Posyandu Ceria Komunitas Anak Huni Meku Manise




Dalam rangka memperingati Hari Anak Nasional dan HUT Kemerdekaan Indonesia, Yayasan Huni Meku Manise, melakukan layanan pengobatan yang dikemas dalam Posyandu Ceria kepada 30 anak dampingan Huni Meku, dengan tema “Anak Terlindungi, Indonesia Maju.” Kegiatan ini berlangsung di Shelter Huni Meku. Jumat (25/8).

Dengan menggandeng Puskesmas Karang Panjang, Yayasan Huni Meku juga menghadirkan orang tua ODHA guna melaksanakan diskusi patuh Antiretroviral (ARV) kepada anak dan orang tua. Selain pemeriksaan, ada juga lomba mewarnai dan games kreatif lainnya. Anak-anak dikelompokan menjadi 2 kelas, diantaranya, kelas Ceria (Usia 0-5 tahun) dan kelas Inspirasi (6-12 tahun).

Kegiatan yang disasarkan terutama kepada anak-anak yang hidup dengan HIV dan anak terdampak HIV ini dilakukan dengan tujuan untuk memberikan dukungan psikososial dan meningkatkan kualitas hidup anak. Ketua Yayasan, Evilin Theressa dalam wawancaranya dengan Media Center GPM menjelaskan bahwa yang hadir rata-rata anak yang terdampak, dan anak yang hidup dengan HIV+. Ini merupakan perhatian khusus untuk-anak-anak yang hidup dengan HIV dan anak terdampak. Kegiatan yang dilakukan, antara lain timbang berat badan, memberikan makanan sehat dan juga bermain bersama melalui lomba dan games yang dikemas oleh para pendamping. Harapannya, dengan adanya kegiatan ini, anak-anak yang hidup dengan HIV dan terdampak HIV tidak merasa terdiskriminasi. Mereka menjadi lebih berani, percaya diri, ceria dan sehat. mereka juga bisa membuka diri dan bergabung dengan anak-anak lainnya, baik di sekolah maupun di lingkungan tempat mereka tinggal.

Kegiatan ini juga merupakan upaya yang dilakukan untuk memastikan setiap anak memiliki kesempatan yang sama atau setara untuk tumbuh dan berkembang menjadi bagian yang berharga dari masyarakat. Terkait dengan itu, Yayasan Huni Meku juga memberikan dukungan mental spiritual kepada anak bekerja sama dengan Sinode GPM melalui Biro Pendidikan dan Kesehatan pada Departemen PIPK. Kerjasama ini dilakukan dalam bentuk pelibatan tenaga relawan pendamping HIV/AIDS yang terlatih dan berpengalaman membimbing serta mengajarkan anak-anak. Hal ini penting bagi Yayasan Huni Meku Manise guna meningkatkan kualitas pendampingan bagi anak melalui pendampingan secara individual pada kegiatan Kelas Ceria dan Kelas Inspirasi. Ada 2 (dua) orang tenaga relawan dari Klasis Pulau Ambon yang hadir dalam kegiatan tersebut. Mereka merupakan Tim Pastoral konseling HIV/AIDS di Klasis Pulau Ambon.


Pelibatan dan kehadiran mereka dalam komunitas orang yang hidup dengan HIV, bertujuan juga agar mereka dapat menjadi testimoni dan meningkatkan edukasi kepada masyarakat untuk "STOP STIGMA DAN DISKRIMINASI" bagi Orang yang hidup dengan HIV, ungkap Pendeta Sandra Pesiwarissa yang selama ini aktif mendampingi orang yang hidup dengan HIV dan merupakan Pembina pada Yayasan Huni Meku Manise. “Masih ada anggapan dalam masyarakat bahwa orang yang hidup dengan HIV harus dijauhi karena mereka dapat menularkan HIV kepada orang lain dan merekalah yang bertanggung jawab atas penyebaran HIV/AIDS. Sikap stigma dan diskriminasi seperti ini semakin meresahkan kehidupan orang yang hidup dengan HIV, apalagi ketika disertai dengan berita sekarang ini tentang tingginya angka kasus HIV di Kota Ambon dan perlu segera melakukan test HIV pada tempat-tempat tertentu dan kelompok tertentu”, tambah Pesiwarissa dalam wawancara siang itu di Huni Meku Manise.

Sejak tahun 2015 Yayasan Rumah Beta, yang sekarang telah menjadi Yayasan Huni Meku Manise telah hadir dan melakukan pendampingan HIV dan AIDS dalam berbagai bentuk kegiatan, diantaranya, edukasi, pemberdayaan dan advokasi terhadap sahabat ODHIV (mereka yang hidup dengan HIV) pada setiap kelompok  umur termasuk anak-anak.

Salah satu program pendampingan anak dan penguatan psikososial yang dikembangkan adalah melalui pengadaan program Kelas Ceria dan Inspirasi serta Tampa Baca dan Belajar Komunitas Anak Huni Meku.

Hingga saat ini, terdapat 15 anak dengan HIV+ dari 37 anak yang telah didampingi. Dari jumlah tersebut, tercatat ada 25 orang anak yang terlibat aktif dalam kegiatan komunitas Anak Huni Meku.

Selain itu, layanan dan pendampingan melalui Shelter Huni Meku telah dilakukan bagi 21 orang sahabat ODHIV dan keluarga yang datang dari berbagai wilayah di Provinsi Maluku.  Hal ini juga dilakukan untuk yang dalam sistem rujukan ke Puskesmas dan Rumah Sakit maupun yang ada di Lapas Ambon.

Beragam kegiatan yang telah dilakukan Yayasan Huni Meku bersama pemerintah dan lembaga terkait bertujuan untuk meningkatkan efektifitas pelaksanaan program HIV dan AIDS dalam menekan laju epidemik HIV-AIDS di Indonesia terkhusus di Provinsi Maluku, termasuk Kota Ambon.

Pengembangan program kegiatan ini sebagai bentuk penyadaran akan bahaya penularan HIV dan upaya menurunkan angka kematian karena AIDS. Terlebih lagi menurunkan stigma dan diskriminasi dari lingkungan sekitar terhadap sahabat ODHIV.