Pdt Jan Hattu Ciptakan Halaman Gedung Gereja Penuh Lemon Cina



Pdt Jan Hattu Ciptakan Halaman Gedung Gereja Penuh Lemon Cina

Pendeta Yan Hattu, Ketua Majelis Jemaat GPM Kawatu, Klasis Kairatu, patut disebut sebagai pionir dari Gerakan Keluarga Menanam di GPM. Semenjak masih melayani di Jemaat GPM Bumei Sefluru, Klasis Masohi, ia menggerakkanperkebunan patatas/ubi jalar di kebun Jemaat dan kebun milikwarga gereja. Setelah dimutasikan di Jemaat Kawatu (24 Maret 2019), Klasis Kairatu, ia melanjutkan dengan menanampatatas di pekarangan gereja. Namun kondisi tanah kurangcocok, meskipun sebenarnya memberi hasil yang sangat baikpula sampai saat ini.


Ia kemudian memilih komoditi baru, yaitu lemon cina. Ada tiga tahapan penanaman, yaitu tahap pertama pada Maret2021 sebanyak 250 pohon, dilanjutkan tahap II pada Mei 2021 sebanyak 150 pohon dan tahap ketiga, 6 September 2021, sebanyak 275 pohon. Jadi totalnya ada 675 pohon yang saatini sudah mulai berbunga atau muncul bakal buah. Selain ituada 40 pohon rambutan yang sudah menghasilkan buah sejaktahun 2023 yang lalu.

Tidak hanya di halaman Gedung gereja, tetapi juga di kebunJemaat seluas 4 Ha, yang sudah diisi dengan tanaman sepertiCengkih Hutan (1500 pohon), dan pala (300 pohon), yang kinisudah berumur satu (1) tahun.

Ditanya mengenai partisipasi warga gereja, Hattu menjelaskanbahwa pemahaman warga gereja sangat baik sehinggapartisipasinya pun sangat baik serta berbanding lurus denganaktifitas di kebun atau lahan milik keluarga masing-masing. Dengan demikian dirinya yakin bahwa warga gereja telah satuvisi dan satu tindakan untuk mensukseskan GKM pada duakomponen yaitu Gerakan Keluarga Menanam dan Gerakan Keluarga Memasarkan hasil produksi.


Pasar yang dibidik adalah pasar Gemba di Kairatu, dan pasar di Ambon sebagai jaringan pasar yang lebih luas. Karena itudiharapkan agar ada jejaring yang bisa dibangun gunamengaktifkan aktifitas pemasaran, sebab itu akan sangat membantu meningkatkan taraf pendapatan ekonomi keluarga.

 

PARTISIPASI ANGGOTA KELUARGA

Selain menggerakkan warga gereja, Pdt. Hattu mengakuibahwa ia bersama istri, Ny. Dessy Hattu dan anak, Carlos Marjo (12 th), melakukan secara aktif proses menanam dan menyiram atau perawatan tanaman di dalam halaman gereja. “Kami bekerja bersama-sama. Istri saya, yang adalah seorangguru, sepulang dari Sekolah, mengambil peran untuk turutmerawat semua tanaman yang ada. Demikian pun anak kami,Carlos, yang lebih aktif di kebun sepulang dari sekolah. Jadiseluruh anggota keluarga bergerak bersama. Saya yakin itubisa mendorong semua anggota keluarga warga gereja untukberperan secara bersama-sama demi mensukseskan GKM”, papar Hattu.


Hasil kebun di halaman pastori ini sudah menambahpendapatan gereja di satu sisi, tetapi juga meringankan bebanbiaya konsumsi pastori sebab tersedia komoditi pangan di halaman gedung gereja untuk kebutuhan sesehari. Jadi memang ini bukan suatu pilihan, melainkan aktifitas yang penting, di samping pelayanan rutin seperti ibadah. MenurutHattu lagi, di kebun atau sambil berkebun saya bisamelakukan percakapan pastoral dalam suasana yang lebihakrab dengan warga gereja, dan ada masalah-masalah yang bisa dipecahkan.


Mengingat warga jemaat kami adalah petani, jadi kami lebih banyak bercakap-cakap sambil berkebun, jelasPdt. Hattu. Selain menanam, Pdt. Yan Hattu juga memproduksi sendiripupuk organik digunakan untuk merangsang pertumbuhan dan juga anti hama pada tanaman patatas dan lemon cina, sebabdibuat dari dedaunan, buah-buahan dan kotoran sapi. Jadi tidak ada penggunaan unsur kimia pada semua tanaman yang ditanami, artinya bahwa semua hasilnya nanti adalah hasilorganik dari kebun secara langsung.


Langkah ini mendapat respon yang baik dari MPH SinodeGPM, sehingga diharapkan agar di kalangan keluarga Pendetamulai ada aktifitas ekonomi yang menjurus ke GKM itu, kata Pdt. E.T. Maspaitella, Ketua MPH Sinode GPM. Ia pun mengakui bahwa semua keluarga punya andil dalammensukseskan GKM sebagai cara GPM mengantisipasikondisi inflasi ekonomi dengan memperkuat ketahananekonomi rumah tangga. Komoditi yang dibutuhkan untukhidup sesehari, dalam hal ini komoditi pangan atau bumbudapur seperti cabe, bawang, jeruk/lemon cina, belimbing, adalah komoditi lokal yang ada dan dibutuhkan setiap rumahtangga di Maluku untuk makan sesehari. Itu saja yang perludigalakan secara awal dan saya yakin akan mendorong proses menanam komoditi sayur mayur lainnya sampai tanamankebun berupa tanaman umur panjang. Apa yang dilakukanPdt. Yan Hattu dan keluarga serta warga gereja di Kawatuadalah contoh baik untuk ditiru oleh semua keluarga Pendetadan warga gereja, urai Maspaitella.