Aksi Menanam Pohon : GPM Kalesang Bumi Ciptaan Tuhan Demi Keberlangsungan Hidup
Ambon,sinodegpm.org – Jumat (25 Juni 2021), Aksi penanaman 1.500 pohon yang berlangsung di Desa Hatalai dan Desa Soya, mengakhiri rangkaian kegiatan faktual yang dilaksanakan oleh Departemen Pengembangan Oikumene Semesta Komisi Lingkungan Hidup yang bekerja sama dengan Klasis Kota Ambon dibawah tema “GPM Pulihkan Bumi, Klasis GPM Kota Ambon Kalesang Bumi Ciptaan Tuhan Demi Keberlangsungan Hidup”.
Tarian Cakalele oleh Pemuda Hatalai sebagai tarian penyambutan para tamu undangan. Turut hadir dalam acara ini MPH Sinode, Pdt. Elifas Tomix Maspaitella, M.Si (Ketua Sinode), Pdt. Sackarias Izak Sapulette, M.Si (Sekretaris Umum), Pdt. Yohanis Colling (Anggota MPH), Pdt. Ny. Nancy N. Gaspersz/Souissa (Anggota MPH), Sekretaris Kota Ambon, A. G. Latuheru, SH, M.Si, MH, Perwakilan dari Dinas Kehutanan Provinsi Maluku, Dinas Lingkungan Hidup, Kepala Negri Soya, John Rehatta, Kepala Negri Hatalai, Richard Henry Loppies, seluruh ketua-ketua Majelis Jemaat se-Klasis Kota Ambon.
Kegiatan ini juga sebagai wujud kepedulian dan aksi nyata GPM dalam peringatan Hari Lingkungan Hidup Sedunia (5/6) dan Hari Penanggulangan Degradasi Lahan (17/6).
Selaku Ketua Komisi, dalam sambutannya Roy Mongi mengatakan berkaca dari kompleksitas masalah lingkungan yang kian terjadi, maka GPM melalui Departemen Pengembangan Oikumene Semesta (POS) biro Lingkungan Hidup telah melakukan kegiatan, Focus Group Discussion Pengolahan Lingkungan, Seminar Sehari lingkungan Hidup, serta Dialog Interaktiv yang bekerjasama dengan RRI Ambon dengan Tema “GPM Pulihkan Bumi”. Serta pendampingan kepada Jemaat Hatalai dengan memeberikan Sosialisasi Penanggulangan Bencana Menuju Jemaat Tangguh Bencana. Dan Aksi Penanaman pohon yang berlangsung tepat di hari ini.
Lebih lanjut Roy Mongi menjelaskan terkait Aksi Penanaman Pohon. “Untuk aksi penanaman pohon, telah didahului dengan sosialisasi tentang tata cara penanaman pohon dari Dinas Kehutanan Provinsi Maluku kepada Jemaat Hatalai serta perwakilan Jemaat-Jemaat dalam Klasis Kota Ambon. Ia juga mengatakan, aksi penanaman pohon Komisi Lingkungan Hidup Sinode melakukan kerjasama dengan Klasis Kota Ambon yang juga memiliki kegiatan yang sama.
Dalam wawancara singkat dengan tim Media Center GPM, Roy Mongi juga mengatakan, kegiatan ini merupakan program pertama yang baru dilaksanakan tahun ini. Sesuai dengan PIP/PRIPP maka kegiatan implementasi secara factual akan dilakukan setiap tahun. “Rencananya tahun depan kita akan lakukan di Seram Utara, pada Daerah-Daerah yang membutuhkan penghijauan sebagai akibat dari kerusakan hutan dan lingkungan.” Ia menambahkan, kedepannya kita akan melakukan kerjasama dengan Dinas Kehutanan terkait pengadaan bibit-bibit tanaman.
Berkesempatan hadir mewakili Walikota Ambon, Richard Louhanapessy, A. G. Latuheru, SH, M.Si, MH selaku Sekretaris Daerah dalam sambutannya mengatakan, kegiatan penghijauan dan aksi penanaman pohon di sekitar sumber mata air merupakan salah satu cara atau langkah menumbuhkan kesadaran masyarakat dalam menata dan memelihara kelestarian lingkungan juga untuk menjaga ketersediaan air bersih bagi masyarkat. Saat ini Realitas aksi penebangan pohon dan pencemaran lingkungan saat ini menjadi faktor terjadinya krisis air bersih.
“Kegiatan penghijauan Klasis GPM Kota Ambon merupakan bukti nyata bahwa Klasis GPM Kota Ambon tidak hanya sibuk dengan ritual, melainkan peka dengan masalah-masalah yang terjadi di kawasan Klasis Kota Ambon.” Ungkapnya. Ia menambahkan, Klasis GPM Kota Ambon “benar-benar peka terhadap persoalan air bersih, bukan hanya hari ini, tetapi juga untuk tahun yang akan datang.”
Menghadiri sekaligus memberikan arahan dan menutup rangkaian kegiatan, Pdt. Elifas Tomix Mapaitella, M.Si mengawali sambutannya, ia mengingatkan PIP/PRIPP GPM mengarahkan gereja untuk berpihak kepada lingkungan. Keberpihakan ini secara teologis di implementasikan dalam membela dan merawat kehidupan. Karena itu tindakan advokasi lingkungan bermuara pada advokasi kebijakan lingkungan. Hal ini juga mengarahkan kita kepada tindakan membela dan merawat di dalam rangka melihat satuan-satuan lingkungan kita yang rusak atau sedang terganggu, tetapi juga membentuk perilaku kita yang sadar lingkungan.
“Oleh karena itu, bacaan kita tentang isu ekologi di dalam PIP/RIPP GPM mengarahkan kita untuk membentuk perilaku sadar lingkungan, cinta bumi sebagai manifestasi dari tanggungjawab teologi atau tanggungjawab bergereja kita di tengah-tengah bumi ini.” jelasnya.
Menjelaskan lebih lanjut, Pdt Maspaitella mengatakan seiring dengan perubahan dunia terutama kerusakan lingkungan yang semakin parah dengan isu global warming, maka GPM melihat bahwa oikumene itu tidak semata-mata relasi dengan antar agama, gereja dan manusia namun relasi kita sebagai manusia dengan semua ciptaan Tuhan yang lain sebagai anggota rumah tangga Allah. Senada dengan Latuheru, Pdt. Maspaitella juga mengatakan bahwa PIP/PRIPP GPM juga mengedepankan krisis masyarakat seperti krisis air bersih. Mengingat debit air bersih pada wilayah Kota Ambon mulai berkurang karena itu kesadaran ekologi menjadi penting yang di gagas GPM sebagai mitra Pemerintah untuk sama-sama menjawab dan memberikan solusi sehingga daerah resapan air yang kesatuannya semakin berkurang dapat teratasi.
Lanjutnya, orientasi masyarakat yang sudah beralih dari hutannya ke lingkungan yang lebih komersil yaitu di pasar mengakibatkan kita kehilangan “pohon endemik”. Lebih lanjut lagi Pdt. Maspaitella mengatakan kita harus memacu Jemaat untuk membudidayakan serta menanam kembali tanaman-tanaman endemik. “Karena tindakan menanam adalah tindakan kita menyatu dengan ibu, yaitu bumi.” Ungkap Pdt. Maspaitella (MCGPM).