5 Hari Meramu Rasa; Panggilan Dan Komitmen Berjalan Bersama Kegiatan Pembekalan Dan Pembinaan Pendeta Baru Gereja Protestan Maluku



5 Hari Meramu Rasa ; Panggilan Dan Komitmen Berjalan Bersama

Untuk pertama kalinya Gereja Protestan Maluku (GPM) melalui bagian Personalia melakukan kegiatan pembekalan dan pembinaan bagi ke-165 pendeta baru dalam tahapan mempersiapkan diri untuk diutus ke jemaat-jemaat sebagai tugas pokok panggilan dan komitmen menjadi seorang pelayan dalam lingkup GPM. Kegiatan yang berlangsung selama lima hari penuh, terhitung sejak tanggal 26 Februari – 01 Maret 2024. Agenda ini merupakan sebuah ‘oase’ bagi para pendeta baru yang memang perlu sekali dibekali dengan pengetahuan akan Gereja dimana mereka berorientasi tetapi pun juga membangun ‘rasa’ mereka untuk mengabdi bagi Gereja Orang Basudara, sebagai julukan istimewa dari GPM. 

Pelaksanaan kegiatan pembekalan dan pembinaan bagi pendeta baru GPM, dibuka secara langsung oleh MPH Sinode yang diwakili oleh Wakil Sekum, Pdt. R. Rahabeat. Pembukaan berlangsung khidmat diawali dengan kebaktian bersama. Sebagai pelaksana dari kegiatan dimaksud, bagian Personalia yang dikoordinir langsung oleh Pdt. D. Gaspersz bersama rekan-rekan lainnya memoles dengan baik seluruh rangkaian proses ini. Tak kurang pun, ke-165 pendeta baru dengan semangat mengayun langkah-langkah kaki sambil mengejar waktu untuk memenuhi Gedung Gereja Maranatha, sebagai tempat kegiatan digelar selama 4 hari berturut-turut. Serta, 1 hari lainnya yang digelar di Gereja Joseph Kam.

Kegiatan pembekalan dan pembinaan ini pun diwarnai dengan corak ilmu pengetahuan, tahapan-tahapan dalam tuntutan pelayanan bergereja tetapi juga dibumbui dengan pengalaman serta pengamalan hidup dari para pendeta senior yang telah cukup lama mengalami ‘pasang-surut’ dalam tanggung jawab pelayanan Gereja Protestan Maluku. Berbagai materi-materi yang diberikan dikemas dengan sangat baik oleh para Narasumber yang ulung di bidangnya. Materi-materi yang diberikan antara lain; Etika Moral Pendeta GPM, Maluku dan Maluku Utara kini; Suatu Kajian Sosial budaya kewilayahan, Renstra GPM dan Moneva, Pendeta Sebagai Pegawai Organik Gereja, GPM di era Digital, Administrasi GPM, Eklesiologi GPM, Spiritualitas Kehambaan, PFG (Pendidikan Formal Gereja), BMG (Barang Milik Gereja) dalam data. Disamping itu juga, adapula materi yang diberikan oleh BPA GPM (Badan Penerjemah Alkitab) dan YSS GPM (Yayasan Sagu Salempeng). Selama 5 hari diboboti pun rasanya tak cukup untuk menelisik lebih jauh tetapi juga belajar bersama mengenal dunia baru yang akan dimasuki oleh 165 pendeta baru ini.

Dinamika yang indah penuh makna bahkan banyak rasa tertuang dalam kegiatan ini. Ungkapan-ungkapan yang disampaikan bahkan ditanyakan sebagai bagian gumulan pribadi seorang pendeta baru tetapi pun kronologis iman yang dibangun pada masa-masa kevikariatan yang baru saja dilalui. Sebagai gambaran keumatan yang penuh dengan polemik pelayanan yang telah mereka hadapi. Beberapa dari mereka (165 Pendeta Baru) ada yang bertanya dan mendapat jawabannya secara langsung, tetapi pun ada yang kemudian berusaha menemukan sendiri makna dari jawaban-jawaban tersirat yang dikemukakan oleh setiap narasumber. 5 hari yang penuh perjuangan demi dan untuk ada dalam proses internalisasi semua yang menjadi kewajiban dalam hal tugas dan tanggung jawab sebagai pendeta di Gereja Protestan Maluku (GPM). Bahwa memang sulit dan butuh pengorbanan yang tak sedikit untuk bisa mencintai pekerjaan sebagai seorang pendeta yang kedepannya akan berkelindan dengan berbagai masalah-masalah keumatan yang sangat pelik.

