BERBAGI SEHAT DI KLASIS GPM P.P. BACAN
"MENYEBERANGLAH KEMARI...".
Jumat sore, 9 Agustus 2024, pukul 16.45, KM. Teratai Prima 1 melepas tali dari dermaga Yos Sudarso. Tim Kesehatan RS GPM dan Tim Bagi-Bagi Sehat (BaBaSha) menuju Labuha. Perjalanan melintasi laut kali ini cukup panjang dan lama, dibandingkan saat Tim ke pulau Damer tahun 2023. Misi ke Bacan kali ini tidak sekedar memenuhi permintaan Pdt. A.E. Kofit, Ketua Klasis GPM P. Bacan. Karena berbagi kebaikan harus menjadi "pola umum kemanusiaan", sebagaimana dikatakan oleh Jan Romein dalam In The Ban van Prambanan (Indonesia di Tengah Gejolak Dunia).
Minggu subuh (sekitar jam 02.30), 11 Agustus 2024, kapal tiba di pelabuhan Kupal, Labuha. Biasanya kapal tiba di pelabuhan Kupal sore hari. Proses embarkasi dan debarkasi di pelabuhan Wayaloar dan Kawasi (di pulau Obi) yang memakan waktu, menyebabkan kapal terlambat tiba di pelabuhan Kupal.
Setelah beristirahat beberapa jam, Tim menuju Jemaat GPM Panambuang untuk beribadah Minggu bersama jemaat. Usai ibadah, Ketua Klasis memperkenalkan Tim kepada jemaat.
Jam 11.00 pelayanan kesehatan dimulai, bertempat di gedung gereja Anugerah, Jemaat GPM Panambuang, diawali doa dan penjelasan alur/mekanisme pelayanan. Tim yang terlibat terdiri dari: 3 orang dokter (dr. Ivan Abednego, dr. Grace Moniharapon, ditambah dr. Ika Joseph, relawan dari Labuha), 3 orang zuster/mantri (Zr. Krisna Wattimena, Willy Pattinasarany dan Vicko Daada, relawan dari Puskesmas Wayaua). Tim medis dibantu oleh 4 orang relawan Tim BaBaSha (Pdt. M. Tomasoa, Pdt. M. Syauta, G. Siahaya dan P. Ruhulesssin).
Secara umum, pelayanan kesehatan meliputi: penimbangan berat badan, mengukur tekanan darah, cek kadar gula darah, kolesterol dan asam urat, keluhan pasien & diagnosa dokter, dan pemberian obat oral maupun injeksi (vitamin B12).
Di Panambuang, total pasien yang dilayani berjumlah 101 orang, termasuk pasien yang berasal dari Jemaat GPM Tuakona. Sejumlah basudara muslim juga mengambil bagian. Sedangkan tindakan operasi minor (lipoma dan kista epidermoid) kepada 13 orang. Mayoritas pasien adalah orang dewasa. Anak-anak berjumlah 4 orang.
Keluhan dan diagnosa dokter menunjukkan bahwa jenis penyakit yang umum diderita adalah asam urat, kolesterol, gatal-gatal.
"KELUHAN YANG SAMA".
Senin pagi, 12 Agustus 2024, pukul 07.10, dengan menggunakan motor tempel Klasis GPM Pp. Bacan, Tim bertolak ke Kailaka. Cuaca tidak begitu cerah, namun laut cukup tenang. Tim tiba di Kailaka pukul 09.35. Setelah beristirahat sejenak untuk snack, jam 10.00 Tim mulai beraktifitas, bertempat di gedung gereja Kailaka.
Sekitar 3 jam di Kailaka, 80 orang pasien dilayani. Terdiri dari 73 orang dewasa, 6 orang anak-anak, dan operasi minor terhadap 1 orang dewasa.
Tim selanjutnya bertolak ke Geti Baru. Untuk memaksimalkan waktu, Tim akhirnya dibagi menjadi 2 kelompok. Kelompok 1, dikoordinir oleh dr. Ivan Abednego, bertugas di Geti Baru. Dibantu oleh Zr. Krisna Wattimena, Pdt. M. Syauta dan Sdr. P. Ruhulessin. Aktifitas pelayanan bertempat di gedung gereja. Jemaat yang mengambil bagian dalam pelayanan, termasuk basudara muslim berjumlah 68 orang (62 orang dewasa dan 6 orang anak).
