Baku Dapa Tuagama Se-Klasis Taniwel
Baku Dapa Tuagama Se-Klasis Taniwel
Ditulis Oleh
By. Pnt. Betty Sahertian – Anggota MPH Sinode GPM
Kegiatan Baku Dapa Tuagama Klasis GPM Taniwel, terlaksana di Jemaat Niniari Klasis GPM Taniwel. Kegiatan Baku Dapa Tuagama se-Klasis GPM Taniwel merupakan salah satu program hasil Keputusan Persidangan ke 39 Klasis GPM Taniwel tahun 2021, di Jemaat Nikulukan Niwelehu.
Kegiatan Baku Dapa Tuagama dilaksanakan pada tanggal 10 s.d. 12 Oktober 2021, dibawah sorotan tema “ Dipanggil Untuk Memanggil”. Tema ini dipilih dan memberikan gambaran bahwa selaku pelayan Tuhan yang dipanggil untuk melayani di Gereja Protestan Maluku mereka di Panggil untuk memanggil umat datang dan berjumpa dengan Tuhan yang memanggil mereka.
Peserta yang ikut dalam kegiatan ini adalah seluruh MPK, Pendeta, Pegawai Kantor Klasis dan Tuagama dari 22 Jemaat pada Klasis GPM Taniwel sejumlah 206 peserta, unsur MPH Sinode dan fasilitator sejumlah 4 orang, dengan demikian jumlah peserta yang akan ikut dalam keiatan ini sejumlah 210 orang. Peserta yang ikut dalam kegiatan ini diwajibkan mengikuti kegiatan sampai selesai, kecuali yang sakit atau karena usia lanjut.
Kegiatan Bakudapa Tuagama diawali Kebaktian Minggu, dipimpin oleh Pdt. E.T.Maspaitella,M.Si. Di awal kebaktian Pembukaan Bakudapa Tuagama, beberapa tuagama meniup suling dan tabuhan tifa secara beriringan. Seorang tuagama bertindak sebagai marinyo, berlari masuk kearah mimbar, sambil mengucapkan “ Basudara eeee, mari katong datang par Tuhan Yesus, setelah itu marinyo secara berbalasan dengan Jemaat menyanyikan Ny. GPM “ Mae o Basudara e”. Kebaktian minggu pagi dilayani oleh liturgos, Pdt Eka Tupalessy, dan refleksi oleh Pdt. E.T.Maspaitella,M.Si. Pembacaan Alkitab mendasari pergumulan kegiatan Bakudapa, terambil dari Roma 1:16-17, dalam refleksinya, Pdt Maspaitella, menyampaikan tugas tuagama bukanlah penjaga rumah Tuhan dan membunyikan lonceng gereja, tetapi lebih daripada itu selalu mengingatkan setiap umat yang datang beribadah dan menyembah Yesus Kristus sebagai Tuhan Allah dan satu-satunya penolong dalam hidup. Harapan Maspaitella, kegiatan tuagama selain sebagai ajang temu tuagama se klasis, kegiatan ini diharapkan dapat mempererat tali persaudaraan antar jemaat.
Kesaksian pujian dilantunkan dengan merdu oleh Paduan Suara Akbar Tuagama sebanyak 200 orang tuagama menyanyikan lagu “Dengarkanlah”, VG Tuagama Hatunuru Matapa dan VG Tuagama Neniari. Dalam kidung pujiannya, mereka menyatakan Tuagama adalah pemegang suara Ilahi. Tuagama GPM melayani dengan sepenuh hati.
Setelah kebaktian, dilanjutkan dengan seremonial Pembukaan Kegiatan Bakudapa Tuagama. Dalam arahan pembukaan, Ketua Sinode GPM, Pdt. E.T. Maspaitella,M.Si menyampaikan bahwa Majelis Pekerja Harian Sinode GPM menyambut baik kegiatan Baku Dapa Tuagama dan berharap bahwa kegiatan ini harus mendapat respons semua Klasis. Selain itu, kegiatan Baku Dapa Tuagama se-Klasis GPM Taniwel memberi inspirasi adanya regulasi GPM dan akan dibahas pada persidangan MPL di Klasis GPM Kei Besar.
Materi-materi yang diberikan dalam kegiatan Baku Dapa Tuagama, yaitu Tugas dan Peran Tuagama di Gereja Protestan Maluku dibawakan oleh ketua Sinode GPM Pdt. E.T. Maspaitella, M.Si. Dalam penyampaian materi tersebut, Pdt E.T. Maspaitella menyampaikan harapannya bahwa seluruh Klasis di wilayah pelayanan Gereja Protestan Maluku harus melaksanakan kegiatan Baku Dapa Tuagama dan kemudian terinspirasi adanya regulasi menyangkut Tuagama. Begitu juga, kegiatan Baku Dapa Tuagama se-Klasis GPM Taniwel menjadi motivasi pelaksanaan Baku Dapa Tuagama se-GPM.
