Keteguhan Iman Menjadikan Sukacita Dalam Penderitaan.




"Tuhan telah mati" Aforisme ini terkenal pada era pencerahan, ketika modernisasi, objektivisme pengetahuan tentang pencarian kebenaran dan perkembangan teknologi menggantikan menjadi budaya baru. Sistem berpikir dan cara hidup (norma-norma)baru berganti menjadi gaya baru di kalangan masyarakat Eropa. Demikian friksi yang menjadi perenungan filsafat Nietzsche atas konteks Era Pencerahan. 

"Tuhan telah mati" Ungkapan tersebut sangat paradoks atas cara berpikir dengan kebenaran umum atas realitas. Tuhan tidak mati secara definitif, Dia abadi dan Dia bukan entitas yang bisa mati. Secara makna, manusia yang membunuh Tuhan, ketika manusia meninggalkan nilai agama sebagai cara berpikir dan melihat kebenaran baru, nilai hidup baru menjadi praktek budaya baru. Tuhan telah mati secara makna dan realitas manusia meninggalkan hukum alam dimana Tuhan memiliki yg memiliki otoritas menjadikan alam diganti dengan temuan-kebenaran baru, dan manusia ragu akan cara berpikir mitologi tentang Tuhan yang tidak nyata. 

Dia menegaskan bahwa praktek hidup yang meninggalkan cara berpikir tentang cara kerja hukum alam yang bersumber dari Tuhan ditinggalkan, maka agama akan kehilangan perannya sebagai lembaga-lembaga yang memproduksi moral, maka ketidakseimbangan akan dihadapi oleh manusia. Praktek ini yang membuat dia populer dengan bukunya tentang orang gila mencari Tuhan, orang-orang yang tidak percaya menertawai, disitulah Tuhan telah mati. 

Bacaan minggu pagi ini yg termuat dari Habakuk pasal 3:-19 mau menegaskan ulang bahwa sejarah keselamatan orang Yahudi berpusat pada cerita penciptaan, Tuhan yang abadi itu menjadi dasar-dasar Hukum alam, Tuhan yang menciptakan alam, betapa Allah yang digambarkan datang dalam prinsip-prinsip hukum alam yang bekerja. 

Begitu juga kehidupan manusia, atas realitas yang di hadapi orang Yahudi dalam pendudukan oleh orang Babilonia, besar keyakinan dan harapan Tuhan yang menciptakan alam dan hukum-hukumnya berlalu adil menegaskan hukum alam, Tuhan akan menyelamatkan orang Yahudi dan Israel dari peperangan dan musuh-musuh dan mengendalikan kehidupan sosial dan nilai hidup karena itu bersoraklah dalam Tuhan. Bersukacita dalam Allah yang menyelamatkan. 

Minggu sengsara ke V, diwarnai dengan rasa sukacita (Laetare). Bagaimana penderitaan dirayakan dalam sukacita? Tentunya menjadi paradoks bagi keyakinan Kristen, dalam budaya dan rasa empati sebagai sistem hidup tema ini sangat menarik dalam konteks minggu sengsara. 

Dalam keyakinan Kristen, penderitaan Yesus menjadikan Tuhan itu hidup di tengah tanggungan berat atas dosa manusia. Olehnya, Allah menjadi hidup, memenuhi hukum alam sebagai Allah pencipta, Allah yang abadi yang menolong manusia sebagai Hukum Allah yang mengendalikan datang menolong dan mengendalikan  ciptaan sebagain sejarah keselamatan orang Kristen. Allah membuat kebaikan hidup, Allah menghukum dan Allah menyelamatkan adalah cara kerja Allah sebagai hukum alamia. 

Penderitaan Yesus juga harus dilihat sebagai cara kerja Allah atas alam manusia dan ciptaaNya. Penderitaan Yesus cara Allah bekerja menegaskan hukumNya atas dosa manusia. Manusia yang menderita ditolong oleh Tuhan lewat tanggungan Yesus, dalam keyakinan Kristen. Penderitaan manusia dibatasi lewat tanggungan Yesus. Allah sang pencipta berkarya dalam diri Yesus untuk mengendalikan alam yang ditempati manusia sebagai hukum Allah atas menolong manusia. 

Inspirasi masa sengsara menjadi pengharapan orang percaya, Allah telah menjadi bagian sejarah keselamatan yang dikehendaki kepada orang-orang yang menaruh harap dan percaya ketika penderitaan telah digantikan pertolongan Allah. Yesus adalah Allah yang menganti penderitaan dengan keselamatan org percaya merupakan hukum Allah atas alam. Jadi bukan saja senang kita bersukacita, dalam penderitaan pun kita berharap dan bersukacita. Allah menjadi Allah yang hidup, terus bekerja dan mengendalikan realitas hidup manusia.  Disitulah letak rasa sukacita bagi orang percaya. Ketika Allah menghukum, Allah pun mengasihi. 

Kita dapat belajar, baik susah atau senang, keteguhan iman akan membuat kita bertahan dan sukacita dalam penderitaan. Sisanya, hukum Tuhan yang berlaku. Selamat merayakan Minggu sengsara ke V. Salam olahraga.

Catatan: Burung di udara Tuhan beri makan, apalagi manusia. Itu hukum Tuhan. Supaya jang hobi berdoa tuduh orang bikin.????

Penulis: Pdt Rony Tamaela, Ketua Majelis Jemaat GPM Saumlaki