Berbagai respons positif akan pelaksanaan kegiatan pembekalan dan pembinaan ini pun datang dari para pendeta baru yang berproses serta belajar memahami bersama. Ada yang merespons dengan tepat, serius dan cermat. Bahkan ada yang berespons dengan celotehan dan gurauan tetapi sebenarnya mengandung makna yang sungguh baik. Salah satu pendeta baru dalam kesannya mengatakan; ‘bagi beta kegiatan ini sangat baik, apalagi katong sebagai pendeta baru melihat hahwa mudah saja kal’ katong liat GPM hanya sebatas Gareja. Padahal didalamnya banya hal yang harus katong ator akang supaya bajalang bae-bae.” Tandasnya. Adapula yang dengan jujur mengakui bahwa bukan hanya soal penetrasi pengetahuan yang diterima dalam proses pembekalan ini tetapi ada semacam ‘perubahan diri’ yang terjadi seperti yang diungkapkan, “hari pertama dan kedua, beta ikuti biasa-biasa saja. Tetapi hari ketiga dan sampai hari terakhir beta merasakan adanya perubahan dari dalam diri.” Pendeta baru yang lain pun berujar dengan diselingi keharuan bahwa; “beta paleng sangat senang ikut 5 hari kegiatan ini meskipun padat tapi katong sadar seng, katong su mau tapisah, satu-satu akan pigi batanam deng basiram di jemaat masing-masing.” Sekian banyak respons, mungkin tak dapat dikatakan satu per satu, tetapi dibalik semuanya, mengisyaratkan bahwa momentum ini begitu berarti bagi ke 165 pendeta baru GPM. Ramuan-ramuan berkhasiat telah dibagikan oleh narasumber, dan 5 hari ini ajang meramu semua ramuan itu menjadi sebuah rasa yang melahirkan komitmen spiritualitas sebagai seorang Hamba Tuhan yang membawa damai sejahtera, keadilan, kebenaran dan cinta kasih. Sang pengutus telah memilih dan mengutus, tak ada kata ‘tunggu dulu’ tetapi pergilah kemanapun diutus-Nya dengan sepenuh hati.

Sangat menarik sekali jika mendengar beberapa poin yang disampaikan sebagai simpulan akhir sekaligus yang disampaikan dalam penutupan kegiatan ini oleh Pdt. R. Rehabeat sebagai Wakil Sekum antara lain; Pertama, Perubahan itu penting, perubahan itu akan terjadi jika kita tidak menutup diri untuk setiap pengetahuan yang diterima karena sejatinya kita terus menjadi pembelajar yang bisa belajar dari sumber manapun. Jadi tidak ada salahnya belajar banyak dalam proses ini. Karena sejatinya, sebagai pendeta GPM kita bak ada dalam sebuah proses inkorporasi. Kita sejatinya akan ada dalam sistem, regulasi, bahkan dituntut untuk bersikap kritis untuk semua hal yang diterima kedepannya. Gereja adalah gereja yang terbuka, gereja tidak bisa hanya hidup dari apa yang sudah ada, tetapi mesti ada perubahan yang dilakukan untuk jadi lebih baik lagi kedepannya.

Selamat menyambut pengutusan dari Sang Pengutus! Keseriusan dalam memaknai setiap proses 5 hari meramu komitmen dan panggilan sebagai Hamba akan berdampak nyata melalui kinerja dan pelayanan kita bagi Gereja Protestan Maluku. (SLA)