Sidang ke-17 Klasis GPM Damer Resmi Dibuka, Fokus Penguatan Pelayanan
Sidang ke-17 Klasis GPM Damer Resmi Dibuka, Fokus Penguatan Pelayanan
WULUR, DAMER – Sidang ke-17 Klasis Gereja Protestan Maluku (GPM) Damer secara resmi dibuka oleh Anggota Majelis Pekerja Harian (MPH) Sinode GPM, Penatua Dr. Betty Sahertian, M.Kes, pada Selasa (26/3/2025), bertempat di Gedung Gereja Sementara Ebenhaezer, Jemaat GPM Wulur.

Sidang ini diikuti oleh 37 peserta yang terdiri atas perwakilan MPH, Majelis Pekerja Klasis (MPK), serta delapan jemaat yang tersebar di tujuh negeri dalam wilayah pelayanan Klasis Damer. Hadir pula dalam pembukaan sidang, Sekretaris Daerah Kabupaten Maluku Barat Daya (MBD), Drs. Daud Remialy, mewakili Pemerintah Kabupaten MBD, bersama unsur pimpinan UPTD, Camat Damer, Kapolsek Damer, para kepala sekolah, raja-raja adat dari tujuh negeri, tua-tua adat, kepala marga, serta sejumlah undangan lainnya.

Rangkaian acara dimulai dengan ibadah pembukaan yang dipimpin oleh Pdt. Hendri Siahaya, M.Si. Dalam khotbah berdasarkan 1 Korintus 12:12–31, Siahaya menegaskan pentingnya makna persekutuan dalam keberagaman. Ia mengilustrasikan bagaimana tubuh manusia yang terdiri dari berbagai anggota dengan fungsi yang berbeda-beda dapat bekerja secara harmonis demi kebaikan bersama. “Begitu pula dengan gereja, setiap bagian—baik pendeta, jemaat, maupun klasis—memiliki peran penting dalam membangun pelayanan,” ungkapnya.
Siahaya juga mengingatkan seluruh peserta sidang agar menjalankan peran mereka dengan penuh tanggung jawab, digerakkan oleh tuntunan Roh Kudus dalam setiap saran dan evaluasi yang diberikan. “Sidang ini bukan ajang saling menyalahkan, tetapi momentum untuk membangun pelayanan yang lebih baik dalam semangat kasih Kristus,” ujarnya.
Lebih lanjut, ia menekankan bahwa persidangan bukan ruang untuk menunjukkan superioritas, tetapi sebagai forum bersama untuk mengevaluasi, merancang, dan mengembangkan pelayanan gereja demi kemuliaan Tuhan. Para peserta diingatkan untuk hadir sebagai utusan Kristus yang membawa damai dan kontribusi nyata.
Dalam arahannya, Penatua Sahertian menyampaikan bahwa masa Sinode 2020–2025 telah menyelesaikan PIP-RIP GPM 2015–2025, serta Renstra Jemaat dan Renstra Klasis. Ia menegaskan bahwa visi dan misi GPM menjadi pedoman pelayanan dengan paradigma baru: dari penguatan institusi menuju pemberdayaan jemaat.
“Gerakan Keluarga Menanam, Melaut, dan Memasarkan (GKM) menjadi program unggulan yang menyentuh langsung kebutuhan keluarga jemaat,” ujar Sahertian.
Ia juga mengingatkan peserta tentang tantangan pelayanan di tengah krisis global atau polycrisis seperti yang dirumuskan oleh PGI, yakni krisis keesaan, kebangsaan, ekologi, keluarga, pendidikan, serta disrupsi akibat perkembangan teknologi seperti kecerdasan buatan (AI).
Sidang Klasis ini sekaligus menandai berakhirnya masa pelayanan MPK 2020–2025 dan akan dilanjutkan dengan pemilihan serta pelantikan MPK 2025–2030. Selain itu, akan ditetapkan pula Anggota Tetap Majelis Pekerja Lengkap (MPL) Sinode dan peserta Sidang Sinode GPM yang dijadwalkan pada 19 Oktober 2025 mendatang.
Tiga pesan penting disampaikan Sahertian:
Berdoalah agar Tuhan menganugerahkan anggota MPK yang setia dan mampu menggembalakan umat di Klasis.
Anggota Tetap MPL Sinode harus fokus pada tugas-tugas gerejawi di masa Sinode baru.
Peserta Sidang Sinode harus mampu menggumulkan materi pokok seperti ajaran gereja, peraturan, liturgi, dan PIP-RIP GPM 2025–2035 dengan pemahaman mendalam terhadap identitas dan konteks pelayanan GPM.
Sahertian mengakhiri arahannya dengan apresiasi kepada MPK atas pelaksanaan program selama periode Sinode 2020–2025 serta ucapan terima kasih kepada seluruh pelayan jemaat atas dedikasi mereka.
Ketua Klasis Damer, Pdt. Peter Manuputty, M.Si, dalam pidatonya menekankan peran gereja dalam bersinergi dengan pemerintah membangun keadilan dan kesejahteraan bersama. Ia menyoroti pentingnya perhatian terhadap profesi warga gereja, termasuk isu-isu yang berpotensi menjadi hambatan dalam pelayanan bersama.
Ia juga menegaskan perlunya perhatian serius terhadap dunia pendidikan, khususnya guru-guru di sekolah-sekolah Yayasan Pendidikan dan Pengajaran Kristen (YPPK) yang ada di Damer. “Guru-guru yang telah ditempatkan di Damer hendaknya diberdayakan dengan baik dan tidak dipindahkan hanya karena tekanan kelompok tertentu. Kekurangan tenaga pengajar akan berdampak pada masa depan pendidikan anak-anak kita,” jelasnya.
Selain itu, ia menyoroti minimnya tenaga medis di wilayah Damer. “Beberapa tahun lalu pernah ada dokter, namun kini tidak ada lagi. Kami berharap Pemerintah Kabupaten MBD memberi perhatian pada hal ini,” harapnya.
Menanggapi hal tersebut, Sekda Kabupaten MBD, Drs. Daud Remialy, menyampaikan apresiasinya atas pelaksanaan sidang dan menegaskan komitmen pemerintah untuk terus bersinergi dalam pelayanan. Ia mengisahkan perjalanan panjang selama empat jam menyeberangi laut dari Moa ke Wulur sebagai bentuk nyata keterpanggilan untuk hadir bersama.
Terkait masalah tenaga guru dan medis, Remialy menjelaskan bahwa ASN sudah menyatakan kesediaan ditempatkan di mana saja dalam lingkup kabupaten. “Kami akan tindak lanjuti masalah ini dengan pertemuan bersama para guru, dan untuk penempatan tenaga medis, akan dibicarakan dengan Dinas Kesehatan,” ujarnya.
Remialy menutup sambutannya dengan harapan agar sinergi antara pemerintah dan gereja terus terjalin demi kesejahteraan masyarakat Damer.
--------
Penulis : Pnt. Dr. Betty A. Sahertian - Anggota MPH Sinode GPM