Merayakan 71 Tahun Wadah Pelayanan Kategorial Kaum Perempuan GPIBT Jemaat Imanuel Sentrum
Wadah Pelayanan Kategorial Kaum Perempuan GPIBT baru saja merayakan ulang tahunnya yang ke-71 tahun hari ini (Kamis,18 Juli 2024) di bawah sorotan tema “Aku Adalah Yang Awal dan Yang Akhir” dan sub tema “Pelayanan Kategorial Kaum Perempuan Sebagai Tiang Doa Untuk Membangun Kehidupan Bermakna, Berhikmat dan Penuh Kasih Bagi Keluarga, Gereja dan Masyarakat”.
Bertempat di gedung gereja Imanuel Sentrum Tolitoli pada pukul 15.59 WITA, para perempuan-perempuan gereja jemaat Imanuel yang tersebar dalam 11 kolom pelayanan beribadah bersama. Setelah itu menikmati hidangan yang telah dipersiapka. Hal ini merupakan ekspresi iman dalam merayakan 71 tahun kebaikan Tuhan bagi wadah Pelka Kaum Perempuan GPIBT Jemaat Imanuel Sentrum. Moment ini tidak hanya dihadiri oleh kaum perempuan saja, namun juga hadir kaum laki-laki/bapa-bapa gereja yang turut terlibat aktif berpartisipasi dalam merayakan HUT Pelka kaum perempuan.
Perayaan hari ulang tahun wadah Pelka kaum perempuan diawali dengan rangkaian kegiatan-kegiatan sebagaimana yang telah diramu oleh panitia HUT Pelka perempuan yakni Pembukaan Kegiatan menyongsong HUT Pelka kaum perempuan yang telah dilaksanakan pada hari Sabtu 29 Juni 2024 diisi dengan kebaktian pembukaan, jalan sehat, senam bersama, dan lomba quiz berhadiah. Kemudian dilanjutkan dengan kebaktian dan seminar kesehatan reproduksi perempuan pada Selasa, 4 Juli 2024, Lomba Aksara Bermakna pada Senin 15 Juli 2024 dan puncak perayaan HUT Pelka kaum perempuan GPIBT Jemaat Imanuel Sentrum yang dilaksanakan tepat pada hari ini. Momentum perayaan ini dipandu oleh Ibu Marlen Inez Tuatanassy, S.IP sebagai Master Of Ceremony. Mengawali jalannya seluruh rangkaian kebaktian syukur HUT Pelka kaum perempuan maka ketua Panitia Pelaksana Kegiatan, Ibu Masnun Lahawa, M.Pd menyampaikan laporan pertanggung jawaban kegiatan HUT Pelka Kaum Perempuan. Dalam penyampaiannya, Lahawa mengatakan sejak tahun 1953 wadah pelayanan kategorial perempuan GPIBT Jemaat Imanuel telah dihadirkan Tuhan untuk menggumuli, memikirkan, merancang, menetapkan dan menjalankan program-program baik secara internal maupun secara eksternal termasuk berpartisipasi dalam berbagai bidang kehidupan. Lahawa menambahkan bahwa Pelka Kaum Perempuan adalah pilar utama gereja/jemaat yang memiliki posisi dan peran strategis dalam menjalankan visi misinya serta mengaplikasikan tri tugas gereja yaitu bersekutu, bersaksi dan melayani. Oleh karena itu tema dan sub tema yang telah diusung bertujuan untuk meningkatkan tanggung jawab hubungan kekeluargaan dan kebersamaan secara internal maupun eksternal dalam konteks berkeluarga, bergereja dan bermasyarakat ke arah yang lebih baik.
Ketua Pelka Perempuan GPIBT Imanuel Sentrum, Ibu Cony Kaligis dalam penyampaiannya mengatakan bahwa di usia wadah Pelka kaum perempuan GPIBT Imanuel yang sudah tidak muda lagi ini memaksa kita semua sebagai perempuan-perempuan gereja untuk beradaptasi dengan kemajuan zaman, menebar kasih bagi sesama, dan membangun kebersamaan di dalam Tuhan. Senada dengan itu, sekretaris jemaat GPIBT Imanuel yang mewakili Badan Pekerja Harian Majelis Jemaat, Pnt Marnes Tatiandagu, S.Pd dalam sambutannya mengatakan bahwa fakta menarik yang tak tereelakan dan patut disyukuri ialah ketika tidak ada gap atau kesenjangan antara perempuan dan laki-laki gereja di dalam jemaat ini, justru semuanya setara dan saling menopang dalam memajukan berbagai kerja-kerja pelayanan. Terkait dengan hal itu, Marnes mengatakan bahwa perempuan-perempuan gereja sebetulnya memiliki posisi yang sangat strategis dalam mendorong keaktifan beribadah, pun kemajuan atau pemberdayaan ekonomi keluarga demi terciptanya kehidupan yang berdamai sejahtera.
Momentum perayaan HUT Pelka Kaum Perempuan GPIBT Jemaat Imanuel ini menjadi lebih sempurna dan berhikmah dengan adanya ibadah bersama yang dipimpin oleh Pendeta Cornelius Montol, M.Th dengan mengacu pada teks 1 Samuel 1:9-20 sebagai bahan homilinya. Mengawali khotbahnya, Pdt C Montol menyampaikan sebuah kutipan klasik, “di belakang pria/laki-laki sukses, selalu ada seorang perempuan yang hebat”. Montol bertanya dan meminta kepada kaum laki-laki/kaum bapak yang hadir pada saat itu untuk mengkonfirmasi apakah kutipan itu benar ataukah tidak? Montoh menegaskan bahwa sepanjang hidup kita akan selalu menikmati pelayanan yang luar biasa dari tangan-tangan perempuan bahkan perempuanlah yang selalu memberikan kekuatan dan harapan hidup bagi laki-laki di tengah berbagai tantangan dan penderitaan, itulah mengapa perempuan layak disebut sebagai tiang doa. Ibarat sebuah rumah, perempuan adalah penyanggahnya. Jika kita membayangkan gereja sebagai rumah, keluarga sebagai rumah, masyarakat sebagai rumah maka bahu perempuan adalah tiang penyanggah terkuat sebab di sepanjang hidupnya, ia menyanggah begitu banyak rumah. Ia menjadi tiang doa untuk menggumuli berbagai kenyataan hidup dan Tuhan mendengarnya. Tuhan mendengar doa perempuan sebagaimana Tuhan mendengar doa Hana dan mengabulkannya, maka biarlah perempuan-perempuan gereja tetap menjadi perempuan yang terus berdoa di tengah berbagai tantangan hidup.