SIDANG KE-12 KLASIS GPM P. P. BABAR TIMUR, AKSENTUASI GEREJA KELUARGA DAN PENDIDIKAN INTERGENERASI
Minggu, 02/03/2025, bertempat di Jemaat Telalora, Sidang ke-12 Klasis Pulau-Pulau Babar Timur, resmi dibuka anggota MPH GPM, Pnt. Dr. Betty Anthoineta Sahertian, M.Kes. Sidang Klasis ke-12 ini digelar dengan sorotan Tema “Beritakanlah Tahun Rahmat Tuhan Telah Datang dan Kerjakanlah Keselamatanmu” dan Sub Tema “Teguhlah Sebagai Gereja yang Profetik Untuk Terus Berbuah bagi kehidupan bersama”, menjadi pergumulan Klasis menjalani tahun pelayanan 2025. Hadir dalam kebaktian minggu, Pemerintah Kabupaten Maluku Barat Daya (MBD), Camat Pulau Marsela Coast Aswaly, S.Pi, Danramil 1115-02 Pulau Masela-Letnan Inf.D.Batmomolin, Dan pos Satgas Pam puter Yonif 734 Satria Nusa Samudara Pulau Masela, Kepala Puskesmas Marsela dan Latalora Besar, Syahbandar Latalola Besar dan sejumlah tamu undangan lainnya.

Mengawali pembukaan sidang, dilakukan kebaktian Minggu, dipimpin Pdt. Mon Sahureka, S.Si, yang adalah pendeta Ketua Majelis Jemaat GPM Yatoke. Dalam khotbah yang disampaikan berdasarkan pembacaan Alkitab yang terbaca di Ibrani 4:14-16, Sahureka mengajak umat berpegang teguh kepada pengakuan iman sesuai ayat 14. Umat diharapkan dapat berkomitmen dengan teguh dan kokoh pada pengakuan iman sebagai dasar dan sumber kekuatan dan pengharapan menghadapi berbagai bentuk pencobaan dan penderitaan. Sumber kekuatan dan pengharapan tidak terletak pada kekuatan diri kita yang terbatas ataupun pengalaman-pengalaman yang dialami, melainkan hanya kepada Yesus sebagai Imam besar Agung dan Anak Allah. Diakhir khotbahnya, Sahureka memberikan penguatan bahwa anugerah dan rahmat Tuhan menjadi alasan keberanian kita mendekatkan diri dan hidup kita kepada pemilik hidup ini, sambil terus mengingat janji kesetiaan Allah di tengah penderitaan memberikan pengharapan kepada kita untuk mendapat pertolongan tepat pada waktunya sesuai dengan kebutuhan kita di tengah-tengah segala pencobaan dan penderitaan dewasa ini. Hal ini memberi kekuatan pula kepada peserta sidang 12, bahwa di tengah pelayanan di 25 jemaat dalam lingkup Klasis Pulau-Pulau Babar Timur, bergumul bersama menetapkan program-program pelayanan ditunjang penganggaran yang tepat dan tetap berpengharapan kepada Tuhan sebagai sumber kehidupan.
Ikut memuliakan Tuhan dalam kebaktian minggu, suguhan kidung pujian, persembahan VG Dayles, Paduan Suara Efrata dan Paduan Suara (PS) Anak SMTPI Jemaat Telalora. Persembahan pujian anak SMTPI, membawakan lagu karya Octovianus Lata Untarola, yang diberi judul "Upler Rayaw" dalam Bahasa daerah dari 3 serangkai (Babiotan-Telalora-Iblatmuntah) “Ylilil, myamay kyow u ple re Rayawye", mengandung makna "saya bersyukur dan berterima kasih kepada Allah Bapa yang bertahta di sorga", mengingatkan kita bahwa hidup ini adalah anugerah pemberian Tuhan, dan karena itu mari terus bersyukur atasnya. Dengan penuh penghayatan dan syukur, lagu ini dikumandangkan anak-anak memberi rasa dan makna yang dalam bagi umat yang mendengarnya. Pdt Selfie Maanana KMJ Telalora menyampaikan bahwa lagu ini telah dipersiapkan dengan baik oleh anak-anak dengan bimbingan para pengasuh. Biasanya lagu ini dinyanyikan pula pada kebaktian etnik.
