Kerk in Nederland).

Dalam konteks lokal, Pdt H. R. Tupan, M.Si (Gereja Protestan Maluku) akan berkolaborasi dengan Dr. Saidin Erna M.Si (Institut Agama Islam Negeri Ambon), sekaligus sebagai penanda bahwa isu lingkungan menjadi bagian dari kerja-kerja bersama lintas agama. Narasumber yang terakhir adalah Stefani T. Salhuteru, S.Pi, M.Si (NGO Mollucas Coastal Care), yang akan menyajikan materi tentang Sustainable Enviromental Planning: Opporunitties and Challenges.   

Konfrensi ini adalah sebuah penegasan bahwa agama dan masyarakat mesti mengambil bagian bersama dalam menjaga dan melestarikan bumi sebagai rumah bersama, juga sekaligus langkah UKIM untuk mendorong sejumlah kerjasama intenasional bagi pencapaian Indikator Kinerja Utama.

International Workshop dan Conference ini merupakan hasil kerjasama Kerk in Actie Netherland, STT GKST Tentena, UKDW Yogyakarta dan Peruati Sumba.

Sementara para peserta yang hadir juga berasal dari STT GKS Sumba, Universitas Halmahera, STFT Jakarta, GKIP Papua, STFT I.S Kijne Jayapura dan IAIN Ambon.

Proficiat, UKIM. Toma Maju, untuk bumi yang lestari dan masa depan anak-cucu.  

 

Referensi:

Effendy, Onong Uchjana. 2008. Dinamika Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

https://www.kompas.id/baca/humaniora/2023/03/16/tingkatkan-kesadaran-lingkungan-melalui-film