13.925 CALON SIDI GPM AKAN DITEGUHKAN PADA PUNCAK PERAYAAN MINGGU SENGSARA YESUS KRISTUS
Malam Pembedahan Diri Calon Sidi GPM Jemaat GPM Rumah Tiga
Pengakuan Iman merupakan tahapan
puncak dalam seluruh proses Pendidikan Formal Gereja (PFG) di Gereja Protestan
Maluku. Akta itu sendiri akan berlangsung dalam ibadah Peneguhan Sidi. Para
calon sidi merupakan siswa PFG yang telah menempuh pendidikan tersebut sejak
usia 0 tahun atau melewati dua lembaga PFG GPM yaitu Sekolah Minggu-Tunas
Pekabaran Injil (SM-TPI) dan Katekhisasi.
Sedangkan peneguhan sidi sendiri
merupakan suatu rangkaian pendewasaan iman, dimana mereka (calon sidi) akan
menjadi warga gereja yang dewasa dalam iman, dan untuk itu telah siap untuk
menjalankan tugas pelayanan dalam misi gereja GPM yang utuh. Hal itu dikatakan
Ketua MPH Sinode GPM, Pdt. Elifas Tomix Maspaitella, kepada Media Center GPM,
Jumat, 11 April 2025, setelah proses rekaman video refleksi diri untuk para
calon sidi baru.
Tentang jumlah, sesuai data dari
Sekretariat Umum Sinode GPM, tahun ini terdapat 13.925 orang yang tersebar di
34 Klasis GPM. Jumlah tertinggi masih dari Klasis Pulau Ambon, yaitu 1.327
orang dan Klasis Pulau Ambon Timur, yaitu sebanyak 1.296 orang. Hal itu
menandakan bahwa dukungan dan perhatian orang tua kepada anak dalam mengikuti
PFG sangat baik. Dapat dikatakan Wajib Sekolah Minggu (WASMI) telah berlangsung
baik dan menjadi kesadaran dari semua keluarga atau orang tua.
Sedangkan Klasis Seram Timur
terdapat 11 orang. Ini sesuai dengan jumlah warga gereja di Klasis yang hanya
terdiri dari enam jemaat mandiri. Di Maluku Utara, Klasis Ternate, yang terdiri
dari empat jemaat, terdapat 32 calon sidi baru, sementara Klasis Bacan, Obi,
dan Sula Taliabu masing-masing 196, 220 dan 106 orang. Semua calon anggota sidi
baru ini berusia 17 tahun ke atas, sesuai ketentuan PFG GPM.

Menurut Maspaitella, waktu
Katekhisasi memang hanya 1 tahun, tetapi sebagai proses berkelanjutan,
anak-anak ini (calon sidi, red) telah dibina dengan seluruh perangkat kurikulum
PFG selama 17 tahun, ditambah pembinaan yang berlangsung dalam keluarga. Jadi
kita tidak bisa melihat sidi itu hanya sebatas pada katekhisasi, dan merasa
bahwa satu tahun itu tidak cukup. Prosesnya panjang, yaitu 16 tahun di SM-TPI dan 1 tahun di Katekhisasi. Perpindahan anak dari satu Sub Jenjang dan Jenjang SM-TPI,
mulai dari Kelas Indria sampai Remaja, adalah masa bina yang sangat penting dan
telah dilaksanakan dengan sungguh-sungguh oleh para pengasuh GPM. Anak-anak itu,
setelah selesai masa WASMI, melanjutkan ke katekhisasi, sebagai tahapan
pembentukan berkelanjutan. Karena itu jika dikatakan mereka sudah matang dan
dewasa maka itu harus dilihat dalam totalitas masa PFG itu ditambah dengan
pembinaan dalam keluarga yang sudah tentu berlangsung setiap hari, urai
Maspaitella.
ERA DIGITAL DAN
PENDIDIKAN INTERGENERASIONAL
Calon Sidi GPM yang baru ini
umumnya adalah generasi Z. Suatu generasi yang telah merambah dunia digital dan
menjadikan dunia itu sebagai dunia seseharinya. Artinya ada tantangan serius
dalam proses pembinaan berkelanjutan sebagai warga sidi baru. Setelah peneguhan
sidi mereka akan masuk dalam suatu lingkungan digitalisasi. Ini memberi pesan
kepada gereja dan semua keluarga tentang penting pendidikan intergenerasional,
terutama untuk menurunalihkan nilai-nilai kehidupan dan pengaruh positif kepada
anak-anak ini. Gereja harus melakukan inovasi pembinaan umat kepada generasi Z,
sebab selain mereka, telah ada pula generasi Alpha dan generasi Beta yang sudah
lahir tahun 2025 dan akan ada sampai tahun 2039 nanti, jelas Maspaitella.
Saya berharap agar calon sidi
baru nanti meresapi semua pengajaran iman yang telah mereka terima selama menempuh
PFG, serta meneladani Yesus Kristus, sambil melihat pada pola-pola hidup-Nya
serta sifat-sifat dasar yang ditunjukkan-Nya selama Ia ada di dunia. Di sisi
lain, orang tua harus lebih peka dan harus menciptakan ruang komunikasi yang
intensif dan hangat dengan anak, agar tidak ada waktu dan ruang kosong tanpa
komunikasi langsung (in-touch), karena digitalisasi akan menciptakan
ruang nir-touch, dan jika itu dibiarkan tanpa sentuhan orang tua, anak
akan mengambil nilai dari sumber-sumber lain dan bisa saja belum selesai disaring.
11 ORANG AKAN
DITEGUHKAN DI JEMAAT MASIHULAN
Meski baru saja dilanda konflik, dan
rumah-rumah terbakar, tetapi 11 calon sidi baru akan diteguhkan di Jemaat GPM
Masihulan, Klasis Seram Utara Barat. Perlengkapan sidi mereka, yaitu pakaian
hitam yang sudah dipersiapkan telah turut terbakar tetapi sudah ditanggulangi
oleh MPH Sinode. Karena itu diharapkan pada momentum peneguhannya nanti (13
April) mereka akan diteguhkan dalam ibadah jemaat di sana tanpa ada hambatan.
Mengenai hal itu, Maspaitella
tetap berharap agar situasi kondusif terus tercipta, dan semua orang bisa
menjadikan peristiwa tanggal 13 April itu sebagai pelajaran untuk menyadari
bahwa jauh lebih penting hidup dalam damai daripada pertikaian. ”Saya mengajak
kita semua berdoa, supaya melalui moment-moment kudus ini, kita membuka diri
satu dengan lain, jujur satu dengan lain, seperti kita terbuka dan jujur kepada
Tuhan, supaya damai itu menjadi berkat yang tidak bisa dirampas lagi dari hidup
kita semua”, kata Maspaitella mengakhiri keterangannya.