Selesai Kebaktian Minggu, dilanjutkan dengan acara seremonial Pembukaan Sidang ke 12 Klasis Pulau-Pulau Babar Timur. Panitia Sidang ke 12, melaporkan kerja panitia sejak dilantik di Bulan April 2023, melakukan persiapan hingga tiba pada hari pelaksanaannya selama kurun waktu 1 tahun 10 bulan, dan berkeyakinan bahwa hanya dengan pertolongan Tuhan yang empunya pekerjaan ini, segala usaha dan upaya dilakukan serta mendapat topangan dari berbagai pihak demi terlaksana sidang dimaksud. Ketua panitia Josten J.Untailawan, mengaku dengan tulus, bahwa semua ini hanya kemurahan Tuhan yang memungkinkan dan melayakkan mereka melakukan penugasan ini.
Pdt. Neles Mosse, S.Th, Ketua Klasis Pulau-Pulau Babar Timur mengawali Pidatonya, mengajak jemaat dan peserta sidang mengheningkan cipta, mengenang buah pelayanan orang-orang hebat dan bertalenta, termasuk orang tua masing-masing. Menurut Mosse, gereja ada seperti keadaan hari ini adalah karena buah pelayanan dan pengorbanan hamba-hamba Kristus yang melayani sejak masa awal benih injil disemai dihaparan kepulauan Maluku dan Maluku Utara di bumi Papralewny, di tanah Ilwyar Wakmer, secara khusus negeri Pepliewn, Lekil dan Lekwuy, benih itu tumbuh subur, berbuah lebat adalah buah dari para pendahulu yaitu guru-guru jemaat dan semua orang yang telah mengabdikan diri bagi misi pelayanan ini.
Dalam rasa menghargai dan menghayati perjuangan mereka, Mosse menandaskan bahwa Indonesia, Maluku, Maluku Barat Daya, bahkan diatas tanah dan negeri-negeri seperti keadaannya hari ini adalah buah pengorbanan para pahlawan, abdi bangsa dan Negara, semua orang yang telah mengabdikan diri bagi kemajuan masyarakat secara utuh. Mereka semua berjasa, dan tidak minta dikultuskan, tetapi sebagai warga bangsa, sebagai gereja dan khususnya sebagai hamba-hamba Kristus, patutlah kita mengenang pengorbanan mereka, dan mendoakan agar jejak pelayanan dan pengorbanan mereka menjadi jejak berkat kepada kita kini dan ke masa depan.
Dalam pidatonya, Mosse menyampaikan rasa syukur dan sukacita untuk apa yang telah dilakukan selama tahun pelayanan 2024 dan siap menjalani pelayanan 2025. Syukur dan hormat kepada Tuhan yang empunya pekerjaan pelayanan ini yang telah mengijinkan hamba-hambaNya melakukan penugasan gereja, dan berharap tetap ada dalam kesetiaannya melakukan dengan sepenuh hati.
Mosse mengajak rekan-rekan pelayan dan seluruh peserta sidang, yang adalah bagian gereja yang melayani pada masa ini, agar lebih peka, cermat dalam membaca realitas sosial, baik secara global maupun lingkungan dimana pelayan ada dan melayani, dan apa yang mendesak sebagai kebutuhan umat, dalam bentuk perubahan sosial yang mesti teraksentuasi dalam seluruh draf pelayanan. Kita harus berani menjadi teladan dalam menyatakan peran profetik di tengah problematika kehidupan umat yang berfokus pada keadilan, cinta kasih, dan yang paling penting adalah komitmen merawat perdamaian sejati, demikian imbuhnya.
Menurutnya, kunci gerakan perubahan gereja (GKM: Gerakan Keluarga Menanam, Gerakan Keluarga Melaut dan Gerakan Keluarga Memasarkan) terletak atau kembali ke dalam keluarga, pada aktivitas pembinaan keluarga (BINAKEL). Dunia sedang menggiring kita ke pola hubungan yang bersifat virtual, yaitu gaya komunikasi pada berbagai platform media social. Kehangatan relasi langsung antar keluarga semakin lemah, termasuk dalam pelayanan gereja (yang dekat semakin jauh, dan yang jauh semakin dekat). Banyak sekali kita jumpai, bahwa kadang sejumlah persoalan rumah tangga kristen dijual murah dan menjadi konsumsi publik karena ketika persoalan itu jadi, tidak diselesaikan secara keluarga dalam pergumulan bersama, tetapi justru sebaliknya selalu menghiasi dinding-dinding facebook, yang selalu bias pemaknaannya. Bagi saya, saatnya kita kembali pada filosofi teologi “Meja Makan dan Piring Nazar”, demikian penegasannya.