Materi selanjutnya disampaikan oleh Tuagama Drs. M.J. Maspaitella, M.Si. Beliau menyamapikan materi “ Dipanggil Untuk Memanggil”. M.J. Maspaitella adalah tuagama di Jemaat Rutong Klasis GPM Pulau Ambon Timur. Dalam materinya beliau berharap para tuagama melaksanakan tugas mulia ini dengan setia. Jangan bersungut dan berbantah-batahan. Jalanilah karena Tuhan menuntun kita untuk melakukannya. Tuagama dipanggil untuk menjalankan tugas menyampaikan suara panggilan ilahi kepada umat. Ini jabatan yang tidak dimiliki oleh banyak orang.
ketiga disampaikan oleh anggota MPH Sinode, Pnt.DR. Betty Sahertian,M.Kes sebagai MPH pendamping Klasis Taniwel. Materi yang disampaikan Tugas dan Fungsi Tuagama di Masyarakat. Di awal penyampaian materi, Betty Sahertian meminta peserta bapa ibu tuagama untuk menyampaikan pengalaman-pengalaman mereka menjalani tugas dan peran sebagai tuagama. Salah satu peserta, tuagama Berthy Kabaressy dari Jemaat Nuniali dalam gayanya yang khas, bercerita tentang awal diminta menjadi tuagama. Berthy bercerita ketika diminta menjadi tuagama, Berthy merasa bahwa tugas panggilannya sangat bertolak belakang dengan keberadaannya saat itu. Dalam gaya hidup yang glamour, penuh hura-hara. Tetapi dalam pengakuannya, dia menyampaikan bahwa ternyata jika Tuhan menghendaki untuk memakainya menjadi tuagama,maka jadilah kehendak Tuhan. Berthy kemudian melaksanakan perannya sebagai tuagama bahkan saat ini sebagai pemain keyboard mengiringi kebaktian minggu.
Tuagama sebagai pelayan rumah Tuhan, dalam tanggung jawab mempersiapkan rumah Tuhan untuk segala kebaktian jemaat, yang dilakukan seperti menyapu, membersihkan rumah gereja, membersihkan mimbar, bangku gereja, dan terutama melayani akta “Toki Lonceng” sebagai suara Tuhan yang memanggil umatNya untuk beribadah. Tuagama yang dalam kegiatan kesehariaannya, melakukan kegiatan di gereja, maka memerlukan tuagama yang sehat. Betty menjelaskan tidak lepas juga dari kehidupan sosial kemasyarakatan.
Dalam kehidupan sosial bermasyarakat, tuagama hidup berdampingan dengan orang lain, sebagai makluk sosial. Kebutuhan-kebutuhan hidup sosial bermasyarakat dengan orang lain, sebagai makhluk Biopsikososial dan spiritual merupakan kesatuan dari aspek jasmani dan rohani yang memiliki sifat unik dengan kebutuhan yang berbeda-beda sesuai dengan tingkat perkembangannya,karena itu menjadi penting, untuk memahami kebutuhan dirinya.
Kegiatan bakudapa tuagama selain diisi dengan materi-materi, peserta diajak untuk melakukan olahraga pagi dan lomba-lomba seperti Futsal dan Menembak. Lomba-lomba ini bukan mencari pemenang, melainkan bertujuan selain agar tubuh menjadi sehat juga dimaksudkan untuk memupuk nilai kebersamaan dan semangat. Bupati Seram Bagian Barat dan Ketua MPH Sinode GPM memberikan bonus kepada setiap pemenang dalam perlombaan dimaksud. Memberi gambaran bahwa Pemerintah Kabupaten menaruh perhatian kepada Gereja dalam kegiatan Baku Dapa Tuagama se-Klasis GPM Taniwel. Di sore hari, para tuagama melakukan bakti sosial mengumpulkan pasir untuk pembangunan kantor jemaat GPM Neniari sesuai hasil koordinasi kegiatan dengan Panitia Pembangunan.
Di malam hari, dilakukan kegiatan pemilihan pengurus tuagama Klasis GPM Taniwel. Di awal pemilihan disampaikan tentang kriteria pencalonan, dijelaskan pula prosedur pencalonan dan prosedur pemilihan pengurus. Dengan terpilihnya pengurus ini, diharapkan pengurus dapat menjadi mediator dalam pelaksanaan tugas Tuagama di Klasis GPM Taniwel. Dan untuk melengkapi kepengurusan forum Tuagama akan dilaksanakan pemilihan pengurus Tuagama di masing-masing jemaat. Karena itu, yang terpilih sebagai ketua akan menjadi koordinator dan secara otomatis akan menjadi pengurus Tuagama Klasis.
Sebelum malam berakhir, dan menutup kegiatan malam, peserta ada dalam kegiatan “Taniwel Bermazmur”. Bertugas sebagai songleader Pdt. Ny.K.Petta, sebagai singer Pdt. Ny. K. Pocerattu, Pdt. Ny. F. Pattinasarany, Pdt. Ny. S. Tupalessy, Pdt. Ny. A. Sahuleka, Pdt. Ny. G. Wattimena dan Pdt. Ny. M. Paulus. Pengkhotbah Pdt. L. Tupalessy, S.Th dan pemain keyboard : Tuagama Berthy Kabaressy
Kegiatan bakudapa tuagama ditutup oleh anggota MPH Sinode, Pnt. DR. Betty Sahertian, M.Kes. Dalam arahan penutupan, Sahertian menyampaikan bahwa kegiatan bakudapa tuagama menjadi momen yang menginsiprasi adanya regulasi menyangkut Tuagama. Begitu juga, kegiatan Baku Dapa Tuagama se-Klasis GPM Taniwel menjadi motivasi pelaksanaan Baku Dapa Tuagama se-GPM. Tuagama yang telah terpilih menjadi pengurus akan menjadi mediator bagi tuagama se klasis, dan terus memperat tali persaudaraan satu sama lain.
Setelah acara penutupan, rombongan peserta diantar keluar jemaat dengan iring-iringan tambur dan suling sampai di ujung negeri dengan ucapan selamat jalan semoga tiba di rumah masing-masing dengan tidak kekurangan sesuatu apapun.