Kelompok 2 bertugas di Geti Lama, dikoordinir oleh dr. Grace Moniharapon, dibantu oleh mantri Willy Pattinasarany, Pdt. M. Tomasoa dan Sdr. G. Siahaya. Aktifitas pelayanan bertempat di gedung gereja. Jemaat dan basudara muslim yang mengambil bagian untuk dilayani berjumlah 56 orang (52 orang dewasa dan 4 anak). Sedangkan tindakan operasi minor terhadap 1 orang dewasa.
Usai pelayanan di Geti Baru, kelompok 1 menyusul ke Geti Lama untuk pemberian (resep) obat (oral) berdasarkan diagnosa dokter, termasuk injeksi vitamin B12.
Secara umum, orang dewasa yang datang memeriksakan kesehatan, baik di Kailaka, Geti Baru dan Geti Lama memiliki keluhan yang sama, yakni: nyeri punggung, sakit tulang belakang, nyeri dada sakit, nyeri sendi (lutut, pergelangan tangan) sakit kepala, batuk-batuk, pusing-pusing. Sejumlah orang dewasa mengalami sesak nafas, maag dan kesemutan pada kaki dan tangan. Sedangkan sakit gatal-gatal diderita baik oleh anak-anak maupun sebagian orang dewasa.
Keluhan dan gejala sakit yang sama pada orang dewasa di ke-3 jemaat (desa) ini tentu menimbulkan pertanyaan: apa penyebab utamanya.
Dari beberapa orang yang kami tanyai, mereka hanya bisa menduga, kemungkinan air minum sebagai penyebabnya. Air yang telah dimasak cenderung keruh, walaupun telah disaring. Mereka juga kurang mengkonsumsi air minum saat beraktifitas di kebun atau melaut. Alasan lain, pulau-pulau di Bacan (dan di Halmahera Selatan umumnya) ditengarai mengandung mineral tambang, dan karena itu diduga berpengaruh pada air yang mereka konsumsi. Untuk memastikan dugaan-dugaan ini, perlu ada penelitian.
Faktor lain yang turut berdampak pada buruknya kesehatan warga di ketiga jemaat (desa) tersebut adalah ketiadaan fasilitas dan tenaga kesehatan. Untuk pemeriksaan kesehatan, warga dari ketiga jemaat (desa) ini harus ke pusat kecamatan di Yaba, menggunakan transportasi laut. Biayanya tidak murah, karena harga minyak yang relatif mahal. Belum ada jalan yang menghubungkan ketiga jemaat (desa) dengan Yaba. Karena itu warga enggan ke Yaba, kalau bukan karena terpaksa.
Sore jelang malam, Tim kembali ke Labuha.
JANGAN PERNAH LUPA: LANSIA.
Selasa, 13 Agustus 2024, sebelum Tim bertolak ke Ambon pada pukul 23.00, Tim diminta kesediaan oleh Pdt. F.R. Kwalomine, Ketua Majelis Jemaat GPM Labuha untuk melakukan pemeriksaan kesehatan dan pengobatan kepada lansia di jemaat.
Jam 09.00 para lansia sudah berkumpul di gedung serbaguna. Kesempatan inipun digunakan oleh sejumlah warga jemaat yang tidak tergolong lansia, termasuk anak-anak.
Pemeriksaan kesehatan dan pengobatan berlangsung sampai jam 14.00. Terdata 70 orang mengambil bagian. Terdiri dari 59 orang dewasa (dan lansia) dan 6 anak-anak. Sedangkan tindakan operasi minor dilakukan terhadap 5 orang.
Keluhan sebagian besar lansia berkaitan dengan kesulitan tidur di waktu malam.
Trip Tim Kesehatan RS GPM dan Tim BaBaSha ke Klasis Pp. Bacan kali ini berakhir. Masih banyak permasalahan kesehatan masyarakat yang perlu ditangani. Kolaborasi berbagai pihak sangat dibutuhkan. Paling kurang berinisiatif untuk menyalakan sebatang lilin, daripada mengutuki kegelapan. Sambil berharap kehadiran negara secara langsung melalui penyediaan fasilitas dan aparatur kesehatan yang dibutuhkan oleh masyarakat yang jauh dari akses kesehatan.
Terima kasih kepada Majelis Pekerja Klasis GPM Pp. Bacan, para Pelayan dan umat yang terlibat dalam pelayanan kesehatan ini. Kalau ada yang kurang, harap dimaklumi. Jika Tuhan Yesus berkenan, kita berjumpa lagi pada trip berikutnya.
Terpujilah Tuhan.
Penulis: Max Syauta