Lesbassa : Muan Modan Itu Suasana Hati
Muncul dan digunakannya slogan-slogan dalam bentuk sapaan khas bahasa daerah merupakan gambaran dari bangkitnya kesadaran budaya sebagai salah satu wujud rasa memiliki terhadap budaya sebagai ibu dari seluruh nilai kearifan lokal.
Sapaan-sapaan itu misalnya Tabea (Ambon-Lease, Seram Selatan), Kalwedo (MBD), Mese, Sou Salamate (Seram), Hotu (Halmahera Selatan), Suba Jou (Ternate), dan Muan Modan (Buru).
Mengenai muan modan, Lesbassa menjelaskan istilah atau sapaan itu merupakan konsensus bahasa Buru untuk menyampaikan salam damai sejahtera. Sebab muan modan sendiri berarti sejuk, sombar, tenang, sukacita dan selamat. Ungkapan ini menggambarkan suasana hati orang Buru yang sejuk, damai, tenang, bila berjumpa dengan sesama.
Dalam tatanan alam, muan modan menerangkan tentang kesatuan sinergis antara langit dan bumi. Matahari bersinar tetapi tidak sampai panas membakar. Mendung namun tidak sampai turun hujan lebat. Artinya manusia Buru bisa menjalankan aktivitas kesehariannya tanpa merasa cemas, dan dengan suasana batin yang tenang. Sepertinya ada yang mengendalikan alam. Jadi jika orang Buru mengakui Oplastala (Tuhan, red) sebagai Opo Geba Snulat, Tuhan Sang Pencipta, maka sesungguhnya ada orang, atau "geba" dalam bahasa Buru, yang seperti mendapat mandat untuk melakukan fungsi-fungsi Tuhan atas ciptaan-Nya itu. Sebab itu misalnya "Hinolong Baman" (penjaga matahari naik/terbit) dan "Hinolong Gebrihi" (penjaga matahari maso/terbenam) adalah dua peran adatis pada manusia Buru guna melakukan fungsi-fungsi yang terkait dengan unsur ciptaan Oplastala itu.
Dengan memahami hal itu, maka slogan atau sapaan Muan Modan itu juga menjadi semacam doa salam namun bukan untuk meminta terjadinya damai, kesejukan, ketenangan, tetapi doa salam karena percaya bahwa ada suasana damai, sejuk, tenang itu. Jadi sumbernya adalah rasa percaya orang Buru tentang adanya damai, kesejukan, ketenangan. Sebab itu jika orang Buru menyapa dengan ungkapan Muan Modan, maka mereka akan melanjutkan aktivitas kesehariannya dengan tidak pernah mencemaskan apapun. Tidak mencemaskan terik panas, hujan lebat, kemarahan, konflik, maupun kebohongan. Jadi ada nilai-nilai kejujuran sebagai jaminan hidup damai dalam Muan Modan itu.
Menurut Lesbassa, hal itu akan membantu kita memahami mengapa pentingnya kita menjadi "kai-wai", menjadi orang saudara. Dalam hierarkhi sosial pun, ungkapan Muan Modan merupakan doa salam seorang pemimpin untuk memastikan bahwa masyarakatnya dapat menjalankan tugas keseharian mereka tanpa takut sebab pemimpin itu yang menjaminkannya.
Jadi, setiap suku dan sub suku di Maluku dan Maluku Utara perlu membangun pemahaman filsafat kebudayaan dari setiap slogan khas masing-masing.
Muan Modan