Mentoring Teolog Perempuan di Maluku Hasilkan 31 Judul dan Outline Berperspektif Feminis




Workshop “Mentoring Teolog Perempuan di Maluku untuk membangun Teologi INA/Perempuan dan Teologi Kebencanaan Berperspektif Feminis”, oleh Sinode GPM dalam kerjasama dengan Ecumenical Theological Education-World Council of Churches (WCC) berlangsung dengan baik, Jumat (14/7).

Sebanyak 31 Judul dan Outline telah dihasilkan dengan 7 Cluster, diantaranya: Perempuan dan Kekerasan, Perempuan dan Perdamaian, Perempuan dan Masyarakat Adat, Perempuan dan Kepemimpinan, Perempuan dan Keluarga, Perempuan dan Ekonomi, Perempuan dan Pastoral.

Nantinya, karya mereka ini akan dijadikan dalam satu buku, berjudul “Mentoring Women Theology in Maluku”. Sebuah karya teologi perempuan di Maluku, yang berteologi dari perjumpaannya dengan Tuhan, sesama dan dengan lingkungannya. Ini merupakan pemikiran teologi dari konteks Perempuan GPM, yang dihidupi dalam aktifitasnya sehari-hari di kepulauan Maluku. Bukan lagi dari sebuah teori teolog barat atau dari para pemikir di pusat negara.

Kegiatan yang berlangsung selama 4 hari ini menghadirkan narasumber-narasumber yang ahli pada bidangnya, diantaranya; “Perspektif Feminis” yang disampaikan oleh Ina Anna Marsiana, menegaskan bahwa menjadi penting berteologi dari pengalaman perempuan dengan perspektif feminis yang bertujuan untuk pembebasan dan transformasi. 

Selanjutnya, “Teologi Ina (Menguak Mitos Penciptaan sebagai jalan membangun) dibawakan oleh Ina Dr. Weldemina Tiwery. Baginya Teologi Ina menjadi alasan dan titik percakapan dari pengalaman dan konflik yang melahirkan keharmonisan relasi seperti pela gandong yang menjadi pengikat orang Maluku pada masa lampau, masa kini, dan masa yang akan datang.

“Ecofeminisme” di bawakan oleh Ina Mia Siscawati, Ph.D yang menjelaskan tentang kajian gender dan lingkungan yang memberikan pengaruh pada akses dan kontrol atas pengelolaan sumber daya alam. “Advokasi Hak Perempuan dan Anak” oleh Ina Lentji Latul yang menegaskan bahwa dalam upaya advokasi hak perempuan dan anak perlu dilakukan kolaborasi segitiga emas, yaitu tokoh kunci, aparat penegak hukum, dan dasar hukum.

Save Aru Movement: Advokasi Lingkungan di Kepulauan Aru” Oleh Ama Pendeta Jack Manuputty. Save Aru menjadi salah satu contoh gerakan yang dapat memotivasi kaum perempuan gereja untuk bergerak dan melawan tindakan-tindakan eksploitasi terhadap sesama manusia dan alam ciptaan.

Kemudian, “Workshop Penulisan” dibawakan oleh Ina Pendeta Juliana A. Tuasela, Ph,D dan Ama Ricardo F. Nanuru, S.Si, M.Phil. Mereka menekankan bahwa penelitian feminis harus didasarkan pada realitas konteks/pengalaman berteologi perempuan. Untuk itu setiap peneliti seharusnya gelisah dengan realitas konteks.


Kegiatan ini diinisiatif oleh lulusan Bossey Ecumenical Institute yang diutus oleh GPM, yaitu Pendeta Jenne Pieter, Pendeta Agnes Souisa, Pendeta Vebiola Songupnuan dan Pendeta Ruth Saiya.

Sebagai penutup, Ketua Sinode GPM, Pendeta E. T. Maspaitella dalam arahannya menegaskan bahwa yang mereka sedang lakukan adalah sesuatu yang berfaedah. Karena mesti dalam dunia ini harus ada rasa teologi Maluku. Karena jika tidak, maka orang Maluku hanya menjadi orang-orang yang terkurung bukan dibawah tangan orang raksasa tapi dalam ketakutan. Teologi tidak sekedar kecerdasan, tapi teologi dan berteologi membutuhkan nyali dan keberanian. Dan itulah teologi yang lahir dari Ina-ina yang berani speak up.