Sementara itu, Pnt.Betty Sahertian dalam arahan pembukaan menyampaikan bahwa tantangan bergereja ke masa depan memerlukan sikap kritis kita secara bersama. Satu Abad GPM di 6 September 2035 akan menjadi masa kepenuhan janji Allah atas GPM di satu masa penuh, setelah kita melewati babakan pembentukan, pengujian, pertumbuhan dan perkembangan. Di saat itu, kita akan menatap ke masa baru, suatu masa panjang, dimana GPM akan bergelut dengan wujud gereja yang baru, dinamika jemaat-jemaat yang baru, pendekatan pelayanan dan manajemen pastoralia yang baru juga. Jemaat akan memahami kehadiran Allah (providensia) melalui pengalaman iman yang baru juga. Di masa itu teknologi digital mengajak gereja masuk secara bersungguh-sungguh di dalamnya. Perilaku kehambaan kita pun akan dibentuk melalui bentuk perjumpaan yang baru dengan umat.
Itulah sebabnya, sejak masa kini, pendidikan intergenerasi dan pastoralia intergenerasi harus dikembangkan dalam program bina umat dan pelayan GPM. Jarak generasi terjadi dalam keluarga secara terbuka. Orang tua sudah harus meningkatkan komunikasi secara intensif dengan anak, sumber-sumber nilai iman dan budaya harus terus dikembangkan melalui pembinaan keluarga (binakel), pembinaan umat dan pelayan. Dalam hal ini juga, GPM sudah harus menaruh perhatian kepada lembaga pendidikan milik GPM yaitu PAUD/TK, SD, SMP, SMA/K dalam naungan YPPK Dr. J.B. Sitanala dan UKIM dalam naungan Yaperti GPM. Terutama problem guru dan tenaga kependidikan yang harus ditingkatkan taraf kesejahteraannya.
Lebih lanjut Sahertian menyampaikan tentang apa yang disebut ecclesia domestica atau gereja rumah tangga mendorong kita menumbuhkan terus kehangatan relasi orang tua-anak, relasi dalam rumah, relasi bertetangga. Bagaimana semua anggota keluarga memahami makna tinggal bersama dalam satu rumah, duduk bercengkerama bersama antara orang tua-anak, duduk makan bersama di meja makan, membersihkan rumah dan halaman, beribadah bersama, sharing Alkitab dan masalah hidup sesehari dengan suasana penuh kehangatan, bagaimana orang tua peka mendengar curahan hati dan pendapat anak, dan sebagainya. Kebiasaan-kebiasaan lama yang pernah dialami di dalam rumah harus disegarkan kembali, hal ini ditekankan untuk menjawab harapan ketua klasis dalam sambutan pidatonya.
Diakhir arahannya, Sahertian menyampaikan terima kasih kepada Majelis Pekerja Klasis Pulau-Pulau Babar Timur, yang telah melaksanakan tugas bergereja melalui program dan anggaran sepanjang masa Sinode 2020-2025 ini, terima kasih kepada semua pelayan di semua Jemaat, untuk kesetiaan menjadi hamba yang melayani, terima kasih kepada semua Badan Penyelenggara Pelayanan Klasis yang telah memastikan semua program dapat terlaksana. Walau ada banyak tantangan yang dihadapi, namun tetap setia, hal mana menjadi bukti bahwa GPM adalah organ gereja yang hidup, dan betapa jemaat-jemaat telah memberi diri dan segenap hidup mereka untuk Tuhan melalui misi GPM. Dan tidak terlupakan ucapan terimakasih kepada Pemerintah Kabupaten MBD, yang telah berjalan bersama GPM di Klasis ini sepanjang masa Sinode 2020-2025, dalam syukur dan sukacita atas pemimpin baru yang telah dilantik.
Camat Pulau Masela-Cost Aswaly,S.Pi, dalam sambutannya mengungkapkan rasa sukacita bisa hadir bersama dalam moment Sidang Klasis 12 yang terlaksana dalam wilayah kerjanya. Beliau memastikan bahwa selama sidang berlangsung masyarakatnya akan mendukung pelaksanaan sidang hingga selesai. Aswali berharap program-program yang akan dihasilkan dalam sidang ini akan bersinergi dengan program-program kerja Pemerintah Kabupaten MBD dalam upaya mendukung pemerintah menurunkan angka kemiskinan, karena itu menjadi penting membangun kesadaran masyarakat/jemaat dalam tugas bersama sekaligus membangun sinergitas bersama gereja dalam hal pemberdayaan agar berbagai masalah secara perlahan dapat diatasi, termasuk ketersediaan tenaga Kesehatan di wilayah MBD terutama di Kecamatan Masela
———
Penulis : : Pnt. Dr. Betty A Sahertian