Catatan Dari Dusun Kecil Rumah Olat
Jauh di dusun
yang kecil di situ rumahku. Rumah Olat yang artinya Rumah Tua merupakan salah
satu dusun di Kecamatan Seram Utara Kabupaten Maluku Tengah. Dulu dusun ini
merupakan sebuah Negeri adat yang diakui dan memiliki akar budaya yang kuat.
Namun saat ini statusnya “turun” menjadi Dusun. Sebuah kondisi yang mesti
diresponi, dicermati dan ditindaklanjuti guna mempercepat kesejahteraan
masyarakat Rumah Olat.
Di dusun yang
kecil ini dilaksanakan sebuah even keagamaan yakni Sidang ke-45 Majelis Pekerja
Lengkap (MPL) Sinode Gereja Protestan Maluku yang berlangsung 20-25 Okotber
2024, dihadiri lebih dari 300 peserta yang datang dari provinsi Maluku dan
Maluku Utara. Kegiatan ini merupakan kegiatan tahunan yang selain membahas
masalah internal gereja tetapi juga merespons berbagai problem sosial
kemasyarakatan. Salah satunya adalah masalah pendidikan dan peningkatan
kualitas sumber daya manusia di Maluku dan Maluku Utara. “Gereja terpanggil dan
diutus untuk menggumuli dan menjawab masalah-masalah sosial kemasyarakatan
juga” tandas ketua Sinode GPM, Pdt Elifas Tomix Maspaitella, M.Si
Sebagaimana
diketahui dalam waktu dekat ini pemerintah akan menarik para guru ASN dari
sekolah-sekolah milik Yayasan keagamaan baik Islam, Kristen maupun Katolik.
Selama ini sejumlah guru ASN mengabdi di sekolah-sekolah milik yayasan
keagamaan, namun pada waktunya para guru ASN tersebut akan ditarik ke sekolah
negeri. Hal ini tentu menjadi gumulan tersendiri dari sekolah-sekolah yayasan,
di antaranya Yayasan Dr JB Sitanala milik Gereja Protestan Maluku. Diperlukan
langkah-langkah antisipatif agar proses belajar mengajar dapat berjalan dengan
baik, khususnya di wilayah-wilayah terpencil, seperti Rumah Olat.
Anak-akan
sekolah SMP asal Rumah Olat setiap pagi mendayung perahu sekira 20-30 menit
dari Rumah Olat ke Desa Sawai untuk bersekolah di sana. Anak-anak laki-laki
maupun perempuan harus menyiapkan diri untuk melintasi laut yang tak selalu
tenang untuk mendapatkan pendidikan yang layak. Hal ini tentu berbeda dengan
teman-teman mereka yang memiliki akses yang mudah untuk bersekolah, bahkan pada
sekolah yang berstandar internasional. Anak-anak sekolah Rumah Olat harus
berjuang dengan kondisi alam untuk meningkatkan kualitas diri mereka. Ini
sebuah potret anak-anak bangsa yang perlu mendapat perhatian kita semua.
Di Rumah Olat
pula terdapat potensi laut yang kaya, persoalannya bagaimana proses pengolahan
dan distribusi kekayaan tersebut untuk meningkatkan kesejahteraan rakyatnya.
Akses jalan ke Rumah Olat belum mulus semuanya, listrik baru menyala tahun 2018
itupun belum 24 jam. Akses internet belum stabil, demikian pula layanan air
bersih dan fasilitas kesehatan perlu ditingkatkan. Semua ini merupakan agenda
bagi pemerintah dan lembaga-lembaga sosial keagamaan untuk memberi perhatian
dan prioritas bagi perbaikan kondisi masyarakat.
Uniknya, di
Rumah Olat ada sebuah cottege indah yang bernama Ronella Cottage. Cottage milik
Keluarga Rudolf (Rudy) Pical ini memiliki daya tarik bagi para wisatawan lokal
maupun mancanegara. Cottage yang terletak di pesisir pantai ini memberikan
sebuah nuansa khas wisata laut pulau. Selain itu ada juga destinasi wisata Ora
Beach, Air Belanda, Desa Wisata Sawai, Taman Nasional Manusela dan lainnya
merupakan hal yang memberi harapan. Tentu saja diharapkan industri pariwisata
turut mendorong peningkatan kesejahteraan warga masyarakat yang tinggal di
sekitar lokasi wisata tersebut.
Pada iven sidang
MPL Sinode GPM itu dukungan basudara Muslim dari desa-desa sekitar seperti
Sawai, Olong dan lainnya turut memberi makna bagi hidup persaudaraan lintas
agama. Bahwa perbedaan agama bukanlah penghalang, tetapi justru saling menopang
dan melengkapi. Ketika peserta tiba di Rumah Olat disambut tarian anak-anak
remaja berjilbab dari desa sekitar, juga keramahan menerima peserta kegiatan
MPL. Semua ini menjadi modal sosial budaya yang harus terus dirawat dan
dipelihara dari waktu ke waktu dalam spirit Gereja Orang Basudara.
Ketua Panitia
Sidang MPL, Rudy Pical didampingi Ketua Klasis GPM Seram Utara Barat, Pdt Yance
Tipialy dan Sekretaris Klasis Pdt Wendy Kailola serta didukung 13 jemaat di
Klasis Seram Utara Barat, juga Pdt. Gerry Talakua, selaku Ketua Majelis Jemaat
GPM Rumah Olat tetap antusias dan solid menopang iven tahunan ini. Semua ini
merupakan bagian dari panggilan bersama untuk menghadirkan suasana sejuk yang
memungkinkan terjadi komunikasi dan saling berbagi gagasan demi peningkatan
pelayanan gereja dan tentu juga pembangunan masyarakat. Gereja dalam spirit
berjalan bersama (sun-hodos) terpanggil untuk bersama semua pihak mengerjakan
keselamatan dan menghadirkan kesejahteraan dan kebaikan bersama. Terima kasih
dusun kecil, Rumah Olat.
Penulis: Pdt. R. Rahabeat